“Kayaknya dia bakal di sini seharian,” Jisung menghela napasnya pelan.
Jaemin mengangkat kedua bahunya, “Bukan cuma seharian, ini udah dua hari dia di sini.”
“Benar juga,” Renjun yang baru datang bersama Mark setelah mengurus sesuatu di kantor polisi pun ikut berujar saat melihat Siyeon masih mondar-mandir di dalam ruang rawatnya Jeno.
“Ayo masuk,” Mark membuka knop pintu, membuat Siyeon terkejut. Cewek itu menoleh ke arah pintu, Mark menunduk sedikit lalu melangkahkan kakinya masuk.
“Sampe kapan di sini?” tanya Jisung tanpa basa-basi, membuat Renjun harus memberi sedikit gelitikan kecil.
Jisung hanya mendelik kesal kepada Renjun.
“Bukannya ngusir, gue sebagai sepupu lo yang baik hati, cuma mau kasi tahu kalo lo udah dua hari di sini..,” Jaemin membuang napasnya pelan.
“Lo juga butuh istirahat,” lanjut Mark.
Siyeon mengangguk pelan. “Nanti istirahatnya. Sampai Jeno bangun, di situ baru bisa istirahat.”
“Kakak beneran gak makan, lho. Untung mandi,” celetuk Jisung yang mendapat rangkulan peringatan dari Renjun.
Renjun menghela napasnya. “Jeno bakal segera bangun, lo istirahat aja, Siyeon. Nanti malah lo yang sakit kalo lo jagain Jeno terus-terusan.”
Tidak ada jawaban dari Siyeon. Cewek itu masih duduk di sebelah ranjang Jeno dan masih melihat wajah lebam Jeno.
“Gue bisa istirahat, kasi gue waktu sampai Jeno bangun.”
Mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Bukannya mau mengusir, hanya saja, Siyeon belum mengistirahatkan dirinya barang sejenak saja. Mereka merasa tidak enak karena merepotkan Siyeon yang menjaga Jeno tanpa berhenti.
“Kalo gitu kita keluar duluan, setidaknya lo minum air kenapa, Yeon?” Renjun berjalan ke nakas di sebelah Siyeon dan membukakan botol mineral. “Gue bisa ditabok Jeno kalo lo sakit.”
Tanpa banyak bicara, Siyeon mengiyakan kalimat Renjun dengan menerima botol mineral itu dan menelan airnya beberapa tegukan,ia rasa cukup. Bahkan, nafsu makan pun tidak terlintas sedikit saja.
Siyeon hanya ingin memastikan Jeno masih hidup.
“Ayo,” Renjun keluar lebih dulu.
“Kita duluan, nanti kita balik lagi,” kata Mark.
Kemudian Jisung menengok sebentar, “Kakak juga tidur aja sekalian, setidaknya biar ada energi buat pulang.” Lalu adiknya itu menyusul Mark yang sudah di luar kamar rawat.
Jaemin masih berada di depan pintu yang tertutup. Cowok itu terdiam sejenak ketika Siyeon berbicara.
“Biarin gue jagain Jeno sampe dia bangun, memastikan dia sadar,” kata Siyeon, “Lagipula, gue gak berniat menyusahkan Jeno lagi.”
Jaemin berbalik. “Gue dukung. Ini udah malam, kalo lo butuh tumpangan pulang langsung hubungi gue. Jangan memaksakan diri, lo udah jagain Jeno selama dua hari full, sejak dia dibawa ke rumah sakit ini.”
“Makasih,” jawab Siyeon.
Setelah bunyi knop pintu tertutup. Siyeon menundukkan kepalanya, ia menjatuhkan kepalanya di atas ranjang Jeno dengan menggenggam tangan cowok itu.
“Jeno lo bodoh atau gimana?”
Cewek itu memejamkan matanya, mencari posisi ternyaman untuk kepalanya. Ia tertidur untuk sesaat. Ia hanya ingin menemani Jeno sampai cowok itu sadar.
✗✗✗
“Lo udah lihat rekaman?” tanya Haechan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Ordinary
Fanfictionㅡa story that you can't guess. [ bahasa | end ] ❝maaf apa?❞ ❝maaf...❞ start : 20200519 end : 20210425 © all rights reserved ordinary by wintergardenssy