"Mungkin cinta kita telah usai sampai di sini. Terima kasih pernah hadir dari bagian kisah hidupku. Selamat atas kesuksesannya. Kamu telah sukses menggapai cita-cita."
******
Semuanya sudah berjalan sesuai takdir. Ellen telah resmi menjadi tunangan Abrisam sejak dua hari yang lalu. Terpaksa Ellen menuruti kemauan mamanya. Padahal sama sekali Ellen tidak memiliki perasaan kepada Abri. Dia hanya mencintai Zha seorang. Tidak pernah tergantikan.
Langit sore menemaninya dengan damai. Ellen duduk di pinggiran danau yang tenang. Bayang-bayang wajah Zha terus memenuhi pikirannya seolah jika Zha tahu Ellen dan Abri tunangan, cowok itu tidak akan setuju dan pasti sangat kecewa. Lagipula siapa yang tahu jika dirinya akan dijodohkan dengan Abri.Semua kisah yang telah dilewati sejak pertama kali Zha pindah sekolah, sampai akhirnya pacaran tersusun rapi dalam diary biru tua miliknya. Bukan diary pemberian Zha, itu beda lagi. Senyumnya memudar, tergantikan dengan airmata.
"Maafin aku Zha."
"Seandainya kamu tahu, aku yakin pasti kamu kecewa. Bukan maksud untuk melukis luka baru di hati kamu, aku hanya sekedar menuruti kemauan mama. Ini bukan kehendak hati tapi sebuah tuntutan."
"Dan aku tidak akan memberitahu kamu, aku tidak ingin kamu kecewa ataupun sakit hati. Biarlah semesta berjalan dengan semestinya mengatur kisah cinta kita. Mungkin ini adalah akhir dari kisah yang pernah terukir. Mungkin kita tidak ditakdirkan untuk berjodoh."
"Mungkin benar, kita itu seperti pesawat dan langit, bertemu namun hanya sekilas."
Hari semakin gelap, sebentar lagi adzan magrib berkumandang. Segera Ellen beranjak dari tempat itu dan kembali ke arah pulang.
********
Beberapa hari kemudian...
Kabar kematian Ibunda Gino menyebar luas di grup angkatan SMASAJAK. Renal menjemput Ellen untuk melayat ke rumah duka dan memberikan sedikit penguatan untuk Gino.
Orang-orang berkerumun memakai baju hitam dan tangisan duka. Gino terlihat sangat sembab dan matanya merah.
Pemakaman berlangsung dengan semestinya. Fahmi, Renal dan Ellen memberikan penguatan kepadanya. Sebenarnya Gino juga kecewa karena tidak ada Nabel di sini. Gadis itu kuliah di Swiss dan sudah satu bulan tidak saling bertukar kabar.
"Segala sesuatu yang bernyawa pasti akan merasakan mati."
Kisah cinta Gino dan Nabel juga dipisahkan oleh jarak dan waktu. Semua itu adalah perjuangan untuk mengejar cita-cita. Jangan tanyakan bagaimana hancurnya perasaan Gino saat ini. 'Kehilangan' adalah satu kata yang paling Gino takuti dalam kehidupan ini. Namun semua ini sudah rencana Tuhan yang paling baik.
********
Lima tahun kemudian...
Dari sekian lama waktu yang telah kulalui
Hanya rindu yang bisa menjadi candu
Dari seribu bintang yang berhamburan dalam langit malam
Hanya satu bintang paling terang yang selalu menjadi pusat perhatianku.Hariku sepi tanpamu. Diamku risau tanpam.
Separuh jiwaku terasa hilang tanpa arah
Angin lalu menyibakkan rambutku setiap malam
Sampai batas waktu pun aku siap menunggu kedatanganmu kembaliSetiap desiran nafasku yang berembus tak pernah terlewatkan satu kalipun bayang -bayangmu.
Aku tahu aku sudah tidak berhak mengharapkan kedatanganmu kembali ke negara ini. Aku sudah menjadi pegangan oranglain dan ada seseorang yang harus aku jaga meski terpaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garfanzha (TERBIT)
Teen FictionKita itu seperti pesawat dan langit. Bertemu, namun hanya sekilas. ****** Rhaefal Garfanzha, memiliki masalalu yang buruk sehingga membuatnya trauma akan masalah percintaan. Karena masalalunya Rhaefal menjadi broken home, pemberontak dan cowok berma...