42. Diary

24 3 0
                                    

HALLO EPRIBADEH👋
PUASANYA PADA FULL GAK?

SEKARANG HARI TERAKHIR PUASA YA, SEMOGA TAHUN DEPAN KEMBALI DIPERTEMUKAN DALAM KEADAAN SEHAT. AAMIIN.

AKU DAN SEGENAP KELUARGA MENGUCAPKAN MINAL AIDZIN WAL FAIDZIN 🙏 MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN 🙏👨‍👩‍👧

Khususnya buat reader, maafin digantung cukup lama 😅 Semoga berkenan untuk memaafkan.

❤❤❤

HAPPY READING 👑
Tinggalkan jejak ✔

__________________________

"Gitu ya kalau orang lagi jatuh cinta. Menomor duakan teman seenak jidat."

******

Foto-foto tertempel banyak di tembok samping tangga. Selama menaiki tangga, Ellen memandang foto-foto itu ke samping dengan senyumnya yang tercetak sempurna. Langkahnya terhenti ketika di anak tangga paling atas. Mendapati foto sang pemilik rumah. Pengeran tampan Zha.

Seperti perjanjiannya di sekolah siang tadi, Ellen ke rumah Zha lagi untuk belajar. Demi nilai UN nya. Kalau tidak, Ellen bodoamat dan tidak terlalu peduli. Hanya saja dirinya merasa tertantang untuk meraih milai tertinggi nanti meski rasanya mustahil untuk terjadi.

Matanya terbelalak kaget saat melihat Zha dan  seorang gadis tengah duduk santai di sofa ruang tamu atas sambil makan ice cream dengan rakus.

"Ekhem ...  " Ellen menyadarkan mereka, karena seolah kehadirannya tidak dianggap.

Kalau tahu akan seperti ini, Ellen akan memilih diam di kamar. Daripada hatinya sakut seperti ini, repot. Maagnya bisa kambuh lagi. Kalau sakit hati gadis itu tidak akan makan sampai sembuh pantas saja.

"Len. Sini!" Zha memberi isyarat agar Ellen mendekat lalu mengulurkan tangannya pada cewek itu.

"Hai, gue Ellen." Senyum Ellen mengembang walau kenyataannya agak canggung.

"Dia siapa lo?" tatapan gadis itu menyelidik Ellen dari atas sampai bawah.

"Temen."

"Masa?"

"Serah mau percaya atau nggak."

"Tumben lo berani masukin cewek ke rumah? Untung ada gue. Kalau gak, gue gak yakin tuh bocah besok masih vulgare."

"Mulut lo bisa dijaga?" tatapan Zha berubah sinis.

"Enggak. Kenapa?"

"Lo reseh!" Zha meluapkan kekesalannya.

"Baru nyadar?" Tawa Shiva semakin menggelegar.

"Diem!"

Zha menarik Ellen agar menjauh dari Shiva. Mengajaknya naik ke balkon. Katanya agar belajarnya fokus dan nyaman.

Keadaan mendadak hening. Baik Zha maupun Ellen tidak ada yang membuka suara. Hanya semilir angin yang merasuk tubuh dan daun-daun jatuh.

"Udah hafal?"

"Udah!"

"1-100?"

"Iya."

"Yaudah cepet gue test!"

Garfanzha (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang