sq] iii. mind-breaker

487 107 16
                                    

Jeno duduk di antara seluruh anggota BEM sekarang. Mereka menyelesaikan sebuah progja untuk menyambut anggota baru Universitas. Hari ini Jeno ingin cepat pulang, tidak ingin meminta banyak, ia hanya ingin istirahat saja.

"Habis ini lo mau kemana lagi?" tanya Renjun, ia membereskan beberapa kertas lampiran progja mereka.

"Pulang lah," jawab Jeno tanpa ragu.

Renjun menghela napasnya pelan. "Lo bakalan diemin Siyeon terus?"

"Kenapa?" tanya Jeno.

Renjun menunjuk ke arah luar pintu ruangan BEM yang transparan itu, dilihatnya Siyeon sedang berdiri sambil memainkan sepatunya dengan mengetuk-ngetuk, permainan antar kaki dan sepatu.

"Ntar dulu keluarnya," Jeno menarik Renjun yang sudah mengambin tasnya. Jeno duduk dan memaksa Renjun juga duduk.

Jeno masih melirik sedikit Siyeon yang nampak sedang menunggunya. Chani sudah keluar dari tadi. Mungkin sempat menawarkan Siyeon untuk pulang bersama, tetapi, sepertinya cewek itu menolak.

"Lo aja yang tau. Gue cerita ke lo aja, males ke yang lain, ntar digodain."

Renjun jadi lebih serius. Ia melepaskan tasnya kembali dan menatap Jeno dengan penuh keseriusan dan kesungguhan.

"Kenapa tuh? Ada masalah apa lagi? Lo bukannya baru aja balikan sama Siyeon?" tanya Renjun, bertubi-tubi.

Jeno terdiam sebentar. Selama ini, Siyeon mau menemaninya, meskipun ia sempat putus untuk waktu yang lama, ia tahu ia masih mempunyai rasa terhadap Siyeon.

Beberapa kejadian yang lalu, banyak sekali hal yang membahayakan Siyeon. Kalau ditanya apakah Jeno masih ingin bersama Siyeon, jawabannya sudah pasti iya.

"Lo kok diem, sih?" tanya Renjun lagi.

"Gue selama ini nyusahin Siyeon banget gak sih?" tanya Jeno, dengan wajahnya yang santai seolah itu bukanlah masalah. Memancing emosi Renjun.

Renjun menoyor kepala Jeno. "Seriusan dikit, napa."

"Serius tau gue."

"Kejadiannya Kevin? Yang Jisung itu?" tanya Renjun.

Jeno mengangguk. "Karena Kevin sempat dendam, ah banyak deh. Kevin, Hyunjin. Musuh gue banyak, Njun."

"Jadi mau lo apa? Mutusin Siyeon?"

Jeno menggeleng. "Putus lagi?"

"Lo serius dikit dong sama hubungan."

"Gue serius kali, kurang serius apa gue sama Siyeon sampe ditembak pake senjata api. Gila banget gue rela ditembak senjata berbahaya buat nyelamatin cewek yang gue gak suka," Jeno menggeleng, "Lucu lo kadang."

Renjun menggeleng membalas Jeno, "Lo yang lucu. Lo kemaren waktu di pondok apaan banget dah, Jen."

"Apa?"

"Nyuruh gue? Nyuruh Chani nganterin Siyeon? Gak ada hati lo?" tanya Renjun. Memperjelas keadaan kemarin yang sangat mencekam.

Jeno menengok ke Siyeon. Cewek itu masih menunggu di depan pintu BEM. Apa dia masih mengira Jeno ada di dalam?

"Njun, gue tanyain Siyeon ya," Jeno langsung berdiri membuat Renjun terkejut sekaligus was-was.

Tanpa izin, Jeno keluar dari ruang BEM. Renjun menyerah. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan lagi untuk mencegah Jeno berkata yang macam-macam.

"Udah lama nunggunya?" tanya Jeno.

Suara Jeno menginterupsi Siyeon, cewek itu menahan rasa sakit kakinya yang pegal, ia menggeleng. "Baru aja."

"Gak usah bohong, aku udah dua jam di ruangan."

Siyeon tersenyum tipis. "Gak lama seriusan."

"Yaudah. Pulang yuk, aku anter."

Renjun menghela napasnya pelan. Untungnya Jeno tidak berkata macam-macam dan masih mengikuti akalnya. Cowok itu membiarkan Jeno berjalan menjauh darinya bersama dengan Siyeon.

Jeno dan Siyeon mengobrol sedikit saja kemudian hening beberapa saat sampai mereka berada di parkiran kampus. Mata Jeno melirik mobil Chani yang masih terparkir.

"Naik," kata Jeno.

Siyeon naik motor Jeno dan menerima helm yang diberikan kepadanya. Mereka langsung keluar dari area kampus, karena Jeno tidak berlama-lama di parkiran.

Selama perjalanan, mereka belum ada berbicara.

"Yeon, kamu suka dibonceng aku?" tanya Jeno tiba-tiba.

"Suka lah, kenapa?" tanyanya balik.

Jeno diam. Tidak menjawab lagi.

"Kita pacaran udah berapa lama, sih?" tanya Jeno lagi.

"Sekitar tiga tahun apa ya?"

Tidak ada yang direspon oleh Jeno lagi. Tanpa banyak bicara dan memakan waktu sunyi, mereka sampai di depan rumah Siyeon.

Sebelum Siyeon masuk, Jeno menahan tangan cewek itu saat Siyeon baru saja turun dari motornya. Siyeon berdiri di samping motor Jeno dan menatap pacarnya itu.

"Kamu tau kata biasa gak, Yeon?"

Siyeon mengernyit. "Tau, kayak hal yang rutin kan? Tanpa sadar."

"Biasa itu, bisa ditambahkan sama beberapa imbuhan. Kalau udah ada imbuhan, udah pasti beda arti."

Siyeon tersenyum lucu, "Kenapa tiba-tiba bahas?" tanyanya.

"Aku serius," kata Jeno lagi.

Kali ini, Siyeon mengubah ekspresinya menjadi lebih serius. Jeno mengusap kepala Siyeon karena menganggap tingkah Siyeon sangat lucu dan menggemaskan.

Jeno meraih tangan Siyeon dan memegangnya dengan erat.

"Aku orang biasa, Siyeon. Aku mau lindungi kamu karena terbiasa. Menyukai kamu juga jadi kebiasaan aku."

"Kenapa tiba-tiba?" tanya Siyeon.

"Kalo hari ini kamu sukses menjawab pertanyaan yang kamu ajukan sendiri. Kalau hari itu datang, aku kasi tahu hal unik dari orang biasa yang terbiasa karena kebiasaan."

Lalu Jeno tersenyum tipis dan berdiri, beranjak dari motornya untuk sekedar mengecup kening Siyeon. Cowok itu lalu menaiki motornya dan melajukan motornya menjauh dari rumah Siyeon, meninggalkan cewek itu terdiam dalam tanda tanya yang besar.

"Apa, sih, maksudnya Jeno?"

a/n.

THANK YOU FOR READING AND VOTES AND COMMENT!

susah banget update sekarang, online class banyak bangett TT TT kalian yang online class juga semangat yaaa!!!

Yang berkunjung ke sini makasih banget, part ini pendek yaa TT.

write : 201015, Indonesia.
posted : 201103, Indonesia.

©wintergardenssy

[✓] OrdinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang