0.3

293 21 0
                                    

-Enjoy!-

Handphone milik Anka berdering dari dalam saku celananya. "Assalamu'alaikum, hallo, kenapa Bun?"

[...]

"Tapi Bun-"

[...]

"Iya-iya Anka mau," patuh Anka lalu berjalan mendekati meja Pak Wildan kembali.

"Bunda gue mau ngomong sama lo katanya," jelas Anka seraya menyodorkan handphone miliknya.

"Ha-hallo, assalmu'alaikum Tante," sapa Kara sopan.

"Wa'alaikumsalam, ini Kara ya?" Tanya Bunda Anka memastikan.

"Iya Tan, ada apa ya?" Tanya Kara.

"Tante minta tolong sama kamu ya Kara, tolong bimbing Anka dalam belajar. Tante dengar kamu siswi yang sangat berprestasi, Tante udah lelah liat sikap Anka yang setiap harinya hanya seperti itu saja," tutur Bunda Anka dengan panjang lebar.

Kara sendiri tak enak hati jika harus menolak permintaan dari Bunda Anka. "Iya Tan, Kara mau," setuju Kara.

"Alhamdulillah jika kamu mau. Kalau nanti Anka susah diatur belajarnya, cubit aja perutnya ya Kara," titah Bunda Anka lantas membuat Kara terkekeh pelan.

"Yasudah kalau begitu Tante tutup dulu ya telefonnya, assalamu'alaikum!" Ucap Bunda Anka mengakhiri obrolannya dengan Kara.

"Iya Tan, wa'alaikumsalam," jawab Kara lalu menjauhkan handphone Anka dari daun telinganya.

"Bagaimana, kalian berdua setuju kan?" Tanya Pak Wildan memastikan, lantas dijawab anggukan kepala oleh Anka dan juga Kara.

"Baiklah kalau seperti itu, kalian berdua bisa keluar sekarang!" titah Pak Wildan.

°°°

"Ini jadwal yang udah gue bikin, kalo sampe lo telat apalagi bolos, gue penggal kepala lo," peringat Kara seraya memberikan secarik kertas saat Anka sedang berada di kantin bersama ke empat temannya.

"Iye-iye bawel!" Geram Anka dengan mata yang tak pernah lepas dari layar handphone miliknya.

"Lo ada jadwal ngapain sama si Kara?" Tanya Edwin saat Kara sudah berjalan kian menjauh dari kantin.

"Les privat," jawab Anka singkat.

"By the way, si Kara kalau diliat-liat cakep juga ya?" Tanya Junius seraya mengunyah batagor yang baru saja ia pesan.

"Cantik tapi galaknya astagfirullah, bahagia ngga, tekanan batin iya kalo lo sama dia," ungkap Anka lalu bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari kantin.

"Itu tadi bener si Anka? Anka, bilang si Kara cantik?" Tanya Frans tak percaya. Pasalnya, baru kali ini Anka berucap jika seorang perempuan itu cantik selain Bundanya, adik perempuannya serta Miss Rena. Ralat, untuk Miss Rena sepertinya hanya untuk pencitraan saja. Bahkan Viona yang notabenya perimadona sekolah saja tak pernah Anka anggap kehadirannya walaupun gadis itu selalu mengejar-ngejar Anka setiap harinya.

°°°

"Lo ngga lupa kan kalo hari ini kita ada les privat?" Tanya Kara tepat saat Anka baru saja ingin keluar kelas.

"Emang lesnya hari apa?" Tanyanya balik.

"Punya otak kan? Lo pikir aja sendiri," jawab Kara lalu berjalan terlebih dahulu keluar kelas.

Anka merogoh saku celana abu-abunya kemudian mengambil secarik kertas yang berisi jadwal les privat yang sudah Kara tentukan.

Jadwal les privat Anka!
Selasa, Sabtu dan Minggu. Sampai lo telat apalagi bolos, gue gantung kepala lo di monas!

ANKARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang