xxiii. to solution

826 145 12
                                    

Haechan dan Mark serentak turun dari mobil berwarna putih itu. Mereka berjalan perlahan mendekati perumahan di sana. Setelah mengunci mobil, mereka mencari beberapa penghuni perumahan di sini untuk bertanya-tanya.

“Permisi, Kak, mau tanya.”

Suara manis Haechan menyapa telinga seorang perempuan yang tengah berjalan membawa tas kantornya dengan pakaian feminim dan rapih.

“Ada apa, ya?” tanyanya.

“Kakak kenal orang ini, tidak?” tanya Haechan, ia menunjukkan foto Kevin.

Perempuan itu mengangguk antusias, “Kenal! Orang ini udah lama tinggal di sini, Kevin namanya.”

“Rumahnya dimana, ya, Kak?” tanya Mark kali ini.

Perempuan itu menujuk rumah yang letaknya tidak jauh dari letak Mark memarkirkan mobilnya. “Tapi, kayaknya orangnya lagi gak ada di rumah.”

Mereka mengangguk-angguk paham. “Makasih ya Kak.” Mereka lalu membungkuk sopan.

Mark berjalan duluan ke mobil, cowok itu masih mengamati rumah Kevin dari jauh. Haechan hanya bisa diam dan mengikuti Mark.

“Tunggu di mobil aja,” ajak Mark.

Haechan mengangguk kemudian ikut masuk ke mobil. Mereka memantau rumah Kevin dari dalam mobil.

“Hyuck, kita ganti profesi aja, deh,” kata Mark tiba-tiba.

Haechan mengangguk dan menoleh sekilas lalu fokus ke depan. “Profesi apa btw?”

“Detektif,” jawab Mark, cowok itu menggosok bawah bibirnya dengan jari telunjuk sambil memantau lagi.

Haechan langsung tertawa tiba-tiba. Mereka kemudian tertawa bersama, saling melemparkan lelucon lucu untuk menghabiskan waktu dengan berbahagia.

Beberapa saat kemudian, muncullah sosok yang mereka tunggu-tunggu, tidak pakai basa-basi lagi, Mark langsung membuka pintu mobilnya berlari ke arah Kevin.

Haechan menarik baju belakang Mark. “Shuh! Jangan lari!”

“Kenapa, sih?” Mark tidak terima karena Haechan menghambatnya mengejar Kevin.

Haechan menyuruh Mark diam. “Tunggu sampe dia masuk ke rumah, nanti kita bertamu.”

“Wah, jadi sopan banget ni anak,” Mark menggeleng pelan. “Yaudah.”

Setelah Kevin masuk ke dalam rumahnya yang diduga sewaan itu, Mark dan Haechan langsung menghampiri rumah Kevin, untuk mengetahui secara pasti apa benar itu rumah cowok yang menyebabkan kekacauan ini.

Tepat di depan pintu rumah Kevin, Mark menekan tombol bel. Terdengar suara dari dalam, sedang menuju pintu utama untuk membukakan pintu rumah ini, membiarkan para tamu masuk.

“Siapa—”

“Moon Kevin.”

Kevin hendak menutup pintu itu namun ditahan oleh Haechan dengan sigap. Cowok itu akhirnya menyerah dan membiarkan pintu itu terbuka.

“Mau apa kalian?” tanya Kevin, sudah kesal.

“Serahkan diri lo ke kantor polisi, sebelum gue yang kirim lo langsung ke kantor kejaksaan.”

Kevin mendecih. “Mimpi lo.” Cowok itu hendak menutup pintu rumahnya lagi. Tetapi tidak jadi.

Terdengar di telinga cowok itu, Mark menghela napasnya berat. “Oke. Waktu itu gue jawab gak tahu.”

Kevin terdiam. Tidak jadi menutup pintunya. Ia tidak juga melihat ke mereka.

“Gue juga sungguh gak tahu waktu itu, gue bahkan gak ada di tempat kejadian.”

[✓] OrdinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang