37. Menunggu

13 5 1
                                    

AYO NGAKU KALIAN BACA WATTPAD JAM BERAPA???😂

MAAF BANGET AKU BARU ADA WAKTU BUAT UP! JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAKNYA. SPAM KOMEN YANG BANYAK ❤

HAPPY READING😍😍😍

HAPPY READING😍😍😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Semesta punya banyak cara untuk kita merasa bahagia. Jalani prosesnya lalau kamu akan dapati hasilnya."

*******

"THANKS YA GAR, MAU MASUK DULU?"

Ellen beranjak dari meja makannya ke ruang tamu saat mendengar suara Siska dengan menyebut nama 'GAR' pikiran Ellen bertanya-tanya, siapa cowok yang mengantarkan Siska? Atau Garfanzha sosok yang dirinya rindukan?

Siska masih dengan seragam putih abunya. Ellen baju sadar kali ini. Mamanya saat lagi bercengkarama dengan dirinya tiba-tiba khawatir pada Siska, sedangkan Siska menampilkan wajah bahagia tanpa rasa khawatir pada tantenya di rumah ini karena sudah sore belum juga pulang.

"Siska."

Siska menutup pintunya langsung saat terlihat Ellen mendaktinya dengan wajah curiga. "Ngapain si ke sini?" ketus Siska memancarkan sorot tak suka.

"Siapa yang nganterin lo dan abis dari mana?"

"Kenapa lo jadi kepo?" Siska menyatukan kedua alisnya. Ellen menghela nafas. Susah sih bicara sama Siska.

"Apa susahnya jawab?" Ellen membalikan pertanyaan. Siska malah beranjak menaiki anak tangga tanpa menghiraukan pertanyaan Ellen.

********

06. 12

Sekolah kali ini tampak sepi. Mungkin karena sudah free pembelajaran, jadi banyak siswa siswi yang tidak sekolah lebih memilih diam di rumah baca wattpad. Bayangkan sepagi ini.

Nabel dan Gino duduk di bawah pohon apel dengan posisi kepala Gino di senderkan pada kaki lurus dan punggung yang di sandarkan ke batang pohon. Nabel mengelus-elus rambut Gino gemas. Pacarnya ini sangat ganteng.

"Maybee, lihat deh aktor yang satu ini. Ganteng banget kan potongan rambutnya kiyuut banget." Nabel memberikan ponselnya pada wajah Gino.

"Hmmm... "

"Terus pahatan wajahnya sempurna banget."

"Gantengan dia maksudnya?" Gino memberikan pertanyaan menohok. Nabel menggigit bibir bawahnya.

"Gantengan kamulah, kan pacar aku."

"Kalau aku selingkuh sama yang lain gimana?"

PLAAKK

Tamparan kecil mendarat di pipi Gino. Nabel dibuat kesal setengah mati oleh cowoknya. Menyebalkan.

"Silahkan aja. Aku bakal selingkuh sama yang lebih ganteng dari kamu."

"Emang ada?"

"Banyak!"

"Oke."

"Ko oke sih?"

"Sana, kalau mau selingkuh."

"Ko gitu bilangnya?" bibir Nabel memanyun bebrapa centi.

"Karena aku yakin kamu gabakal bisa berpaling dari Aa Gino."

"Bisaa!"

"Nggak akan!"

"Bisa!"

"Nggak!"

"Eh Maybe. Aku boleh tanya sesuatu?" tatapan Ellen berubah menyelidik. Gino jadi heran sendiri.

"Tanya apa?"

"Ko malah tanya balik, jawab dulu boleh apa nggak?"

Gino menghela nafas lalu mencubit pipi Nabel gemas. "Tanpa izin juga boleh maybe."

Nabel menyuruh Gino untuk ganti posisi. Kakinya sakit karena beban kepala Gino yang entah isinya sukro atau ranginang.

"Menurut Gino, kalau semisal beberapa orang menjalin pertemanan terus salah satu dari mereka ada yang terkena musibah apapun itu, mereka harus menjauhi yang kena musibah itu?"

"Nggak gitu Gea, kalau misalnya kamu punya temen dan  satu di antara semua temenmu ada yang kena masalah dalam bentuk apapun, sebagai teman yang  sejati, kamu nggak boleh pergi. Itu namanya teman yang berkhianant."

*********

Ellen menggertakkan sepatunya sesampainya di kelas. Tatapannya belum berpindah juga dari bangku Zha. Ingin rasanya ia melemparkan bangku itu ke taman belakang sekolah karena sampai hari ini cowok itu tidak sekolah juga. Ah, ke manakah dia?

Satu persatu teman sekelasnya bisik-bisik. Ellen tahu mereka sedang membicarakannya tapi tidak penting untuk Ellen mendengarkan. Hanya membuat gendang telinganya robek.

BRAAKKKHH

Angin pagi sangat kencang, menggebrakkan pintu kelas yang setengah terbuka. Ellen memandang ke luar di kaca jendela kelasnya. Banyak kendaraan berlalu lalang dengan tenang dan rasanya pagi ini sangat dingin. Sebentar lagi hujan deras akan turun.

Sudah tidak ada harapan lagi untuk menunggu Zha. Menunggu Zha sekolah sama saja seperti menunggu jemuran basah yang dijemur saat hujan. Sangat mustahil umtuk datang.

"Kalau memang ini sudah kehendak Tuhan, gue nggak bisa protes apapun lagi Zha. Mungkin benar kata Renal dan Siska, kalau lo udah pindah ke Australia."

"Semesta punya banyak cara untuk kita merasa bahagia. Jalani prosesnya lalau kamu akan dapati hasilnya." Bian si motivator kelas membisikkan kalimat itu pada telinga Ellen. Tentu saja Ellen kaget.

Saat melamun ada suara seseorang sangat jelas. Menoleh lalu kembali lagi menatap jalan karena setelah mengatakan itu Bian kembali ke bangkunya.

"Apa benar?"


**********

PENDEK YA ???

HAHA. AKU LAGI BUNTU TAPI PENGEN UP😂

MONMAAF SERIBU YAAA🙏😌

Garfanzha (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang