See You Tomorrow

325 41 1
                                    

You're the sun to the moon
You're my ocean, painted blue
You, I'm nothing without you
Like an angel in a nightmare
You opened up my eyes
Looking in all the wrong places
You're the one I needed this whole time

You
-Lany-

***

Iqbaal pulang kerumah dengan perasaan yang kacau. Perjalanan dari Kemang ke Pondok Kopi terasa sangat lama. Belum lagi ia harus menahan emosi karena jalanan macet. Jalanan Kemang terasa begitu kecil untuk jumlah kendaraan yang sangat banyak, bukan hanya karena ini hari jumat, yang itu artinya sudah memasuki waktu weekend, tapi jalanan ini memang padat setiap hari. Sebisa mungkin Iqbaal selalu menghindari jalanan kemang karena ia tidak tahan dengan macetnya. Kecuali kalau memang ada pekerjaan yang harus di lakukannya di daerah itu. Mau tidak mau ia harus kesana juga.

Saat ini yang paling di butuhkan Iqbaal  adalah untuk cepat - cepat sampai di rumah. Ia Tidak ingin bicara dengan siapa - siapa, dan hanya memikirkan apa yang baru saja terjadi. Iqbaal tidak tau apa yang ia  lakukan ini sudah benar apa tidak. Suasana hatinya kacau, dan sungguh ia merasa bersalah sekarang. Kesalahpahaman ternyata masih bisa membuatnya sakit seperti ini

"Assalamualaikum" Iqbaal memasuki rumah yang ternyata sudah ada bunda yang menunggunya. Bunda Sedang duduk di teras rumah sambil menelepon seseorang yang ia tidak tahu itu siapa.

"Walaikumsalam, baru pulang Dek?" Kata Bunda sambil mengatupkan  tangannya ke bagian speaker di ponselnya, mencoba menghalangi agar suaranya tidak terdengar  oleh orang yang ada di seberang telepon.

"Iya, Bun" kata Iqbaal sambil mencium tangan dan pipi Bunda.

"Ya udah, mandi dulu sana, bersih - bersih  kamu bau, abis itu kita makan malam" kata Bunda sambil mengendus aroma badannya. iya, gue belom mandi dari semalem.

"Hehehe, ale masuk dulu ya bun" katanya sambil menyengir dan buru - buru masuk ke dalam.

Di kamar, ia meletakkan tas nya di atas meja belajar, ada sebuah foto polaroid disana, foto yang dulu pernah di ambil Lia ketika shooting Dilan 1990, foto mereka berdua, foto yang pernah jadi bahan rebutan olehnya dan Lia. Kalian pasti tahu kalau pernah menonton behind the scene film Dilan 1990. Foto itu akhirnya jadi miliknya setelah bersusah payah membujuk Lia waktu itu karena Lia tidak mau memberikannya kepada Iqbaal.

Ia mengambil foto itu, memandanginya lagi untuk yang kesekian kalinya. Rasanya selama beberapa tahun ini, hanya foto itu yang bisa sedikit menghibur hatinya ketika ia sudah sangat kangen dengan Lia. Hanya foto itu satu - satunya yang ia miliki, dan selalu ia bawa bahkan ketika ia harus pergi sekolah ke luar negeri. Meski ia bisa selalu melihat foto mereka berdua bertebaran di sosial media, tapi hanya ini satu - satunya yang membuatnya merasa selalu terhubung dengan Lia secara personal. Foto yang belum pernah di ketahui publik. Senang rasanya memiliki sesuatu yang tidak di ketahui orang lain.

Iqbaal menarik kursi, mengistirahatkan badannya sebentar, masih sambil memandangi fotonya dan Lia. Ia teringat tadi sore ia sempat mengirim pesan kepada Lia, ia ingin melihat apakah Lia sudah membalas pesannya dan seketika ia merasa kecewa ketika tidak menemukan balasan pesan dari Lia ketika membuka ponsel. Jadi ia hanya mengecek beberapa notifikasi lain dan membalas beberapa pesan penting yang masuk, sisanya ia biarkan begitu saja, tanpa membacanya.

Kenapa Lia ga membalas chat gue ya, apa mungkin dia ga mau ngomong sama gue..

Iqbaal menarik nafas dan menggelengkan kepalanya. Dari pada semakin pusing memikirkan yang tidak - tidak, Ia memutuskan untuk mandi. Air hangat mungkin bisa sedikit membuat pikirannya menjadi sedikit lebih rileks.

RUMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang