Waiting For You

375 44 2
                                    

And I can’t stand to wait your love is coming to my life
When you love someone
Just be brave to say
that you want him to be with you
When you hold your love

Don’t ever let it go

When you love someone
-Endah & Rhesa-

***

"Lia, kita pacaran aja yuk"

Iqbaal masih menatapnya dalam, tidak ada senyum di wajahnya. Kali ini ia tampak serius. Sementara Lia masih diam saja. Tidak menjawab "Iya" ataupun "tidak". Juga tidak bisa bergerak, badannya terasa kaku, jantungnya hampir berhenti. Ia masih terkejut dengan pernyataan Iqbaal barusan. Tiba - tiba ia merasa sangat kepanasan, padahal AC mobil Iqbaal sangat dingin.

"Ya?"

Lia menarik nafas, ada tarikan senyum tipis di bibirnya yang mungil. Akhirnya, yang selalu ia tunggu - tunggu dari dulu. Pernyataan dari Iqbaal yang selalu ia harapkan dari sejak 4 tahun lalu. Akhirnya ia mendengarnya. Ada perasaan lega di hatinya, seperti semua bebannya sudah terangkat. Seketika muncul sensasi menggelitik di perutnya. Meski ada yang terasa mengganjal di hatinya.

Tapi entah kenapa, bukan itu yang aku harapkan hari ini, Baal

Lia menarik tangannya dari gengaman Iqbaal, kemudian beralih memegang pipinya, mengelusnya perlahan.

"Aku senang dengarnya Baal, akhirnya kamu berani meminta aku" Lia tersenyum masih sambil mengelus pelan pipi Iqbaal. Ia tahu Iqbaal tidak main - main. Ketulusan terpancar jelas dari matanya. Hanya saja Lia tahu bahwa Iqbaal tidak pernah terburu - buru membuat keputusan. Iqbaal bukan laki - laki yang akan berbuat sesuatu tanpa ia pikirkan masak - masak terlebih dahulu. Apalagi mengenai hubungan mereka, rasanya ini bukan hal sederhana yang akan ia putuskan tanpa memikirkannya lebih dulu.

"Tapi?" Tanya Iqbaal, ia tahu ada keraguan dalam hati Lia.

"Aku ga bisa jawab sekarang, rasanya ini terlalu terburu - buru, aku ga mau kamu membuat keputusan tanpa di pikir dulu Baal, dan kamu juga harus selesaikan masalah kamu dulu dengan Zidny, aku ga bisa bersenang - senang sementara ada perempuan lain yang terasakiti" Lia menatap iqbaal, matanya mulai berkaca - kaca. Tapi berusaha ia tahan agar air matanya jangan sampai jatuh. Tidak sekarang.

"I drive from Jakarta to Bandung just to meet you, what makes you think i have something with Zidny? Aku sama Zidny ga ada apa - apa, Ya"

"Aku tahu, tapi Zidny ga nganggap kamu sama seperi itu, Baal" Lia menghela nafas, menyenderkan tubuhnya kebelakang.  kemudian ada hening yang panjang, masing - masing dari mereka sibuk dengan pikirannya sendiri. Lia mengalihkan pandangannya keluar jendela.

"Lagi pula, aku ga mau kita bikin kekacauan lagi kaya dulu" katanya lebih kepada diri sendiri.

Lia menyadari akan tidak baik bagi mereka untuk bersama saat ini. Bukan Lia tidak mau, tapi ia tidak yakin pada dirinya sendiri. Apa lagi akan ada hati yang terluka, dan itu ikut membuatnya terluka. Maka kali ini ia biarkan semesta membuat jalannya sendiri. Ia masih butuh waktu untuk menata hatinya. Luka yang dulu masih belum sembuh, dan sekarang perasaannya kembali terbelah antara senang karena Iqbaal memberi tawaran yang sudah sejak dulu ia tunggu - tunggu, tapi juga sedih karena ia belum mampu memantapkan hati untuk menerima  tawaran itu.

"Kamu benar Ya, harusnya aku ga perlu buru - buru kaya gini, aku cuma takut kehilangan kamu lagi" Iqbaal menarik nafas, kesedihan tergurat di wajahnya.

"Kamu ga akan kehilangan aku, Baal, aku selalu di sini kok, ga pernah kemana - mana" Lia tersenyum menatap Iqbaal.

"Tapi mungkin butuh waktu lama, Ya, sedangkan aku ga mau buat kamu menunggu lebih lama lagi"

RUMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang