xiv. evaluation 2

829 164 44
                                    

📢 Panggilan kepada seluruh panitia lapangan dan panitia ruangan HUT Universitas Haru untuk segera berkumpul di ruang BEM sekarang. BEM, Senat, dan Himpunan.

Sekali lagi, kepada seluruh panitia lapangan dan panitia ruangan HUT Universitas Haru untuk segera berkumpul di ruang BEM sekarang. BEM, Senat, dan Himpunan.

Terimakasih.

Setelah mendengar suara dari ruang informasi, seluruh mahasiswa yang mendengarnya jadi penasaran. Ada yang berbisik-bisik, menyangka apa yang sudah terjadi pada hari kemarin.

Belum lama setelahnya, Jeno langsung menarik tangan Siyeon untuk ikut dengannya.

“Jinyoung lo bawa Eunbin ke ruang BEM. Gue harus ngomong sesuatu dulu sama Siyeon.”

Jinyoung mengangguk patuh lalu menggenggam tangan Eunbin, tetapi langsung ditepis paksa oleh Eunbin. “Apa lo nyentuh tangan gue?”

“Gak sempat marah-marah lagi. Lo pokoknya nanti jangan ngomong apa-apa, ya, Bin.”

Mereka sudah berjalan ke ruang BEM. Jinyoung menatap Eunbin khawatir.

“Emangnya kenapa?” tanya Eunbin.

“Gue takut lo ditampar sama Hyunjin.”

Eunbin melotot. “Maksud lo?!”

“Hyunjin orangnya emosian banget, dan evaluasi hari ini ada Pak Seunggi, gak kebayang seberapa tersudutnya Hyunjin nanti. Lo kan orangnya ceplas-ceplos. Jangan aja.”

“Tapi gue gak suka kostum kemaren. Punya gue emang gak terbuka banget, tapi tetep aja terbuka!” Eunbin marah.

“Iya, gue tau banget perasaan lo, gue ngerti, tapi gue gak mau lo jadi sasaran kemarahannya Hyunjin.” Bantah Jinyoung. “Dengerin aja oke?”

“Enggak. Kenapa lo larang gue?!” tanya Eunbin sewot.

Jinyoung mengepalkan tangannya gemas. “Karena gue khawatir sama lo!”

✗✗

“Kalo mau marah, jangan bentak. Pake kata-kata tajam aja.”

Siyeon menoleh, mengalihkan pandangannya dari tangannya yang masih digenggam oleh Jeno sedari tadi.

“Ini kenapa, sih?” tanya Siyeon.

“Pak Seunggi mau bersihkan nama kamu sama Eunbin.”

Siyeon mengernyit. “Maksudnya?”

“Kamu sama Eunbin diviralkan. Pakaian kalian kemaren.”

Wajah Siyeon memerah padam. Cewek itu tiba-tiba tidak tenang dan gelisah.

Jeno mengangkat dagu Siyeon agar pandangan mata cewek itu menatap matanya. “Hey, kamu punya aku. Apapun yang terjadi di evaluasi nanti, aku tetap bela kamu.”

“Enggak, Jeno. Aku malu. Kemaren aku pakaiannya kayak gitu, dan itu viral di website kampus, kamu tahu kan perasaan aku gimana? Aku malu banget. Sejak aku datang ke kampus semua orang ngomongin aku.”

Mata Siyeon berkaca-kaca, mengingat dirinya berpakaian seperti itu hari kemarin.

“Ssstt, kamu gak sendiri, Sayang,” Jeno memeluk Siyeon membuat cewek itu justru menangis karena ia benar-benar malu.

Siapa yang tidak malu wajah mereka viral di laman kampus dengan pakaian yang tidak pantas untuk Siyeon yang bukan artis. Siyeon tidak sedang memanggung, dia juga bukan public figure.

[✓] OrdinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang