sq] xii. end

932 105 56
                                    

8 bulan kemudian...

Suasana hari wisuda sangat menyenangkan dengan cuaca cerah yang membuat para wisudawan bersemangat sendiri. Ada yang sudah berpeluk-pelukan karena akan berpisah, ada yang lanjut kerja di luar kota dan luar negeri. Ada pula yang tidak siap untuk bekerja.

"Wah, akhirnya lulus juga gue!" seru Haechan sambil membungkuk, sangat senang hingga ingin teriak.

Jaemin yang berada di sebelahnya terkekeh. "Segitunya seneng? Makanya, beruntung kan lo belajar sama gue?" Jaemin mengangkat alisnya menyombongkan diri.

"Gak nyesel gue punya temen kayak lo, buktinya gue sekarang bisa free like nothing to do."

"Apaan, sih, lo? Sok Inggris!" celetuk Renjun kepada Haechan.

Sementara Jeno hanya tersenyum saja, sejak 8 bulan belakangan, Jeno berusaha hidup untuk dirinya sendiri, ia tidak terlarut dalam kesedihan yang ia alami 6 bulan sebelum ini. Hari dimana Ayahnya dipindahkan ke luar negeri.

"Keputusan bagus lo gak jadi cuti," kata Renjun, peka melihat Jeno yang hanya diam saja.

"Lo udah hebat kok, Jen."

Jeno mengangguk-angguk.

Tak lama, Chani datang menghampiri mereka berempat, beberapa anak BEM lainnya juga ikutan mendatangi mereka.

"Ntar malem ada acara perpisahan," kata Chani, "jangan lupa dateng. Khususnya Jeno, lo paling wajib dateng."

Haechan mengernyit, "apaan, sih? Lo jangan-jangan mau cari masalah sama Jeno?" tanyanya.

"Enggak, lihat aja nanti. Lo kok suka mikir negatif ya ke gue?" tanya Chani, melemparkan tatapan tak suka.

Haechan melotot. "Apa lo?!"

"Haechan, berhenti," tegur Renjun.

Sementara Jeno, ia mengangguk sambil tersenyum. Chani menepuk pundak Jeno, tiba-tiba. Ia langsung tersenyum dan pergi dari sana bersama Felix dan Jinyoung yang sudah menyapa.

"Apaan banget sih senyuman evil dia?" tanya Haechan, sewot.

Jeno hanya menatap punggung Chani yang mulai menjauh, belakangan ini. Ralat, selama hampir satu tahunan ini, ia merasa tidak biasa.

"Jadi, lo malam ini join?" tanya Jaemin.

"Iya, mungkin."

Dari jauh, Heejin dan Siyeon mendatangi mereka berempat, sebenarnya Siyeon tidak mau, tetapi Heejin yang memaksa, alasannya...

"Kenapa? Mau foto?" sambut Renjun, ia menatap sayang ke arah Heejin yang menggandeng lengannya.

Mereka balikan. Hal itu sempat menggetarkan satu universitas.

"Gila lo?" tanya Heejin.

"Terus lo mau apa ke sini?" tanya Renjun balik.

Heejin tersenyum. "Lunch bareng. Tapi semuanya ikut," ia menatap Renjun dengan mata yang berbinar-binar sehingga sulit untuk ditolak oleh Renjun.

"Yaudah, guys pada makan siang bareng ya?" ajak Renjun.

"Gue oke," sahut Haechan.

Jaemin sempat menengok ke Jeno dan Siyeon, sebelum mengangguk. "Oke juga gue."

"Jeno? Siyeon?" tanya Heejin.

Siyeon menggaruk tengkuknya pelan, "gue... ada urusan?"

"Gue juga, gue ke sana dulu, udah dijemput Mark."

Jeno berlalu begitu saja. Membuat Siyeon menghela napas sekali lagi. Jeno lebih dingin daripada yang ia kira, sebelumnya ia tidak begini, selama enam bulan Siyeon tidak pernah berbicara pada Jeno, tidak berpapasan dan tidak menyapa.

[✓] OrdinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang