"Jalan hidup manusia memang tidak ada yang tahu. Sudah direncanakan Tuhan dengan sebaik mungkin."*****
Hari ini adalah puncak perjuangan seluruh siswa kelas 12 SMA seluruh dunia. Ujian yang menjadi bahan pertimbangan lulus atau tidaknya para siswa di akhir nanti. Yaitu Ujian Nasional. Apalagi, dalam satu ruangan ada 3 orang pengawas yang mondar-mandir menyelidiki para siswa yang tengah mengerjakan soal.
Sadar atau tidak, tetap saja ada yang membawa contekan. Meski tidak dalam bentuk kertas, di tulis di atas meja tipis-tipis.
"KALAU ADA YANG BAWA CONTEKAN, SAYA SOBEK KERTASNYA SEKALIAN!"
"INGAT, FOKUS AGAR KALIAN LULUS!"
Terhitung sudah 15 menit mulai, Ellen masih berkutat dengan nomor dua. Belum seberapa, kepalanya sudah berasa mau meledak. Ia menggerutu dalam hati. Meminta pertolongan kepada Tuhan agar memberinya hidayah.
"CKK!"
"Kenapa kamu?" tanya pengawas berkacamata tebal.
"Tidak bu."
"Ayo konsentrasi."
DRRTTT ... DRRTT ...
Pengawas berkacamata itu—Bu Ita—dari SMAKAR—Sekolah musuh SMASAJAK menurut anak-anak nakal. Ponselnya bergetar, lalu mengangkatnya.
"Hallo bu iya ada apa?"
"Apa sudah selesai?"
"Bu tolong suruh anaknya cek lagi jawabannya. Ini masih 15 menit loh"
"Ah saya jadi penasaran sama anaknya"
"Baik bu siap terimakasih"
Ellen kembali mengotret dengan ngasal. Bodoamatlah mau salah semua juga. Karena matematika memang kelemahannya.
Zha duduknya deket siapa ya kira-kira? Dia udah selesai apa belum? Lagi mikirin siapa ya kira-kira kalau udah? Pikirannya melayang ke mana-mana.
Waktu pun akhirnya habis. Soal Ujian telah terkumpul semua di meja pengawas. Setelah ini istirahat dulu 15 menit, lalu masuk lagi dengan mapel yang berbeda.
"Ben, gua sakit hati anjir!"
"Kenapa Rik?"
"Gue diputusin sama pacar gue, dengan alasan mau fokus UN."
"Wahahaha sabar ya Rik. Ujian percintaan emang macam-macam."
"Pokoknya tahun depan gue gak setuju UN di hapus. Gue ingin oranglain ngerasain gimana rasanya ditinggal dengan alasan mau fokus."
"Nyesek ya ditinggal pas lagi sayang-sayangnya. Apalagi dengan alasan klasik boy."
"Yap!"
Ellen mendinginkan otaknya di kelas, mendengar percakapan teman-teman seruangannya.
******
Zha di panggil ke ruang BK tepat setelah bel istirahat berbunyi. Padahal Zha tidak berbuat salah apapun akhir-akhir ini. Insaf? Tidak juga. Hanya saja ia tidak suka memperpanjang masalah.
"Permisi Pak." Menghadap Pak Danang, Zha duduk setelah di suruh duduk.
Selain Pak Danang, banyak guru-guru lain yang duduk dalam ruangan. Jelas Zha heran.
"Mungkin kamu heran kenapa dipanggil ke sini kan?" tanya Pak Danang.
"Iya Pak."
"Tenang. Kamu tidak buat masalah ko."
KAMU SEDANG MEMBACA
Garfanzha (TERBIT)
Fiksi RemajaKita itu seperti pesawat dan langit. Bertemu, namun hanya sekilas. ****** Rhaefal Garfanzha, memiliki masalalu yang buruk sehingga membuatnya trauma akan masalah percintaan. Karena masalalunya Rhaefal menjadi broken home, pemberontak dan cowok berma...