-Enjoy!-
"Menurut lo, tiga kata yang sulit banget gue ucapkan ke orang lain, tapi ngga berlaku kalau sama lo, itu apa?" Kara berpikir sejenak. "Maaf, tolong, makasih?" Tebak Kara yang dihadiahi gelengan kepala oleh Kenzo.
"Terus?" Tanya Kara penasaran. "I love you."
Mendengar tiga kata itu keluar dari mulut Kenzo, membuat jantung Kara berpacu dua kali lebih cepat. Hal ini yang sudah sejak lama ia tunggu. "Ma-maksud lo?" Gugup Kara.
"Gue jatuh cinta sama lo, Ra. Entah sejak pertama kali kita bertemu di dalam bus-"
"Lo ingat hari itu?" Kara menyela ucapan Kenzo. Hari di mana Kenzo memberikannya tempat duduk, karena semua tempat duduk di dalam bus sudah terisi penuh. Laki-laki itu mengangguk, lalu melanjutkan ucapannya yang tadi sempat disela oleh Kara. "Entah sejak pertama kali kita kenalan di dalam perpustakaan, atau saat pertama kali kita berangkat bareng ke sekolah. Yang jelas, semua moment yang sudah kita lalui selalu berputar dengan sangat indah di dalam otak gue."
"Gue tahu, mungkin ini bukan moment yang paling tepat, karena keluarga lo sedang ada masalah. Oleh karena itu, gue mau hadir di setiap moment dalam hidup lo. Baik suka maupun duka."
"Mungkin lo sedikit terkejut melihat gue yang banyak omong seperti ini. Ini sifat asli gue. Sifat yang selama ini hanya gue tunjukkan untuk Bunda gue dan sekarang untuk lo, dua wanita yang paling gue sayangi."
"Jadi?" Tanya Kenzo di akhir kalimatnya.
"Jadi?" Bukannya menjawab pertanyaan Kenzo, Kara justru membeo tak jelas. Gadis itu masih sangat terkejut dengan rentetan kalimat-kalimat manis yang baru saja keluar dari mulut Kenzo.
Kenzo tersenyum hangat. Mimik wajah Kara yang masih terkejut, membuat senyum itu terbit di bibir Kenzo. "Apa lo mau buat kisah indah sama gue?" Kara diam. Bukan, bukannya Kara tidak tahu harus menjawab apa. Melainkan, ia bingung harus menjawabnya dengan cara seperti apa.
Kenzo masuk ke dalam rumah pohon. Dari dalam sana, laki-laki itu mengambil sebuah balon serta sebuah jarum. "Terbangin balonnya kalau lo terima perasaan gue. Letusin balonnya kalau lo tolak perasaan gue." Kara mengambil balon serta jarum tersebut.
Gadis itu mendekatkan jarum pada balonnya. Seperti hendak ingin meletuskan balon tersebut. Selang beberapa detik, Kara membuang jarumnya, lalu melepaskan genggamannya pada tali balon tersebut. Kara menerbangkan balonnya, yang berarti, ia menerima perasaan yang baru saja Kenzo utarakan kepadanya.
°°°
Di depan rumah, Anka sedang mencuci motor kesayangannya. Laki-laki itu menatap horor ke arah Kara yang baru saja pulang. Selama ia berjalan, gadis itu terus senyum-senyum tak jelas. "Sawan lo?" Kara memberhentikan langkahnya. Ia mengedarkan pandangannya ke segala arah guna mencari sumber suara tersebut.
"Anka!!!" Teriak Kara dengan sangat antusias. "Paan sih lo? Kuping gue bisa budek, nih."
"Lo harus tahu." Kara menggantungkan ucapannya. "Tahu apaan? Cepetan, gue lagi nyuci motor, nih."
"Gue-"
"Gue?" Beo Anka.
"Jadian sama Ken!" Pekik Kara kegirangan. Gadis itu sampai tak menyadari, kalau raut wajah Anka seketika langsung berubah. "Oh!" Laki-laki itu berjalan ke arah motornya berada. Melanjutkan aktifitas mencuci motornya yang sempat tertunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANKARA (END)
Teen FictionSatu hal yang ingin Kara rubah di dalam hidupnya. Menjadi anak yang kehadirannya diinginkan oleh Ayah kandungnya sendiri. Menyandang nama Pradipta tak seindah yang orang lain bayangkan. Tampil perfectionist dan pintar adalah kewajiban yang harus Kar...