13 - Arian

12 4 0
                                    


"Bukankah setiap anak memiliki hak untuk hidup bahagia dan mendapat kasih sayang orangtuanya?"

****

Arian kembali ke kelasnya setelah bertemu rindu dengan Karlan, ayah kandungnya. Arian tahu tentang gosip itu tapi Arian percaya sama Ellen kalau itu semua hanya gosip dan akun fake yang dibuat netizen agar dia dibenci sama cowok yang kerap disebut 'es batu' itu.

Sejak pagi Arian tidak melihat sosok Ellen. Mungkinkah dia mengindar dan takut kalau Arian akan marah padanya?

Arian tersenyum membalas sapaan siswi yang menyapanya. Di mana lagi ada ketos cogan, udah gitu ramah, baik hati dan tidak sombong seperti Arian. Sepertinya cowok macam Arian hanya bisa ditemui di wattpad. Jarang kalau di dunia nyata.

*****

Zha diam-diam mengikuti mobil Arian dari belakang. Mungkin sebentar lagi dirinya akan tahu semuanya tentang Arian.

Saat ini mobil Arian berhenti di depan rumah mewah dengan tinggi menjulang bagai istana raja. Zha menganga takjub. Walau rumah Mamanya Zha mewah, tapinlebih mewah ini. Ini rumah Karlan? Tapi kenapa Karlan malah tinggal di rumah Sri?

"Bodoh!" Zha tersenyum smirk menatap rumah itu.

Pintu gerbang rumah yang tinggi itu terbuka. Mobil Arian masuk ke dalam sana. Seorang satpam mendekati mobil Zha. "Maaf, anda siapa? Mengapa berhenti di sini?" tanyanya dengan tegas.

"Kenapa emang, nggak boleh?" Zha menantang.

"Maaf dek, tidak boleh ada mobil yang parkir di sini selain keluarga Karlanioz." Seperti sebuah usiran, satpam itu mempertegas perkataannya.

Anjir songong!

"Kalau saya keluarganya gimana?"

"Sepertinya anda sudah tidak waras," ujar satpam berkumis baplang itu. "Segera pergi dari sini!"

Merasa di usir Zha menjauhkan mobilnya dari rumah mewah itu. Tak lama mobil Arian keluar gerbang. Zha melajukannya kembali dengan pelan agar Arian tidak curiga kalau dia mengikutinya dari belakang.

Sampai di tempat tujuan ...

Arian turun dari mobilnya dan memasukkan mobilnya ke gerbang. Emosi Zha kembali memuncak. Benar dugaannya kalau Arian akan tinggal di rumah Sri bersama Karlan. Sialan!

Darah Zha seperti mendidih, emosinya memuncak. Zha memukul dashoard mobilnya keras.

"Bangsat!" Zha meluapkan emosinya.

Bahkan saat ini Zha tidak bisa menerima kalau Sri sudah jadi milik Karlan. Boleh saja kalau sikap Karlan pada Zha baik, tapi ini kelewat batas. Keterlaluan. Pria itu sama sekali tidak menganggap Zha anak tiri. Seperti oranglain.

Zha ikut turun dari mobilnya. Dengan wajahnya yang bengis, cowok itu mempercepat langkahnya. Ikut masuk ke dalam.

Arian dipeluk oleh Karlan dan Sri bersamaan. Sepertinya mereka libur kerja hari ini. Zha dibuat mematung dengan pemandangan buruk ini. Sri memperlakukan Arian saat ini penuh kasih sayang. Sedangkan dirinya tidak pernah diperlakukan seperti itu sama sekali.

Zha tahu alasan Sri dan Rafin-ayahnya dulu menikah. Karena sebuah perjodohan. Orangtua Sdi dan Rafin sahabatan. Bahkan saat mereka sedang hamil, mereka berjanji akan menjodohkan anak mereka kalau sudah dewasa.

"Mulai sekarang kamu tinggal di sini. Biarkan Kakak kamu yang tinggal di rumah," ujar Karlan.

"Siap pak,"

"Biii tolong masukkan kopernya ke dalam ya!" perintah Sri pada pembantunya yang sudah pulang lagi setelah pulkam.

"Siap nyonya."

Kaki Zha yang sudah gatal, kini melangkah mendekati mereka. Dia ingin meluapkan semua amarahnya.

"Tunggu!" Zha menghentikan mereka semua yang akan masuk ke dalam rumah.

Sri memandang Zha dengan berkaca-kaca, Arian menganga karena tidak tahu kenapa Zha ada di sini, dan Karlan menatap tajam ke arahnya.

"Lo murid baru itu kan?" Arian membuka suara. Karena saat itu Arian yang mengantar Zha ke ruang kepala sekolah.

"Iya lo ketos. Gue tahu. Kenapa?" Zha memberikan tatapan tak bersahabat pada lawan bicaranya.

"Loh kamu satu sekolah sama dia?" sambung Karlan. Arian mengangguk.

"Bagus Manda, bagus. Anak sendiri di asingkan seperti oranglain sedangkan dia ..."

"CUKUP!" Karlan menghentikan ucapan Zha.

"PERGI DARI SINI!" seru Karlan mengusir Zha. Tetangga mereka hanya menonton kejadian itu.

Hati Zha semakin memanas. Sri tidak berkata apa-apa. Hanya diam memandang Zha dari atas sampai bawah.

"Pa, kenapa Zha nggak tinggal di sini aja? Rian ada temen kan ntar?" Arian.

Zha beringsut mendekati Karlan, menyingkirkan Arian. Cowok itu menarik kerah baju Karlan sampai jaraknya dengan pria itu beberapa centi lagi.

"MANUSIA BERHATI IBLIS!" sarkas Zha. Tangannya yang akan menonjok dada Karlan tertahan oleh kedua tangan Karlan.

Bukan Zha yang menonjok Karlan, tapi Karlan yang menonjok dada cowok itu. Dilanjut dengan menonjok pipinya. Hampir saja mengenai matanya. Kini bibirnya berdarah, karena pukulan itu.

"BERANI KAMU LAWAN SAYA?"

Zha tersemyum smirk. "Siapa takut?"

"SUDAH MAS! SUDAH! DIA ANAKKU. HIKS .. HIKS ... " Sri memghentikan aksi suaminya itu dengan bergetar. Walau Sri juga kadang keras padanya tapi wajar karena Sri mendidiknya bukan mencelakainya.

"DIAM SRI!"

Karlan terus saja melakukan aksinya memukul Zha. Dia belum merasa puas.

"Gue gak takut sama lo," lirih Zha.

"PA, UDAH PA!" kini Karlan berhenti karena Arian yang menghentikannya.

Zha menatap Arian setajam elang. Seperti punya dendam terpendam khusus cowok itu.

"Manda, denger." Zha mendekati Sri.

"Kalau suatu hari nanti Zha menghilang, jangan pernah nyari Zha, jangan pernah peduliin Zha dan jangan pernah tangisi Zha."

Setelah mengatakan itu, Zha mundur beberapa langkah lalu masuk ke dalam mobilnya. Melajukannya dengan kecepatan tinggi.

Zha pikir hidupnya akan baik-baik saja setelah kepergian ayahnya. Tapi malah sebaliknya. Semuanya berubah. Zha sendiri tidak tahu alasan terselubung apa yang Karlan miliki dengan menikahi Sri? Rasanya Zha merasa ada yang tidak beres dengan Karlan. Masalahnya, kalau dia tidak suka sama Zha kenapa harus tetep menikahi Sri, bundanya?

"Pa, mau sampai kapan papa bersikap seperti ini sama Zha?" Arian memandang mobil Zha yang semakin menjauh. Waktu telah membongkar semuanya, kini Arian tahu kalau Zha adalah anak Sri-Ibu tiri Arian.

"Bukankah setiap anak memiliki hak untuk hidup bahagia dan mendapat kasih sayang orangtuanya?"

"Denger Arian-"

"Pa, Arian nggak bisa diem aja kalau Papa bersikap nggak adil sama Zha."

******

Love youu readers 💕

Good luck buat yang udah baca sejauh inii😍

Follow Instagram : tikanurhaaa

Garfanzha (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang