iv. changed

1.1K 219 23
                                    

Cuaca cerah pada pagi ini membawakan pencahayaan yang baik untuk suasana hati setiap orang yang sedang menjalankan aktivitas mereka masing-masing. Semua mahasiswa dan mahasiswi di Universitas Seoul bolak-balik menikmati cerahnya hari ini dengan berbincang-bincang tak kenal waktu.

“Lo lagi kenapa?” tanya Haechan seketika melihat Jeno yang sedang senyam-senyum menatap ponselnya sambil melirik ke sekitarnya, banyak orang berlalu lalang.

Jaemin terkekeh pelan kemudian meletakkan secara kasar gelas soda esnya. “Lo gak lihat cuaca lagi bagus gini? Enak banget kalo kita jalan-jalan!”

Seperti tidak ada pengaruhnya bagi Haechan, ia sedikit menoleh ke kanan dan ke kiri sambil menyorot ke semua orang yang ada di sekitarnya, bertanya-tanya tentang suasana hati mereka yang sangat baik, karena cuacanya tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas.

“Tapi, feeling gue, ntar sorean hujan,” celetuk Renjun yang menyudahi gamenya dan mengunci layar ponselnya.

“Gak bagus banget kalo ntar sorean hujan, gue pengen main ke rumahnya Bang Lucas. Kemaren kita gak jadi kan ngerayain karena hujan deras banget.” Jaemin meletakkan ponselnya, menikmati angin yang menggelitik kulit wajahnya setelah berkomentar sedikit.

Haechan mengubah posisi duduknya menjadi lebih santai. “Malem ini kita harus ngucapin selamat untuk film terbaru Bang Lucas sama Kak Yuqi.”

“Langsung calling Chenle sama Jisung aja,” usul Jeno setelah selesai memainkan ponselnya.

Mereka mengangguk-angguk setuju.

“Bentar lagi ada acara ulang tahun kampus,” ujar Renjun.

“Heh lo ketua BEM, udah ada persiapan acara kan?” tanya Jaemin yang ditujukam kepada Jeno.

Jeno mengangguk, “Ya udah lah. Kalo lo ikut rapat kemaren sih lo tau ya Jaem. Tapi setidaknya lo Renjun sama Haechan udah kasi proposal ke Senat kan? Udah nyampe BEM.”

“Proposal dana juga masih sama Bendahara himpunan kan? Chenle ntar tanya dia aja proposalnya. Lo, ah, Jaem. Lain kali ikut kek rapat BEM, ngapain aja lo molor nge-game terus.”

Jaemin terkekeh pelan sambil menggaruk tengkuk lehernya. “Tapi semuanya kan udah beres. Lo juga ketuanya, besok-besok gue ikut rapat deh.”

“Tapi lo kan juga anggotanya—” Jeno memotong kalimatnya yang seharusnya ia lanjutkan, matanya menangkap sosok Siyeon yang baru saja keluar dari gedung fakultas marketing. Dilihatnya wajah cewek itu pucat pasi.

Mereka yang menunggu lanjutan perkataan Jeno ikut menengok, karena Jeno tidak melanjutkan kalimatnya.

“Eh itu Siyeon—kan?” Renjun menyipitkan matanya untuk memastikan pandangannya tidak salah.

Jeno berdiri ingin menghampiri Siyeon dengan raut wajah yang sangat khawatir. Tetapi, niatnya itu ia urungkan saat Jaemin menahan tangannya dan ia mendapat tatapan tidak setuju dari ketiga sahabatnya. “Tapi, itu mukanya dia pucat sekali.”

“Bukannya kita gak mau lo nolongin. Lo bantuin dia buat dia bakal susah move on, Jeno.”

Walau sedikit gelisah, Jeno memang mengikuti perkataan dan arahan sahabatnya, karena bagaimanapun, dia harus tahu batasannya untuk saat ini. Mendekati Siyeon lagi, hanya akan membuat cewek itu tidak bisa melupakan Jeno.

“Eh, kita abis ini beli cokelat dulu, deh,” Jaemin mengotak-atik ponselnya yang terlampir pesan dari Taeyong.

Haechan mengangguk sambil meneken koin yang ia dapatkan setelah merawat hewan ternaknya di sebuah peternakan virtual yang ia unduh dari aplikasi store.

[✓] OrdinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang