Gelas tertata rapih di atas nakas. Renjun menggelengkan kepalanya pelan, berpikir keras. “Rasanya dia tadi nangis, deh.”
“Ambilin air dong.”
Renjun mengambilkan air itu dan memberikannya pada Jeno, detik kemudian ia melotot. “Lo gak tidur?”
“Kenapa kaget? Santai aja kali, gue kan udah tidur lama, bosen ah tidur mulu.”
Renjun mengangguk-angguk pelan. Ia masih menatap pintu. Kemudian ia melirik Jeno, kalau begitu dari tadi Jeno mendengar semua perkataan Siyeon?
“Lo denger?”
Jeno hanya mengangguk sambil meneguk air putih yang dibawa Renjun.
“Kenapa lo minta dia ngejauh gitu, sih?” tanya Renjun.
“Kevin ngincar Siyeon. Kalo dia tahu gue masih deket sama Siyeon, dia bisa celakain Siyeon.”
Renjun menghela napasnya. “Apa gak sebaiknya lo jagain dia aja? Maksudnya kalo Siyeon dalam pengawasan lo, bukannya lebih aman?”
Belum sempat Jeno menjawab, Mark membuka pintu dan masuk, disusul oleh Haechan dan Chenle.
Brak.
Chenle menutup pintu itu dengan kasar.
“Woi! Kalo rusak mau ganti lo?” tanya Renjun.
Chenle tidak menggubris. Ia duduk di sofa sambil menendang meja di sana. Ia mendecih. “Banyak juga kaki tangannya dia.”
“Dia incar Siyeon.” Tambah Haechan.
Jeno menoleh, ia mengernyit. “Siapa?”
“Kevin.”
Renjun membulatkan matanya. “Chan! Tadi Siyeon pake jaket lo?” tanya Renjun.
“Dipukul sama Nancy gara-gara Hyunjin diskors. Disiram air sama Nancy, ditampar sama Nancy. Pacarnya Hyunjin.”
Jeno terkekeh sinis. “Berani banget.”
Chenle langsung berdiri. Ia mendekati ranjang Jeno dan menekan tombol di samping tempat tidur itu, menaikkan meja untuk makan.
Kebetulan saat itu, Jaemin dan Jisung masuk ke dalam ruang rawat.
Brak.
Chenle menggebrak meja kecil itu dengan tangannya yang meletakkan foto Hyunjin bersama Kevin. Lalu cowok itu membuka ponselnya, membuka rekaman suara.
“Kenapa kostum diganti?”
Semuanya langsung menjadi serius. Mark dan Haechan yang memang tahu saja, masih kaget ternyata Chenle punya bukti lebih banyak.
“Kenapa ganti? Dan gak bilang Jeno? Atau gue, gue wakil ketua kedua. Kenapa gak konfirmasi dulu, sih, Hyunjin? Kalo lo bilang dulu setidaknya kan kita bisa diskusi modelnya, kalo lo diskusi dulu lo gak bakal diskors Pak Seunggi kan?”
“Disuruh ganti.”
“Siapa yang suruh? Kapan ada diskusinya? Kalo gitu lo bisa bilang, hukuman lo kan bisa dikurangin.”
“Bukan anak sini.”
“Maksud lo? Lo ganti kostum atas dasar orang yang bahkan gak sekolah di kampus kita?”
“Iya. Udah ah, balik aja lo. Gue lagi males ngomong.”
“Kenapa sih? Lo kok jadi gini? Lo gak perlu cari masalah sama Jeno.. Lo kan temen deket Jeno. Kita semua temenan, kenapa lo jadi abaikan Jeno demi orang yang bahkan gak satu kampus sama kita.”
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Ordinary
Fanfictionㅡa story that you can't guess. [ bahasa | end ] ❝maaf apa?❞ ❝maaf...❞ start : 20200519 end : 20210425 © all rights reserved ordinary by wintergardenssy