sq] ii. dramatical

674 121 49
                                    

"Apaan, sih, Chan? Becanda ya lo?"

Siyeon sudah siap untuk beranjak dari tempatnya, cewek itu mengambil tas selempang kecilnya dan langsung mendengus sambil menatap Chani. "Makasih atas traktirannya, kalo lo mau minta ganti uangnya besok gue kasi di kampus."

Belum sempat Chani menjawab, Siyeon sudah keluar dari restoran itu. Chani menghela napas pelan lalu mengambil kunci mobilnya dan menyusul Siyeon dengan berlari kecil.

Dari matanya Chani, dapat ia lihat Siyeon masih berjalan pelan tanpa menoleh sedikit pun. Cewek itu pasti punya tekad yang kuat untuk mempertahankan hubungannya dengan Jeno.

"Lo boleh marah sama gue," suara Chani membesar memasuki gendang telinga Siyeon, "Lo juga boleh musuhin gue," katanya lagi.

Siyeon membalikkan tubuhnya dan menatap Chani tajam. "Apaan maksud lo?"

"Tapi, setidaknya gue tahu, lo masih perhatian juga, kan, sama gue?" kata Chani.

Karena tidak mengerti apa yang Chani katakan, Siyeon mengernyit bingung sembari menepis kekesalannya.

"Buktinya lo mau berbalik lihat gue. Artinya lo gak betul-betul mau musuhin gue. Ya, kan?"

Siyeon terdiam. Ia juga bingung, mengapa ia membalikkan badannya dan malah melirik Chani. Ia juga tidak mengerti.

"Gue lakuin ini sebagai teman. Gue gak mau lo malah putus hubungan pertemanan sama siapapun. Berhenti suka sama gue, Chan, gue gak mau lo musuhan sama Jeno."

Chani membuang napasnya pelan. "Yuk, balik. Gue anter pulang. Ntar langsung ke kampus aja, nanti anak BEM pada pulang, ada Jeno juga."

Sementara Siyeon tidak berkutik dan tidak bergerak satu senti dari tempatnya.

"Yeon, gue serius mau antar lo pulang. Setelah itu terserah lo, pokoknya gue antar lo pulang dulu.." Chani menurunkan nada bicaranya.

Mau tidak mau Siyeon ikut masuk ke mobil yang sudah dibukakan pintunya oleh Chani. Ia juga tidak bisa mendapatkan taksi dan tidak membawa uang yang banyak untuk membayar taksi, sebaiknya dia ikut Chani saja.

Mereka masuk ke mobil dan siap pulang. Chani melajukan mobilnya ke arah berlawanan dari arah datang mereka, bersiap untuk mengantar Siyeon pulang.

Di perjalanan, cewek itu tidak membuka suara sama sekali. Ia tidak tahu harus merespon apa, ia juga tidak berani bilang Jeno kalau Chani menyukainya.

Setelah melewati beberapa menit, sekitar 45 menit berlalu, mereka sampai di area kampus yang masih ramai saja. Ada beberapa yang baru memulai kelas mereka, ada yang masih menongkrong.

Dari kejauhan, Chani memarkirkan mobilnya di dekat pondok fakultas kesenian. Dilihatnya ramai anak-anak BEM yang baru selesai berkumpul makan-makan. Ada Jeno, Renjun, Felix, Jaemin, Haechan, Sunwoo dan beberapa yang lainnya tidak terlihat sekilas.

Siyeon membuka pintu mobil Chani dan langsung turun dari mobilnya Chani setelah cowok itu selesai memarkirkan mobil. Beberapa dari anak BEM bersorak menggoda Jeno saat Chani dan Siyeon datang bersama.

"Wiiih, ada apa, nih?" suara menggoda dari Sunwoo terdengar jelas.

"Wooo, Chani ngegebet siapa nihh??" suara Felix menimpali.

Haechan yang sudah selesai meneguk air minumnya pun ikut memanasi, "Habis dari mana tuuh?"

Siyeon menghela napasnya pelan. Matanya melihat Jeno yang sedang menatapnya juga tanpa bicara apapun. Ekspresinya tidak bisa dijelaskan, Jeno tidak marah, dan tidak pula ramah.

"Ada perang nih," timpal Jaemin.

Renjun melototi mereka yang menggoda Jeno saat melihat ekspresi Jeno tidak bisa diajak bergurau. Tidak ada yang menyuarakan tawa mereka saat melihat Jeno tidak bicara dan hanya saling melempar tatapan sunyi pada Siyeon.

[✓] OrdinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang