xxv. make sure

1K 162 69
                                    

“Lagi apa?”

Siyeon menoleh, ia mendelik kesal. “Apaan, sih? Ngagetin aja.”

“Ya, makanya, suruh siapa duduk anteng di sini, gak bergerak lagi.”

Cuaca pada malam ini cukup menyita kenyamanan. Siyeon memilih untuk menyeduh sekoteng di ruko depan kompleknya. Menikmati kilau bintang yang ikut menyinari bumi dengan cahaya yang sangat cantik.

“Pak, sekotengnya satu lagi, ya, Pak,” suara berat itu terus saja mengganggu pikiran Siyeon.

Cowok itu kemudian duduk di sebelah Siyeon, mengikuti arah pandang Siyeon yang tidak biasanya menyukai bintang di langit.

“Mikirin apa, sih?”

“Mikirin kenapa Jeno yang nakal banget ada di sini.”

Jeno terkekeh. “Tahu kamu. Karena aku nakal makanya kabur dari rumah.”

“Ngapain kabur?” tanya Siyeon, tidak memandang Jeno.

“Mark sama Haechan tuh rebutan kasur, daripada pusing mending ke sini.”

Siyeon menghela napas. “Harus di sini emangnya?” tanyanya lagi.

“Jutek banget, sih. Hari ini aku dikabarin bintang, katanya suruh cepetan ke tempat sekoteng.”

Siyeon menoleh mendengar jawaban Jeno.

“Bintangnya bilang kalo gak mau kalah saing, cepetan ke sini.”

Siyeon tertawa pelan.

“Lagian ya, mana ada sih cewek feminim datang ke sini pake hoodie, celana tidur?” Jeno menggelengkan kepalanya pelan.

“Kamu ngaca ya, kamu juga gitu,” balas Siyeon.

“Sini,” kata Jeno, ia mengarahkan wajah Siyeon jadi memandangnya, menggunakan jari jemarinya menggeser dagu Siyeon.

Cewek yang sedang menatap Jeno itu tidak berbicara. Ia hanya menatap Jeno dengan terkejut dan bingung sekaligus.

“Ngapain, sih?” tanya Siyeon.

“Ngaca.”

Siyeon mengernyit.

“Kamu gak tahu kalo ngaca bisa di mata orang?” tanya Jeno.

“Kenapa harus mata aku?” tanya Siyeon.

“Butuh alasan?” tanya Jeno balik.

Siyeon mengangguk pasti.

“Mau coba lihat.”

“Lihat apa?”

“Mata kamu.”

“Buat apa?”

Jeno tersenyum. “Cari jawaban.”

“Pertanyaannya apa?”

“Kamu mau jadi pacar aku lagi?”

Siyeon terdiam, cewek itu tanpa sadar menatap mata Jeno, tatapan Jeno benar-benar mengunci matanya.

Jeno terkekeh pelan, lalu ia melihat penjual sekoteng mengantarkan sekoteng ke tempatnya dan Siyeon menggunakan nampan pembawa makanan.

“Makasih, ya, Pak,” kata Jeno.

Siyeon menunduk. “Makasih, Pak.”

Cewek itu langsung menyendokkan sekotengnya dan langsung memasukkannya ke dalam mulut, membuatnya mengaduh karena panas.

Jeno menggeleng pelan sambil memakan sekotengnya. “Kalo gak mau ditiup tunggu dingin dikit, ceroboh.”

“Apa sih?!” protes Siyeon.

[✓] OrdinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang