Maaf

384 44 1
                                    

For all the things I didn't do
And all the love that haven't got to you
I'm sorry
I wish I could turn back the time
And let you know I never meant to hurt you
I'm sorry, I'm sorry

Sorry
-Pamungkas-

***

Iqbaal tiba di jakarta pukul 3 sore. Setelah melalui jalanan yang panjang dari Bandung, Sebenarnya tubuhnya sudah sangat lelah. Tapi Iqbaal tidak mau menunda - nunda lagi. Ia sudah berencana akan langsung menemui Zidny. Jadi ia sempatkan mengirim pesan kepada Zidny untuk menanyakan keberadaannya. Zidny bilang ia masih di studio milik temannya dan baru selesai kira-kira satu jam lagi. Iqbaal mengajak Zidny untuk ketemuan di luar saja dan Zidny mengiyakan ajakannya. Yang ia butuhkan sekarang adalah tempat yang cukup tenang dan tidak banyak orang untuk bisa mengobrol berdua dengan Zidny.

Jujur, ia belum tahu bagaimana harus memulai pembicaraan dengan Zidny nanti. Ia juga tidak mau memikirkan reaksi Zidny setelah mendengar penjelasannya. Zidny mungkin akan marah, tapi bisa juga tidak, kalau ia cukup bisa memahami Iqbaal selama ini.

Sudahlah, Iqbaal tidak berharap Zidny tidak akan marah padanya setelah mendengar penjelasannya nanti. Untuk semua yang telah dia lakukan, Zidny punya hak untuk marah. Atau jangan - jangan dia sendiri mengharapkan itu, agar bisa perlahan - lahan menjauh dari Zidny, dan dia bebas untuk kembali mendekati Lia, tanpa rasa berasalah. Mungkin nanti keadannya bisa jadi lebih mudah untuk di jalani, kalau mereka tidak baik-baik saja. Persahabatan mereka bisa saja jadi berantakan gara-gara ini, ia tidak akan memaksa zidny untuk akan selalu baik padanya. Meskipun hubungan mereka nantinya akan berpengaruh terhadap pekerjaan mereka di Svmmerdose, dia akan mencoba mengerti, dan mencari solusi lain. Ahh soal itu, nanti saja ia pikirkan, yang penting sekarang ia harus memperjuangkan Lia dulu. Sekali lagi Iqbaal tidak mau menerka-nerka bagaimana reaksi dan hubungannya nanti dengan zidny. Yang Iqbaal tahu, ia harus segera menyelesaikan apa yang sudah ia  mulai.

Iqbaal memasuki sebuah restoran di kawasan Kemang tempat ia dan Zidny janjian. Zidny belum datang. Ia meminta untuk di berikan ruangan privat kepada pihak restoran, dan langsung di arahkan ke salah satu ruangan di lantai 2. Seorang pramusaji memberikan daftar menu. Tapi Iqbaal tidak tertarik untuk memesan makanan. Anehnya ia sama sekali tidak merasa lapar padahal dari sejak ngantar Lia tadi ia belum makan siang, hanya makan es krim yang dia pesan ketika ia jalan-jalan sama Lia tadi pagi. Jadi ia hanya memesan secangkir kopi hangat, dan mengatakan nanti saja untuk makanannya.

Iqbaal membuka ponselnya, mengirimkan pesan kepada Lia kalau ia sudah sampai di jakarta. Tadi sebelum pulang, ia sudah berjanji akan mengabari Lia. Tapi sepertinya Lia masih sibuk, karena dia belum membaca pesan yang ia kirimkan dan tidak ada tanda-tanda Lia sedang Online. Belum apa - apa dia sudah kangen Lia. Teringat lagi apa yang di lakukannya dengan Lia semalam. Semudah itu ternyata Lia memaafkannya. Entah apa yang membuatnya takut selama 4 tahun ini. Padahal Lia tidak pernah berubah, masih sama seperti dulu. Tidak membencinya dan selalu mudah memaafkan.

Iqbaal juga mengirimkan pesan kepada Zidny, kalau dia sudah sampai di restoran tempat mereka janjian,yang langsung di balas Zidny dengan mengatakan bahwa ia akan sedikit terlambat karena jalanan yang macet. Iqbaal tidak membalas lagi pesan dari Zidny dan langsung memasukkan ponselnya ke saku celana. Ia mengambil Laptopnya dari dalam tas, mencoba melakukan sesuatu disana selagi menunggu Zidny datang, meski hatinya tidak tenang. Tidak lama kemudian pramusaji datang dengan kopi pesanan Iqbaal di nampan. Lalu di belakangnya mengikuti Zidny yang baru saja datang. Ia mempersilahkan Zidny duduk, dia mengambil tempat tepat di depan Iqbaal di sebrang meja. Iqbaal mematikan laptopnya dan menyimpannya kembali ke dalam tas.

RUMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang