i. broke up

2.2K 288 38
                                    

Tahun 2020

“Ya aku juga udah bilang berkali-kali kalo aku gak ada apa-apa sama dia, Yeon.”

Amarah Siyeon terlihat dari matanya saat melihat Jeno sedang menjelaskan sesuatu. Ia tidak mau mempercayai Jeno lagi setelah apa yang telah ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Tidak ada yang bisa dijelaskan oleh Jeno kalau cewek itu sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri.

“Oke. Kalo kamu mau aku salah,” Jeno menarik napasnya, berusaha untung tenang. “Kamu maunya gimana?”

“Kita, putus aja.”

Mendengar penuturan dari Siyeon. Tidak bisa dipungkiri kalau sekarang Jeno sedang terkejut karenanya. Tidak terbayang olehnya kalau Siyeon semudah itu mengatakan hal yang sensitif bagi semua pasangan yang berpacaran.

Meskipun tidak ingin. Jeno bisa mengerti rasa kecewanya Siyeon terhadap dirinya saat ini, memaksa juga bukanlah hal yang baik bagi mereka. Tampak menunggu jawaban dari Jeno. Siyeon masih menatap cowok di hadapannya.

“Iya, oke, Ayo putus.”

Siyeon sedikit terkejut. Tidak pernah ia bayangkan sedikit pun kalau Jeno mau menyetujui permintaannya untuk putus. Hatinya semakin yakin kalau Jeno memang punya hubungan spesial dengan yang lain.

“Aku kecewa sama kamu,” Siyeon berdiri dari duduknya.

Jeno menghela napas. “Maaf.”

“Maaf kamu gak bisa hilangin rasa kecewa aku, ya, Jeno.” Kata Siyeon final.

✗✗✗

“Lo beneran putus? Selama tiga tahun, langsung putus?” Haechan yang sedang menyedot susu stroberinya itu membenarkan posisinya menjadi lebih serius dari sebelumnya.

Selama satu detik dua kata, semua yang ada di basecamp DR92B itu memandang Jeno dengan tatapan terkejut sekaligus bingung yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata macam apapun.

“Dan lo, ayo aja?” Jaemin menggelengkan kepalanya pelan, ia tidak menyangka kalau sahabatnya itu mengiyakan ajakan putus.

Mark yang baru selesai menggigit buah semangka di sana pun ikut terkejut dan menimbrung. “Gak ada gue makin lemah aja lo.”

“Em em,” Jisung muncul dari samping dengan susu kotak perisa jeruk, “Kalo mohon biar gak putus itu yang lemah,” sanggahnya.

Chenle menggelengkan kepalanya kuat, “Gak, gak gituloh. Maksudnya, kenapa bisa sampe putus coba?” tanyanya, masih kebingungan.

“Jangan bilang,” Renjun membulatkan matanya sempurna, “Dia salah paham sama lo? Yang kerja tugas kemaren itu bukan, sih?” tebak Renjun.

Jeno mengangguk pelan, “Yaudahlah, kalo emang dia gak mau denger penjelasan gue, berarti emang gak jodoh, ‘kan?” dengan santainya Jeno duduk di samping Jaemin yang sedang menyantap pockynya Mark.

Sikap Jeno yang terlihat sangat santai ini membuat Jaemin sedikit gemas. “Masih bisa makan lo?”

“Ya, masih lah! Orang putus butuh asupan energi buat move on,” balas Jeno.

“Segitu pengennya lo putus,” terka Renjun.

Jeno melotot kemudian menggeleng, “Gak gitu! Siapa bilang gue pengen putus?” bantahnya cepat.

Tidak ada yang membenarkan buktinya. Jeno juga tidak membenarkan kalimat Renjun. “Bukannya gue pengen putus, gue cuma gak bisa bujuk dia lagi. Gue gak mau terkesan memaksa jadi, kalo dia pengen putus yaudah putus aja gitu.”

“Lo gak ada usaha,” klaim Jisung.

“Yea, anak kecil tau apa lo,” balas Jeno.

“Anak kecil gini gak pernah nyakitin cewek,” balas Jisung lagi.

“Lo masih SMA, gak tau aja lo kehidupan anak kuliahan gimana,” balas Jeno lagi.

“Ayo berantem terus,” dukung Mark, sengaja dengan maksud menyindir agar mereka berhenti memperdebatkan hal yang tidak penting.

Jeno dan Jisung kompak diam dan tidak bersuara lagi sejak Mark angkat bicara mendukung perdebatan mereka. Netranya menangkap raut wajah Jeno yang merasa bersalah.

“Gak usah nyesel gitu lo,” ujar Mark. “Keputusan lo udah bagus lagi, lebih baik lo gak usah pacaran sama dia daripada nyakitin.”

Penuturan dari Mark cukup membuat Jeno tersadar kalau keputusannya tidak salah sepenuhnya. Lebih baik ia putus dengan Siyeon daripada harus memaksakan hubungan tiga tahun mereka.

“Tapi,” Jaemin bersuara, “Tiga tahun..”

“Gak sayang lo?” tanya Chenle.

Cowok itu masih menunduk sambil menikmati pockynya, “Sayang lah,” katanya dengan nada yang meninggi seperti protes.

“Bukannya gue mau ngomporin, nih,” Haechan berbicara, “Tapi lo tau sendiri di BEM banyak banget yang suka Siyeon, kalo tau dia putus sama lo...” Haechan sengaja menggantung kalimatnya karena ia tahu kalau Jeno juga pasti sudah bisa menebaknya.

Terlihat dari raut wajah Jeno kalau ia juga sadar, permisalan orang sudah tahu ia putus dengan Siyeon, maka yang mengejar Siyeon tidak sedikit. Yang menunggu mereka putus juga banyak.

“Jadi temen aja,” saran Mark.

Chenle menggeleng. “Gue gak yakin mereka bisa temenan.”

“Maksud lo? Musuhan?” tanya Renjun.

“Siapa yang mau temenan sama mantan kalo putusnya aja karena alasan cowoknya deket cewek lain.”

Jika dipikir-pikir, pernyataan dari Chenle ada benarnya juga, itu sulit dipungkiri. Kalau memang Siyeon berlapang dada, dia akan menerima Jeno menjadi temannya, tetapi kalau tidak, ya tidak ada sapaan manis dipagi hari.

“Menurut lo gimana, Jeno?” tanya Mark, meminta sudut pandang si topik pembicaraan mereka kali ini.

Cuaca mendung hari ini membuat mereka semua nyaman di basecamp DR92B, mereka sudah terbiasa menginap di basecamp ini kalau sedang hujan atau sedang ada masalah.

“Gue gak tahu.”

Mark menghela napasnya, “Tegas dikit, dong. Menurut lo gimana?” tanya Mark, mengulang.

“Gue taunya putus, yaudah, jadi mantan.”

Haechan menggeplak kepala Jeno, “Itu nenek gue juga tau!”

“Jadi, menurut lo gue harus apa?” tanya Jeno, ia menunduk. Tidak tahu harus berkata atau melakukan tindakan seperti apa yang diinginkan oleh mereka, atau apa yang disarankan mereka.

“Ya lo tinggal balikan aja lah,” kata Chenle santai.

“Balikan gak semudah yang lo pikir, Lo,” kesal Jisung.

“Enteng banget lo kayak ngeluarin uang,” celetuk Haechan.

Chenle terkekeh pelan. “Gak semudah itu kali ngeluarin uang!”

“Jadi, menurut lo gimana?” tanya Mark, untuk yang ketiga kalinya.

Jeno mengidikkan bahunya ke atas, ia bingung. Matanya menatap ponsel di depannya, ia keluarkan tadi saat kembali ke DR92B. Ia kemudian mengangkat kepalanya ke atas, menatap seluruh sahabatnya.

“Bagi gue, putus ya udah. Susah buat balik, dan kita udah mantanan yang gak tahu akan jadi teman atau engga.”

[✗✗✗]

terimakasih telah membaca, makasih buat yang udah tinggalkan jejak juga, semoga kalian suka yaa.. karena aku buat ini sesantai mungkin dan gak terlalu panjang biar gak bosen.

see you in the next chapter!

©siyeonssi, 20 May 2020

[✓] OrdinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang