44. Mau Gak?

16 4 0
                                    

Sabar ya, jatuh cinta sama gue emang besar resikonya.

******

Zha langsung membawa badan mungil Ellen ke dalam pangkuannya. Di gendomg seperti bayi lalu berputar sambil tertawa bahagia.

"ZHAAA TAKUTTT!"

"LEPASSIIN!"

"Gue gaakan lepasin tapi lo jawab pertanyaan gue saat ini juga." Ellen mengangguk.

"Mau gak lo jadi pacar gue?"

"Mau." Singkat saja, Ellen menjawabnya.

Senyum Zha tercetak jelas. Kedua matanya memandang rambut indahnya dari atas. Karena pada kenyataannya cowok lebih jangkung daripada cewek.

"Tapi nggak sekarang!"

Bagaiamana perasaan Zha? Sudah diterbangkan, lalu dijatuhkan begitu saja sampai ke palung mariana. Sudah ia duga sebelumnya mengucap kalimat itu, Ellen bukan perempuan yang mudah digoda para cowok.

"Apa perasaan lo udah berubah?"

"Nggak. Sepertinya nggak akan."

"Terus?"

"Gue masih ngerhargai Siska. Dia sodara gue, Zha. Cinta mati sama lo!" Kalimat Ellen kini agak ngegas.

"Iya, itu haknya. Lo juga punya hak kan?"

"Ya punya, tapi gue nggak mau dikira pelakor penyebab kalian putus."

"Siska udah berangkat."

Alis Ellen tertaut. Menyatu membentuk lengkungan unik. "Ke mana?"

"Amerika."

Jemari tangannya merogoh ponsel dalam saku. Segera mencari tahu tentang Siska. Ternyata, gadis itu mengiriminya beberapa pesan.

Len gue pamit

Sorry udah jadi pengacau di hidup lo!

Gue pergi jauh gak akan kembali dan ganggu hidup lo lagi.

Bilangin ke Zha, sorry gue udah buat harapan palsu sama dia. Kalau sebenarnya gue udah punya Kenzie—bule Amerika.

Silahkan benci gue.

Ellen mencubit pipinya. Berasa mimpi, namun sangat nyata. Zha yang dibuat heran merebut ponsel Ellen secara kasar dan membaca pesannya langsung.

"BANGSAT!"

"CEWEK MURAHAN!"

"PENGECUT!"

Beberapa perkataan yang keluar dari mulut Zha membuat Ellen kaget. "Udah, Zha udah."

"Udah tau semuanya kan? Yaudah, gak usah memperpanjang masalah."

Tatapannya tertuju pada iris mata Ellen. Zha merasa dia benar-benar perempuan tulus yang mencintainya. Benar kata pepatah yang katanya cinta itu tanpa alasan.

"Zha... " Ellen memejamkan kedua matanya. "Kenapa lo suka sama gue, jujur."

"Kenapa nanya gitu?"

"Nggak. Gue cuma pengen tau jawaban lo aja."

"Karena lo cantik!" Pipi Ellen merona. Ahh, seperti tomat busuk.

"Kalau gue jelek, lo nggak akan cinta sama gue gitu?"

"Lo juga gitu kan ke gue?"

SEKAK.

"Oh jadi kita satu sama?"

Garfanzha (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang