xviii. pure luck donghyuck

864 151 16
                                    

double up!
happy reading!
.
.
.

Suasana kampus sangat ramai saat melihat mobil Lamborghini Aventador melaju di area kampus, dan berhenti di parkiran paling ujung. Ada yang lebih mengejutkan daripada itu, banyaknya mobil yang mengawal satu mobil Lamborghini membuat mereka yang ada di sana cukup tercengang.

Jaemin keluar dari mobil Lamborghini, disusul dengan Renjun, Haechan. Beberapa dari mereka langsung mengambil gambar ketiganya secara berebutan.

“Sudah, Pak. Kita udah sampai, bapak-bapak sekalian boleh pulang.”

Mendengar tuturan Renjun, semua pengawal pribadi Chenle keluar dari area kampus. Sebelumnya Chenle memang mengirimkan beberapa pengawal untuk ketiganya, berjaga-jaga kalau ada kaki tangannya Kevin yang memegang empat pistol mungkin.

“Wah, keren,” Eunbin ternganga.

“Eh, tapi ini kan hari sabtu, kalian kok ke kampus?” tanya Eunbin lagi.

“Ada urusan, BEM.”

Hari ini memang Renjun, Jaemin dan Haechan akan membicarakan mengenai laporan kemarin yang tidak disampaikan oleh Jeno karena kecelakaan sehari yang lalu.

“Lo ngapain di sini?” tanya Jaemin.

“Gue mau tagih janji sama Pak Seunggi,” kata Eunbin menjawab.

“Widih, ada apa lo nagih utang ke pembina BEM?” tanya Haechan.

Eunbin membuang napasnya berat. “Gue gak mau biarin nama Siyeon jadi jelek. Semua karena Hyunjin! Emang cowok gak ada tanggung jawabnya dia!”

“Ntar, Hyunjin?” Haechan terdiam. Ia kemarim tidak mengikuti evaluasi dan sudah izin dengan pembina BEM.

Untuk mewawancarai Hakmin yang tidak kunjung memberikan alamat Kevin kalau tidak diimingi oleh Chenle.

“Jadi baju yang Siyeon pake itu ulah Hyunjin?” tanya Haechan lagi.

“Kudet banget, sih!” Jaemin menegur.

Haechan tidak menjawab, raut wajahnya menjadi serius. Kemarin, saat Haechan membeli burger bersama Chenle, ia melihat Hyunjin sedang berbincang dengan seorang yang tidak ia kenal.

“Chan?” Jaemin menyenggol Haechan.

Tidak lama, cowok berparas imut itu menoleh gugup. “H-Hah?”

“Kenapa lo?” tanya Renjun.

Haechan menggeleng kuat, “Enggak?” Haechan bingung, “Gue kenapa emangnya?” tanyanya.

“Apaan, sih, lo kayak orang nyembunyiim rahasia aja, gugup gitu,” Jaemin berujar.

“Ayo cepetan temuin Pak Seunggi dulu, laporan lalu kita langsung cabut ke rumah sakit.”

Mereka lalu berjalan ke ruang Pembina BEM, Lee Seunggi. Haechan masih terlarut dalam pikirannya, sekarang ia merasa jadi detektif seketika saat memikirkan sesuatu.

“Lee Haechan?”

“Hah?” Haechan menoleh. “Saya, Pak. Maaf Pak.”

“Laporan dari Senat?” tanya Pak Seunggi.

Haechan mengangguk kemudian membuka tasnya, mencari laporan dari Senat dan memberikannya kepada Pak Seunggi. “Ini pak.”

“Baik, terimakasih. Semoga hari kalian lancar,” kata Pak Seunggi.

“Oh iya, Jeno dimana, ya? Laporan BEM kan harusnya dikasi sama Jeno? Kenapa Renjun yang datang?”

“Ada insiden, Pak, Jeno harus dioperasi kemarin malam.” Jawab Renjun.

[✓] OrdinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang