"Ada kalanya seseorang menghindar. Entah sementara atau selamanya."
****
"Yaah gara-gara lo pacaran sama Ellen, nggak lagi fans-fans lo yang naro makanan di kolong meja deh," keluh Gino dengan sedikit kecewa. Pikiran cowok itu kalau bukan Nabel pasti tentang makanan.
"Aku tak biasaa hidup tanpa makanan di sisikuu ... " Fahmi malah bernyanyi dengan maksud meledek Gino.
"Harus berapa kali gue bilang?" Zha masih serius.
"Gue nggak pacaran sama Ellen!" tegas Zha.
Gosip yang menyebar itu sangat meresahkan Zha. Selain itu membuat kepalanya makin pusing.
"Gak pacaran gimana, orang Ellen sendiri yang posting di IG!"
"Bacot!" sahutan Zha kali ini membiat kedua temannya terdiam.
Oke. Kalau sudah seperti ini Zha tidak ingin diganggu oleh siapapun
Renal di mana? Ada, sedang tidur di meja paling belakang dengan kaki di tumpangkan layaknya seorang anak sultan. Padahal ini masih pagi. Waktu malam cowok itu begadang main Free Fire sampai subuh.
Zha keluar kelas dengan perasaan bercampur aduk menjadi satu. Kesal, marah, dan geram karena gosipnya pacaran sama Ellen menyebar se antero sekolah. Zha tidak tahu kenapa bisa gadis itu memposting fotonya.
Zha duduk di atas rooftop sambil memasang earphone di kedua telinganya. Dia hanya ingin mendengarkan musik. Zha menyalakan rokoknya lalu mulai menghisapnya. Sejak masuk SMA dan Ayahnya meninggal pergaulan Zha semakin bebas. Sri sibuk dengan pekerjaannya dan saat itu Zha dapat kabar kalau Sri akan menikah lagi dengan Karlan_pemilik sebuah restaurant terkenal.
Zha pikir manusia bernama Karlan itu baik hati seperti malaikat. Namun kenyataannya? Bukan berhati malaikat tapi berhati iblis yang hanya menginginkan Sri tapi tak menginginkan anaknya. Sejak awal menikah pun Zha memendam kekecewaan yang begitu mendalam. Mau mencegah juga percuma, semuanya sudah terlambat! Akad nikah juga sudah selesai.
Kalau saja waktu itu Zha sudah besar seperti sekarang, dia akan berusaha membatalkan semua acara pernikahan itu dengan berbagai macam cara. Sialnya itu hanya angan-angan yang sudah terlewat jauh.
Dear Zha.
Zha, hari ini aku tidak ingin cuci darah lagi. Aku udah lelah hadapin ini semua. Tiduran di atas brankar menunggu tranfusi darah tanpa melakukan aktivitas itu sangat melelahkan. Maafkan Aku jika lebih dulu pulang. Percaya atau tidak aku akan memeluk dan menciummu di surga. Jangan cegah aku lagi. Relakan saja Aku. Biar kalau Tuhan sudah menjemput, aku bisa pergi dengan tenang.
Salam sayang,
Alisa Luicia Adinda.
Zha kembali teringat isi surat yang pernah Alisa kirim untuknya. Senyumnya, rambut indahnya, suara lembutnya, dan perlakuan manisnya sangat Zha rindukan. Sayangnya semua itu hanya tinggal kenangan.
"Gue benci hari kamis!" Zha sangat membenci hari kamis.
Orang-orang yang disayangnya pergi di hari yang sama. Hari kamis. Ayahnya, pacarnya, dan kakeknya dulu. Ada apa dengan hari kamis?
Zha merasa dirinya benar-benar kacau. Sepertinya Zha menyadari akan sesuatu. Disebelahnya ada seseorang entah sejak kapan ada di sini.
"Lo?" Zha mengernyitkan dahinya heran. Mengapa gadis itu ada di sini sih?
"Zha, lo percaya kan sama gue itu bukan akun real gue itu akun fake. Plis percaya sama gue! Gue berani lakuin apapun yang lo mau asal lo percaya." Ellen terus berusaha menjelaskan yang sebenarnya.
Yang menjadi pertanyaan Zha, kenapa cewek tahu keberadaannya di sana? Apa hanya sekedar kebetulan saja? Mungkin iya.
"Plis Zha percaya sama gue."
"Gak penting!" Zha berdiri lalu berjalan untuk turun.
Entah, Ellen merasa setiap kali dirinya mendekat Zha akan menjauh. Seperti seseorang berusaha menangkap capung dan tak pernah berhasil. Ya!! Cowok itu selalu mengindar.
Ada kalanya seseorang menghindar. Entah sementara atau selamanya.
"ZHAAAA!"
Teriakkan Ellen benar-benar diabaikan. Sedikitpum Zha tidak menggubrisnya. Entah kenapa ini mampu membuat hati Ellen hancur.
Zha kembali disuguhkan dengan pemandangan buruk. Dia melihat Karlan berdiri di depan ruang BK seperti sedang mencari keberadaannya. Tapi tidak mungkin!!
Saat akan kembali ke kelasnya, langkah terhenti tiba-tiba. Karena Karlan berbincang manis dengan Arian. Arian si ketua osis. Ya Zha dapat melihat jelas dari kejauhan kalau anak itu Arian.
"So kenal banget tuh orang!"
Zha berjalan semakin mendekati mereka. Zha bersembunyi di balik tembok depan ruang Osis. Karena posisi ruang BK bersebelahan dengan ruang osis.
"Papa bangga punya Kamu, kembangin bakat kamu di sini. Jaga nama baik jabatan kamu ya." Karlan memeluk Arian dengan sangat lembut.
Papa? Berarti Arian itu anaknya Karlan si manusia Iblis? Pantesan Sri selalu pulang telat ke rumahnya, bisa jadi mampir dulu ke rumah Arian. Sialan! Pantesan so sibuk ternyata lebih milih anak tiri dibanding anak kandung!
Sri ternyata menyembunyikan rahasia besar darinya. Dari awal Sri menikah lagi dengan Karlan, Sri tidak pernah memperkenalkan Arian pada Zha. Tidak tahu kalau Arian, mungkin dia sudah tau kalau dirinya anak Sri. Tapi yang buat Zha penasaran kenapa Karlan tidak pernah membawa Arian ke rumah Sri? Atau Arian sendiri yang ke rumah Sri, kan punya motor ataupun mobil.
"Udah dikemas semua kan barang-barangnya?"
Arian mengangguk. "Udah, Pa."
"Bagus."
Zha menguping perbincangan mereka. Tapi lama kelamaan mendengar suara mereka membuatnya sebal. Berasa ingin muntah saat ini juga.
"Kalau sampe Arian pindah ke rumah Manda, gue gaakan tinggal diem!"
Its oke. Manda adalah gabungan antara Mama-Bunda.
"Semuanya bangke!"
****
To be continued readers ...Jangan lupa share cerita ini ke temen, sahabat dan kerabat kalian. Ajak meteka buat baca Garfanzha juga😍💐
Ada yang mau di sampaikan buat Aku atau tokoh2?
Follow ig : tikanurhaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Garfanzha (TERBIT)
Teen FictionKita itu seperti pesawat dan langit. Bertemu, namun hanya sekilas. ****** Rhaefal Garfanzha, memiliki masalalu yang buruk sehingga membuatnya trauma akan masalah percintaan. Karena masalalunya Rhaefal menjadi broken home, pemberontak dan cowok berma...