Pernyataan

364 40 3
                                    


Cause I will fall for you
no matter what they say
I still love you
You'll never be alone
now look me in the eyes
I still love you
Till forever

I still love you
-The Overtunes-

***

Iqbaal terbangun pukul 9 pagi, kepalanya pusing sekali. Semalam ia tidak bisa tidur. Isi kepalanya di penuhi dengan pikiran tentang Lia, Zidny, dan semua yang terjadi kemarin. Ia benar - benar baru bisa tidur menjelang pukul 3 pagi, dan Ia kelewatan sholat subuh.

Tok.. tok.. tok..

"Dek, bangun, udah jam 9 Dek, ayo sarapan" terdengar suara Bunda mengetuk pintu kamarnya. Iqbaal yang masih berbaring di tempat tidurnya tidak menjawab.

"Dek?" tok.. tok...tok..

"Iya bun, Ale udah bangun, bentar Bun, Ale cuci muka dulu" Iqbaal segera bangun dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci mukanya. Kemudian mencari ponselnya yang semalam - seingat Iqbaal - ia letakkan di atas meja, tapi ia ambil lagi dan kembali memainkannya karena tidak bisa tidur, setelah itu ia tidak ingat lagi ponsel itu ada dimana. Ia mencari - cari di dalam selimut, di bawah bental, tetap tidak ketemu. Ternyata sudah jatuh di bawah tempat tidurnya dengan banyak sekali missed call dan notifikasi dari Rinrin. Mau apa Rinrin meneleponnya pagi - pagi begini, apa lagi ini hari sabtu, seingat Iqbaal, mereka tidak ada janji bertemu atau melakukan sesuatu hari ini.

Iqbaal membuka pesan yang dikirim Rinrin jam setengah 8 tadi. Tumben, pikirnya. Biasanya Rinrin belum bangun jam segitu, apa lagi ini weekend, Rinrin tidak akan beranjak dari tempat tidurnya kalau jam belum menunjukkan pukul 12 siang.

Elu kemana aja sih, ilang dari semalam, mana telpon gue ga di angkat - angkat.

Kalo elu udah bangun, cepat telepon balik gue, penting!!!!

Alih - alih membalas pesan dari Rinrin, ia hanya membacanya. Entah kenapa ia masih tidak ingin bicara dengan Rinrin dulu. Paling - paling Rinrin cuma mau memarahinya. Mungkin semalam Zidny sudah mengadu dan menceritakan semuanya. Rinrin adalah salah satu teman Zidny yang paling dekat dengannya, jadi wajar kalau Rinrin juga pasti marah pada Iqbaal.

Iqbaal sudah ingin kembali meletakkan ponselnya ketika ia tiba - tiba ingat kalau hari ini ia berjanji kepada Lia untuk menjemputnya di rumah Kak Sissy. Cepat - cepat ia membuka ponsel lalu mengirimkan pesan kepada Lia.

Morning Lia, aku jemput kamu jam 11 ya, i will definitely to see you Ya. See you soon.

Iqbaal tersenyum, kali ini ia tidak bertanya, melainkan membuat pernyataan yang menegaskan kalau ia akan menjemput Lia. Sungguh ia percaya diri kali ini, rasa - rasanya ia tidak butuh persetujuan dari Lia unyuk menjemputnya. Meski tidak mengharapkan balasan secepatnya dari Lia, ia tahu Lia pasti akan membaca pesannya. Seketika ada perasaan hangat menjalar di tubuhnya menggatikan keraguan yang semalam masih tersimpan rapi di lubuk hatinya.

Iqbaal meletakkan ponselnya di atas meja di sebelah tempat tidurnya, keluar dari kamar lalu menyusul Bunda yang dari tadi sudah menunggunya di meja makan.

"Kamu itu, kalo ga di bangunin, bisa tidur terus sampe besok ya" Bunda mengambil piring dan mengisinya dengan nasi goreng dan telur mata sapi untuk Iqbaal.

"Hehehe maaf bun, semalam Ale ga bisa tidur" katanya mengambil tempat di depan bunda di sebrang meja.

"Tumben, ga bisa tidur, biasanya kalo udah nempel langsung Molor" Bunda meledek Iqbaal. Ia memang seperti itu, selalu mengantuk dan mudah sekali tertidur. kebiasaan mudah tidurnya bahkan sudah di ketahui banyak orang. Dulu waktu shooting Dilan 1990, saat sutradara mengatakan "Cut" maka ia buru - buru mencari tempat yang di rasa nyaman untuk kemudian pergi tidur. Bahkan Iqbaal pernah berkelakar kalau ia bisa tidur sambil berdiri. Benar - benar aneh. Tapi entah kenapa, ketika Iqbaal tertidur di lokasi shooting, tidak ada crew yang berani membangunkannya, meskipun ia sudah harus segera melakukan Take selanjutnya. Iqbaal saat itu terkenal sangat Moody, jadi semua orang memilih untuk membiarkannya tidur saja jika sedang break shooting. Karena jika moodnya sudah berantakan, maka suasana di lokasi shooting bisa berubah menjadi tidak menyenangkan. Satu - satunya orang yang berani membangunnya adalah Lia, dengan cara yang juga tidak biasa. Ia harus menggelitik telapak kaki Iqbaal agar ia mau bangun. Lalu semua itu, kini telah menjadi kenangan manis yang pernah ada di antara mereka.

RUMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang