sq] ix. fine for me

541 108 54
                                    

Suasana kampus sangat ramai kedatangan mahasiswa baru yang sangat antusias. Meskipun hari ini adalah hari ospek mereka, belum ada yang mengeluh sama sekali. Biasanya di awal, mereka akan sibuk dan sedikit kesal dengan tugas yang diberikan oleh kating mereka.

“Lo lama banget,” gerutu Haechan, ia memegang walkie talkie di tangannya.

Jeno menggeleng pelan. “Rame banget ga boong gue.”

“Panggil Felix ke sini gih, gue mau urus yang di tim Avengers.” Haechan menepuk pundak Jeno kemudian ia langsung berlari ke tempat rombongan tim yang jauh sekali dari pandangan Jeno sekarang.

Sedangkan cowok bermarga Lee itu hanya menggelengkan kepalanya. Ia menyalakan walkie-talkie yang ia pegang. “Test, Jeno, Jeno. Felix turun ke bawah, depan fakultas kesenian. Ganti.”

Test, Felix. Gue turun sekarang. Ganti.

Setelah itu Jeno menunggu Felix sambil melirik jam tangannya. Jeno tiba-tiba dihampiri oleh Heejin. “Jen, ke sana cepet. Di sini gue yang urus, lo dipanggil sama Jaemin.”

“Duh, Jin. Gue nungguin Felix,” balas Jeno.

“Nanti gue digebuk sama Jaemin, sana ah. Ntar gue panggilin Renjun ke sana.”

Jeno menghela napasnya. “Lo tungguin Felix di sini ya. Cepat urusin semuanya, kalo udah kita buka jam istirahat.”

“Oke.”

Jeno langsung berlari dan meninggalkan Heejin di areanya tadi berdiri. Ia segera menghampiri Jaemin yang sudah membawa pengeras suara dari ruangan BEM yang kebetulan ada di sana. Ia juga sedang berbicara dengan salah seorang anggota Senat.

“Jaem!” teriak Jeno, ia mendatangi Jaemin sembari mengambil oksigen lebih dengan almamater kampus yang sedikit bergeser karena larinya cukup kencang, sekaligus nametagnya yang ikut terbang ke belakang. “Apa? Manggil gue?”

“Cepetan gih suruh yang lain kumpul sekarang, udah jam istirahat makan malam.” Jaemin memberikan pengeras suara itu kepada Jeno.

Jeno mengangguk. “Chenle lo sama Jaemin cepetan pastiin ke kantin, gue buka jam istirahat.”

Chenle yang anggota senat itu langsung mengangguk dan berlari berdua dengan Jaemin untuk memastikan makan malam semua peserta ospek dan panitianya juga.

Tangan Jeno dengan telaten memegang pengeras suara dengan tangan kiri karena tangan kanannya sudah cukup lelah hari ini, ia menyalakan pengeras suara itu dan mengarahkan ke bibirnya.

MIC TEST, 1, 2, 3,” semua langsung tertuju melihat ke arah Jeno. “Jam istirahat makan malam, semuanya tertib ke kantin, tidak ada yang dorong-dorong! Panitia instruksikan dengan tertib setelahnya kumpul di ruang BEM. Terima kasih.”

Semua peserta ospek berdiri dan masuk ke kantin yang sangat luas itu, dipimpin oleh panitia di setiap timnya. Jeno melihat semua panitia sudah bergerak, akhirnya mematikan pengeras suara itu.

“Kak Jeno!”

Jeno yang baru saja meletakkan pengeras suara, sontak menoleh ke depan, melihat seorang MABA datang ke hadapannya sekarang, ia dengan berbagai atributnya ngos-ngosan.

“Ada apa?” tanya Jeno, sedikit melemas.

Mahasiswi itu tersenyum kemudian memberikan sebuah kotak bekal yang isinya Jeno tebak roti tawar berisi selai dan meses. Tetapi, cowok itu belum mengambilnya.

“Ini,” kata mahasiswi itu. “Saya buat sendiri, untuk Kak Jeno.”

Jeno mengernyit, “lo kenal gue?” tanyanya.

[✓] OrdinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang