Putus

327 42 2
                                    

You would never ask me why
My heart is so disguised
I just can’t live a lie anymore

Goodbye
-Air Suply-

***

Keesokan harinya, Iqbaal yang sudah berjanji kepada Lia, bahwa sore nanti ia akan menjemputnya sepulang kerja, lalu akan mengajaknya jalan - jalan atau makan malam. Meskipun ia belum tau akan mengajak Lia kemana, hari ini ia hanya ingin bertemu dengan Lia, Memberi tahu semuanya apa yang terjadi kemarin kepada Lia secara langsung. Meskipun semalam, ia memang sudah memberitahunya melalui telepon. Sejujurnya ia hanya ingin memeluk Lia erat - erat. Walau sebenarnya ia tidak yakin dengan perasannya saat ini, di satu sisi ia merasa bahagia karena satu masalahnya sudah selesai, tapi di sisi lain ia juga sedih dengan keputusan Zidny yang memilih untuk pergi dari management.

Iqbaal sadar meskipun ia dan Zidny sudah mengakhiri semuanya, ia tetap tidak boleh terlalu sering bersama Lia. Ibu masih memberlakukan aturan bahwa ia tetap harus menjaga jarak dengan Lia demi mengalihkan perhatian orang dari image Dilan yang ada di dalam dirinya. Apa lagi, sebentar lagi Film Ali dan Ratu - Ratu Queens akan segera tayang, Iqbaal harus fokus untuk mengikuti semua promo dan interview. Ia di tuntut untuk memunculkan Image Ali dalam dirinya. Bu mamut tidak ingin perhatian orang terpecah hanya gara - gara pemberitaan soal hubungan pribadinya dengan Lia nantinya.

Begitulah semua yang di katakan Bu Mamut ketika ia di bangunkan pagi ini. Ia baru saja berada di puncak kebahagian tapi pekerjaan selalu menuntutnya untuk profesional, dengan selalu memberi beban yang sulit ia tolak. Berada di dekat Lia adalah satu - satunya kebahagian yang bisa di rasakan Iqbaal, tapi kenapa justru itu yang tidak boleh ia lakukan.

Iqbaal mengambil kunci mobil dari dalam lemari kabinet yang ada di dekat pintu ketika tiba - tiba Zidny meneleponnya.

"Assalamualaikum" sapa Iqbaal ke pada Zidny

"Walaikumsalam, Bay, aku bisa minta tolong" Suara Zidny terdengar seperti orang yang sedang terburu - buru.

"Boleh, Kenapa?" tanya Iqbaal.

"Kamu bisa tolong ambilin barang - barang aku yang ketinggalan di rumah Ibu ga? cuma perlengkapan gambar kok, aku butuh buat ngerjain tugas magang" kata Zidny meminta tolong

"Aku ada janji sama Lia, Zee, kenapa ga kamu ambil sendiri aja?"

"Please Bay, aku masih ga enak buat ketemu sama Ibu, Ibu pasti masih marah sama aku, kemarin alat gambar aku ketinggalan di meja dekat tv, aku sampe lupa gara - gara suasanya ga enak banget, please, tolong ya, Ibay yang baik" katanya memohon

"Gimana ya..." Iqbaal berpikir sejenak untuk memutuskan apakah ia harus menolong Zidny atau tidak, sementara waktunya untuk menjemput Lia sudah semakin mepet.

"Nanti aku deh yang bilang sama Sasha, ya? ya? please!"

"Ya udah, tapi abis dari tempat ibu aku jemput Lia dulu, baru nganterin punya kamu"

"THANK YOU IBAY, BAIK DEH!" Zidny berteriak kencang sekali sampai - sampai ia harus menjauhkan ponselnya dari telinga. Sudah lama rasanya ia tidak mendengar Zidny yang ceria seperti ini.

"Iya.. Iyaa berisik, aku udah mau jalan nih, bye" Iqbaal langsung mematikan ponsel tanpa menunggu kata - kata perpisahan dari Zidny.

Iqbaal mengunci pintu apartment, lalu bergegas turun menuju parkiran dengan menggunakan Lift yang tidak jauh dari kamarnya. Lia memang tidak mengatakan jam berapa Ia akan selesai kerja, tapi Ia tidak ingin membuat Lia menunggu lama, biar ia saja yang menunggu.

RUMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang