Dari jarak sekitar 50 meter, dengan arah 165 derajat dapat ditangkap oleh manik mata Jeno, mobil yang mengikutinya mulai bergeser.
“Terlambat. Gue udah lihat.”
Segera Jeno menelepon Chenle, menekan icon call di layar kecil samping dashboard mobilnya, tidak lupa ia menggunakan headset putihnya yang sudah bertahan sejak satu tahun yang lalu.
“Lo. Cepat ke gudang lo. Sekarang, lima menit gue sampe!”
Jeno menginjak pedal gas sehingga Genesis G90 miliknya melaju dengan kencang. Cowok itu sengaja membawanya dengan kecepatan tinggi agar sulit untuk dikejar walau tetap saja akan terkejar.
Sudah tiga menit berjalan, mobil di belakangnya masih mengikuti. Dalam rute 100 meter ke depan, Jeno mengambil jalan pintas dan sesuai harapannya, mobil di belakangnya terlanjur laju membawa lurus.
Ketika sampai di gudang dekat rumah Chenle, pintu belakang gudang itu otomatis terbuka ke atas. Jeno memarkirkan mobilnya di dalam gudang tersebut dan pintu gudang tertutup.
Di dalam gudang, Jeno langsung mematikan mesin mobil dan turun dari mobilnya, menghampiri Chenle yang sedang harap-harap cemas di samping mobilnya.
“Udah gila lo bawa ngebut Genesis G90? Tadi gue udah tawarin pake Lamborghini Aventador, 'kan?” omel Chenle begitu Jeno keluar dari mobilnya.
“Lo yang udah gila nyuruh gue pake Lamborghini, bakal abis gue ketauan. Gue sendiri,” sahut Jeno kesal.
Chenle menunjuk mobil Jeno sekarang, “Lo gak liat, ini mobilnya lama gerak tau.”
“Tapi mobil ini banyak di daerah sini, kalo gue pake Lamborghini, bayangin seberapa besar persentase gue diciduk. Gimana sih lo!”
“Tapi lo nyaris ketauan juga, kan?” balas Chenle tidak terima.
Jeno mendengus, “Makanya gue ke sini. Lo juga kenapa ke sini jalan kaki?”
“Enak aja, pake haverboard kali!”
“Yaudah, suruh cepetan dikit kek!” perintah Jeno tidak sabaran.
Chenle mendelik. Kemudian beralih menatap beberapa pekerja di sini. Gudangnya Chenle adalah bengkel tersembunyi, banyak montir rahasia dengan bayaran yang tinggi.
“Pak, agak cepat, ya.”
Beberapa pekerja di sana langsung cepat mengerjakannya. Membuka plat mobil Jeno dan menggantinya dengan yang baru.
“Modif,” kata Jeno tanpa sadar.
“Modif apaan?” tanya Chenle.
“Mobil gue, dimodif!” seru Jeno.
Chenle mengernyit, “Mau dipiloks aja?” tanyanya.
“Sticker-in aja deh,” pinta Jeno.
Tidak banyak berpikir, Jeno langsung mengambil sticker di dekat meja yang ada di sana dan menempelkan sticker itu di pintu mobilnya. Chenle yang bingung, tetap mengikuti Jeno dengan menempelkan sticker snowball koleksi Jisung.
“Sudah selesai, Tuan Muda.”
Chenle mengangguk. “Terimakasih, Pak.”
Jeno langsung membungkuk. “Terimakasih, Pak.”
Setelah mengucapkan terimakasih, Jeno langsung membuka pintu mobil dan masuk, begitu juga dengan Chenle yang segera berlari kecil untuk masuk bersama Jeno.
Pintu gudang itu terbuka dengan sempurna, Jeno memundurkan mobilnya dan melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah Chenle. Tidak ada yang mengikutinya, dan tidak ada yang bisa mengikutinya karena Jeno sudah mengganti plat mobilnya dan sudah memodif sedikit mobilnya dengan beberapa sticker.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Ordinary
Fanfictionㅡa story that you can't guess. [ bahasa | end ] ❝maaf apa?❞ ❝maaf...❞ start : 20200519 end : 20210425 © all rights reserved ordinary by wintergardenssy