3 - Kejadian Memalukan

34 8 0
                                    

"Jangankan bercengkrama mendengar suaramu saja, aku tak mampu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangankan bercengkrama mendengar suaramu saja, aku tak mampu."

****

Ellen dan genknya memasuki kantin. Bel istirahat tidak berbunyi karena ada gangguan listrik. Setelah memesan makanan, mereka duduk di dekat pintu kantin.

Kelas mereka hari ini telah melaksanakan ulangan Matematika. Jangan tanyakan kondisi otak mereka, pasti berasap.

"Sial, gue pikir murid baru itu bakal nyangkut di kelas kita eh ternyata malah nyangkut ke kelas tetangga," keluh Nabel sambil mengibaskan rambutnya dengan kipas lipat kesayangannya.

"Ulangan MTK aja di remidi mulu ngarep sekelas sama si Zha? Jangan halu deng Nabela Anatasya," semprot Gian dengan teganya, dengan logat alaynya.

"Ganteng, pinter lagi aduh idaman banget," puji Yuna.

Disaat mereka sibuk membicarakan Zha, Ellen sama sekali tidak peduli. Dirinya memang kagum sama ketampanan Zha. Tapi tidak melebihi batas wajar.

Sejak tadi pagi Ellen tidak melihat keberadaan Arian. Cowok itu selalu buat khawatir. Jujur Ellen sangat merindukannya.

"Arian, ke mana sih lo. Buat anak orang stress aja!"

Saat mata Ellen menyapu seisi kantin, tatapannya terruju pada keempat cowok yang sedang tartawa renyah. Tapi tatapan mata mereka terarah kepada genk Ellen.

"Eh guys kalian lihat tuh empat cowok nertawain kita?" tunjuk Ellen.

"Jangan salah sangka siapa tau ke yang lain," balas Nabel.

"Tapi gue rasa mereka nertawain kita," kata Ellen lagi.

"Emang ada yang aneh sama penampilan kita?" heran Yunia.

"Rasanya nggak ada deh, gila emang tuh cowok," ketus Ellen semakin sebal.

"Lo lihat Bel, murid baru yang lo puji itu nertawain kita yang nggak bersalah dan berdosa. Gaada kerjaan banget kan?" Ellen kesal.

"Hust, jangan gitu, nggak baik soudzon sama orang, " bela Nabel.

"Wah dedek Ian tau nih, kayaknya Nabel naksir sama Zha."Gian memancing Nabel. Benar kan pipinya langsung blushing.

"Kalo iya kenapa?" Nabel ngaku.

"Mau dedek Ian salamin."

"Emang berani?" Ellen menantang.

"Berani," balas Gian yakin.

"Lihat deh dia masuk genk Renal, nanti lo di senggol bacok sama dia mau?" Yuna.

Gian merinding mendengar kata 'senggol bacok' tidak, Gian tidak mau mati muda, apalagi cita-citanya menjadi desaigner belum tercapai.

Ellen melirik jam tangannya. Ini sudah 15 menit tapi pesanan mereka belum datang juga. Gadis itu berdiri lalu berjalan menuju stand Mbak Gita.

"Mbak pesanan Ellen udah jadi?"

"Sudah neng!" Mbak Gita memberikan mangkuk mie ayam  padanya.

Ellen balik arah dan mau kembali ke mejanya. Namun ada sesuatu yang terinjak hingga mienya tumpah. Mending kalau tumpah ke lantai, ini ...

Zha mendecak kesal saat celananya kena tumpahan mie ayam milik Ellen. Sialan! Saat ini juga semua pasang mata tertuju pada mereka.

"Eh sorry gak sengaja," ujar Ellen saat menyadarinya.

Bagaimana bisa dirinya membuat ulah pada murid baru itu? Mungkinkah semua orang akan menganggapnya genit, atau sengaja ingin caper pada cowok itu?

"Ucapan gue gak dijawab?" kesal Ellen.

Ellen meratatapi pecahan mangkuk itu. Tidak, mie ayam yang akan ia makan, yang sudah ia nantikan dari jam pertama sudah berserakan dilantai. Menyebalkan!

Bukannya menjawab, Zha malah melenggang pergi tanpa berucap satu katapun. Ellen hanya dapat melihat punggungnya yang semakin menjauh. Zha marah kah? Pasti! Karena dirinya sudah mempermalukannya.

"ZHAAA MAU KE MANAA?" teriak Fahmi dengan kencang. Tak ada sahutan apapun darinya. Terlihat dari wajahnya Zha marah Ellen berjongkok membereskan pecahan mangkuk, tapi ternyata ada tangan yang membantunya. "Biar gue aja, gye gamau tangan lo terluka." Renal. Ya cowok itu adalah Renal.

"Gapapa Nal biar gue aja," kekeh Ellen. Dia tetap membereskan pecahan mangkuk. Hingga kejadian tak diinginkan pun terjadi.

Jari Ellen terkena pecahan mangkuk, darah segar mulai bercucuran. Ellen segera berdiri lalu lari menuju UKS. Sedangkan Renal tetap membereskan benda itu.

"Udah dibilangin juga." Renal bermonolog sendiri sambil geleng-geleng kepala.

Ellen terus berlari. Ingin rasanya dia menenggelamkan diri ke laut.

Jangankan bercengkrama mendengar suaramu saja  Aku tak mampu. ucap Ellen dalam hati.

Saat di UKS, luka Ellen dibersihkan oleh anggota PMR. Kemudian dibalut perban. Luka itu mengenai telunjuk dan jari tengahnya.

"Ellen—"

Seseorang barusan masuk ke dalam UKS, Ellen mendongkak ternyata Arian. Ellen berkaca-kaca melihatnya. Dia sangat merindukannya. Padahal setiap hari pun ketemu di sekolah ini.

"Kamu kenapa, Len?" panik Arian. Entah rasa sakitnya hilang semenjak kedatangan Arian di sini.

Arian membawa Ellen kedalam dekapannya. Menenlangkan gadisnya. "Kamu kenapa nggak online sih, buat anak orang stress tau gak?" Ellen malah mengalihkan pembicaraan.

"Aku sibuk belajar, nggak ada waktu buat main hp." Jawaban Arian membuat kepala Ellen berat.

"Susah sih calon presenter mah," rujuk Ellen.

Arian tersenyum. "Doain ya. Nanti kamu lihat aku di TV jadi penyiar berita,"

Ellen tertawa renyah. "Ntar Mama sama Papa aku lihat berita tiap hari, bukan karena info yang diberitakan tapi karna penyiarnya calon mantunya,"

Mereka berdua tertawa renyah. Lucu dan konyol kalau membayangkan sesuatu yang belum terjadi.

"Btw kamu mau ngapain ke sini?" Ellen kembali bertanya.

"Mau cek anggota PMR yang lagi piket,"

"Pulang sekolah kita bisa pulang bareng nggak?"

Arian menggeleng. "Nggak bisa!"

"Kenapa, ada rapat osis lagi?"

"Iya. Rapat buat kumpul forum osis se kabupaten."

"Semua osis atau ketosnya aja?"

"Ketosnya aja,"

Ellen menghela nafas. "Huh, derita punya pacar ketos."

Arian merelai lembut rambut Ellen. "Kamu harus bangga punya Aku, semua orang bersaing buat dapetin Aku tapi kamu yang beruntung. Karena Aku cuma tertarik sama Kamu."

"Tapi aku nggak bersaing sama mereka buat dapetin Kamu loh,"

"Karna kamu menuruti kodrat, perempuan itu dicari bukan mencari!"

Ellen merasa tenang Arian disampingnya. "Makasih ya Rian selalu ada buat Ellen dalam kondisi apapun. Love you!"

*****

Ada yang mau disampaikan buat tokoh2 di atas?

Salam dari mereka semua buat readers, dan love you katanya ...💕

Follow ig : tikanurhaaa

Garfanzha (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang