“Ramai tuh!”
“Ada apaan?”
“Berantem!”
“Jeno berantem! Sama Chani!”
Renjun tersedak tiba-tiba karena mendengar orang-orang riuh heboh. Ia membulatkan matanya penuh dan berhenti meneguk jus stroberinya.
“Ke sana cepet!” Haechan juga berhenti minum, ia langsung kalang kabut mengambil ponselnya dan menarik Renjun.
Belum sempat mereka melihat Jeno, mereka terdorong keluar oleh kerumunan.
“Woi, woi! Minggir, ah!” teriak Renjun.
Haechan langsung menerobos, dan melihat Jeno yang ternyata dipukuli. Jeno hanya diam begitu dipukuli oleh Chani, mereka ketakutan melihat Chani memukul Jeno dengan membabi buta.
“Stop, Chani!” teriak Haechan.
“Bisa stop gak sih lo?!” Jaemin yang sudah ada di sana langsung menahan tangan Chani yang sudah terangkat di udara.
Jeno menyikut permukaan lapangan parkiran di sana. Ia mengusap ujung bibirnya yang keluar darah. Ia menggelengkan kepala tidak percaya akan apa yang dilakukan Chani.
“Lo segitu takutnya?” tanya Jeno, “gak nyangka gue, lo bisa mukulin gue kayak gini.”
“Makanya jangan ngomong sembarangan!”
Jeno membuang napasnya remeh. “Chani, Chani.. Lo udah besar banget ya.”
“Kenapa lo? Gue ngomong seadanya aja.” Chani menggertakkan rahangnya.
“Apa ini alasan lo—”
BUGH!
Jeno mendapatkan pukulan terkuatnya lagi. Ia berdiri langsung dan hendak membalas Chani.
“Brengsek—”
“Stop!”
Siyeon menahan tangan Jeno. “Kamu apaan, sih, Jeno?”
“Kamu yang apaan? Lepas!” Jeno menepis tangan Siyeon kasar.
“Gak usah pake pukul juga, Jeno!”
“Tau apa?” tanya Jeno.
“Chani tuh temen kita! Kok kamu mau pukulin?” tanya Siyeon.
Jeno mendecih, “gue dipukulin lebih banyak, jadi lo diem aja.”
Siyeon terdiam saat Jeno mulai menggunakan lo gue dengannya. “Ini tau gak alasan aku kenapa aku gak yakin sama kamu.”
“Bagus,” kata Jeno.
Chani melotot.
“Lebih baik lo pacaran aja sama Chani, bagus banget kan? Gue juga gak mau lagi jadi pacar lo. Toh, lo juga sering rugi pacaran sama gue.”
“Jeno!” pekik Siyeon.
“Lo bener-bener bukan Siyeon yang gue kenal.”
Belum lama ia menahan air mata, Siyeon cewek itu menatap Jeno dengan mantap. “Yaudah, kita putus aja.”
Jeno masih diam.
“Aku bilang, kita putus aja.” Tegas Siyeon.
Jeno mengangguk, “udah salah gue pertahanin lo.”
Cowok itu kemudian melemparkan sebuah kotak ke Chani, dan ditangkap oleh cowok itu. “Itu hadiah ulang tahun lo. Gue gak ngomong sembarangan, Chani. Gue ngomong kayak gitu karena gue perduli sama lo.”
Siyeon masih terdiam. Jadi, yang salah siapa?
“Dan lo,” kata Jeno, “gue pertahanin lo, karena gue sayang sama lo. Gue gak ngerti kenapa gue sesayang ini sama lo, tapi makasih karena udah pernah mau jadi pacar gue.”
Jeno langsung pergi dan disusul oleh Haechan, Jaemin dan Renjun.
Sementara Siyeon masih menahan air matanya. Ia terdiam lama sambil mengulum bibirnya. Ia merutuki kebodohannya yang mengajak Jeno putus.
“Lo gak kenapa-napa?” tanya Chani.
Siyeon mengangguk pelan, ragu.
“Lo? Ada yang luka?” tanya Siyeon.
Chani menatap Siyeon. Cewek itu seperti akan menangis.
“Kenapa?” tanya Chani.
“Apa?” Siyeon mendongak.
“Kenapa ajak Jeno putus?” tanya Chani.
Siyeon menggeleng.
•===•
“Kenapa lo iyain lagi, sih?” tanya Jaemin.
Jeno masih diam.
“Kasian juga lo, putus dua kali.”
“Lo putus, gak nyesal?” tanya Haechan.
Renjun masih diam saja melihat Jeno tidak berbicara. Cowok itu paham posisi Jeno yang sangat sulit.
“Kenapa lo berantem sama Chani?” tanya Renjun.
“Heejin chat gue, soal Chani. Chani kemaren nyium kening Siyeon.”
“Itu yang buat lo marah?” tanya Jaemin.
Jeno menggeleng. “Enggak. Gue gak marah. Gue jadi tahu ternyata Siyeon bisa bohong gitu sama gue. Well, gue terima aja kalo dia mau sama Chani.”
“Kalo lo terima, kenapa berantem sama Chani?” tanya Haechan.
“Chani yang marah waktu gue bilang Siyeon suka sama dia, jadi dia mukulin gue.”
Mereka kembali duduk di depan stand foodtruck.
“Gue juga udah bilang kan?” kata Jeno, “Siyeon siap lepasin gue. Gue udah feeling. Dia lagi bingung. Dia suka sama gue, atau sama Chani.”
Renjun memberikan jus stroberinya kepada Jeno.
“Gue juga udah nahan Siyeon selama 3 tahun, dan itu udah cukup. Dan daripada dia dikritik sama orang, karena suka dua cowok dan lebih dekat dengan Chani, lebih baik dia putus aja sama gue, lalu jalan sama Chani.”
Renjun mengerti posisi Jeno. Cowok itu juga kesulitan. Melihat Jeno setiap hari harus menahan diri. Bukan Siyeon yang salah. Renjun bisa paham itu. Jeno hanya tak ingin Siyeon dipandang tidak baik oleh orang lain. Untuk membuang kemungkinan itu, Jeno memilih untuk mengiyakan saat Siyeon mengakhirinya.
“Sesayang itu lo..” Haechan menggelengkan kepalanya. Merasa bangga karena Jeno dapat berpikir demikian.
“Bentar lagi ada mahasiswi baru, gebet aja yang baru,” saran Jaemin.
Renjun terkekeh, “gila, kecepetan kali bro!”
tbc
wrote : 25 November 2020
90'S LOVE JENOO PUSING BGT
btw ini kasian sih putus terus:(
menuju ending...maaf ya selalu telat update, aku udah selesai PAS nih, jadi lama banget..
makasih ya buat yang udah baca, terimakasih banyak ya...
big love,
wintergardenssy
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Ordinary
Fanfictionㅡa story that you can't guess. [ bahasa | end ] ❝maaf apa?❞ ❝maaf...❞ start : 20200519 end : 20210425 © all rights reserved ordinary by wintergardenssy