sq] vi. what to why

541 97 49
                                    

Chenle melahap makanan ringan yang ada di dalam bungkusan berwarna hijau, ia berebut stick PS dengan Mark, selebihnya Jisung yang sedang berlomba dengan Mark tidak terganggu oleh kedua orang yang sedang berebut itu.

"You win!"

Jisung melempar stick PS di sana dan meloncat girang, "YES!!" cowok paling kecil itu menatap Mark, "Mana gantungannya?" tagihnya.

Sebelumnya mereka sudah bertaruh, Mark akan memberikan gantungan seharga sepuluh ribu won yang ia beli bersama Chenle di pusat perbelanjaan beberapa waktu lalu.

"Dah, nih!" Mark memberikan gantungan snowball yang amat mini itu.

Kemudian beberapa detik setelah kemenangan Jisung, datang Renjun, Jeno, Haechan dan Jaemin. Mereka membawa beberapa belanjaan yang mereka beli tadi, sedangkan Haechan langsung mengincar peralatan lengkap disana.

"Ngapain?" tanya Chenle.

"Periksa sidik jari," kata Haechan, ia menempelkan kertas perekat itu ke alat penyadap yang ia temukan di saku celananya.

Chenle melonjak dari tempatnya, "Dapat dimana?" tanyanya.

"Saku celana gue," jawab Haechan.

"Perang lagi?" tanya Jisung.

Haechan menggeleng, ia masih belum tahu apa masalah ini. Intinya ia sedang disadap oleh seseorang, ia juga tidak tahu apakah masalah yang membuatnya mendapati alat penyadap ini.

"Apa ini?" tanya Haechan, bermonolog.

Tangan Haechan terkejut, ia mengangkat hasil sidik jari di sana dan menemukan persamaan dengan sidik jari yang ada di tasnya Jeno.

"Jeno! sini!" teriak Haechan.

"Apaan? Bikin kaget!" Jeno menghampiri Haechan.

"Tas lo..." kata Haechan.

"Sidik jari siapa? Sidik jari gue?" tanya Jeno. Ia menempelkan jarinya ke gelas kaca di sana dan mengetesnya. "Beda."

Chenle mengerutkan dahinya, "Jadi sidik jari ini bukan punya lo, tapi kenapa bisa ada di tas lo?" Chenle benar-benar bingung.

"Tasnya Jeno dipegang orang lain kali," sahut Mark.

"Bisa jadi," tambah Renjun.

"Kalo gitu orang yang ada di balik ini semua bisa jadi orang dekat kita kan?" tanya Jisung.

Jeno mengangguk. "Itu pasti juga."

"Kenapa ngincar Jeno lagi, sih?" tanya Jaemin.

Jeno hanya diam, ia juga tidak tahu mengapa ia terus saja diincar oleh orang. Sebenarnya kalau dipikir-pikir, Jeno tidak melakukan apapun.

"Biarin aja dulu," kata Jeno akhirnya, "Kita jangan anggap serius aja. Gue males banget mikir, lagipula, mereka belum ada buat jahat sama kita, sekiranya udah baru kita lanjutin lagi."

Setelah itu mereka setuju saja. Benar kata Jeno, lagipula, mereka tidak dijahati jadi jangan bertindak terlalu jauh dahulu.

Jeno duduk di sofa besar, ia menjatuhkan dirinya ke sofa paling empuk di sana. Mereka niatnya akan menonton sebuah film, tetapi, mood Jeno langsung turun begitu saja.

"Kenapa? Katanya jangan pikirin? Kok lo lemas gitu?" tanya Mark.

"Lee Jeno!" seru Jisung, ia kemudian melemparkan kaleng minuman ke Jeno, dan ditangkap dengan baik oleh Jeno.

Renjun duduk di tangan sofa dan membuka botol soda yang besar yang mereka beli, kemudian menuangkannya ke masing-masing gelas yang ingin minum soda. "Pikirin ceweknya."

[✓] OrdinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang