-Enjoy!-
Anka memacu motor yang ia pinjam dari Nando dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Ini sisi lain seorang Jevan Gerald Ankara yang tak orang lain tahu. Hanya seseorang yang mengetahui hal ini. Ya, Danial. Laki-laki itu yang selalu menjadi lawan Anka saat melakukan balapan liar. Bahkan, Kara sendiri tak mengetahui tentang kebiasaan buruk Anka yang satu ini.
Kebut-kebutan di jalan raya umum adalah salah satu cara Anka melampiaskan emosi yang hinggap di dalam dirinya.
Anka mendengar semua percakapan yang dibicarakan oleh Kara dengan Kenzo. Dan ia pun bukanlah laki-laki bodoh yang langsung pergi, sebelum mendengarkan pembicaraan tersebut hingga akhir.
Pembicaraan yang membuat rasa kecewa, marah, dan cemburu menjadi satu di dalam dirinya.
Dunia memang sebercanda itu, ya?
Di saat Anka hendak menyatakan rasa sukanya kepada Kara, justru gadis itu tak pernah menganggap bahwa yang dirinya lakukan adalah hal serius, sedangkan Kenzo, laki-laki yang sudah menyakiti hati Kara bisa mendapatkan kembali gadis itu ke dalam dekapannya.
Sebenarnya, di dalam situasi seperti ini siapa yang harus disalahkan? Dirinya, atau semesta yang tak pernah mendukungnya.
Anka dan Kara layaknya Istiqlal dan Katedral, berdampingan namun berbeda.
Bukan. Bukan soal perbedaan kepercayaan yang menjadi penghalang. Perbedaan ini pun telah digariskan oleh Sang Maha Kuasa. Perbedaan yang menyatakan bahwa Anka mencintai Kara, namun sebaliknya tidak.
Terlalu asik melamun, jalanan yang notabenya sangat licin karena beberapa menit yang lalu turun hujan hampir membuat Anka menabrak pengendara lain di pertigaan jalan.
Shitt!!
Anka berhasil mengerem motor tersebut hingga berhenti sesuai yang ia harapkan. Telat sedikit saja, mungkin kecelakaan akan terjadi di jalan raya ini.
"Wow! Udah lama gak balapan, ternyata kemampuan lo masih boleh juga." Anka sangat mengenal suara tersebut.
Tepat sasaran. Setelah laki-laki itu membuka helm full face-nya, wajah Danial dengan senyum meremehkan langsung menyambutnya.
Sebenarnya, Anka memang sudah memprediksi hal ini akan terjadi. Seorang Danial akan melakukan segala cara agar terbebas dari hukum yang menjeratnya.
Anka yang notabenya masih diselimuti dengan emosi langsung berucap, "hari Minggu gue tunggu lo di jalanan biasa. Sendiri, gak usah bawa anak-anak buah lo yang gak ada gunanya itu!"
Setelah mengatakan hal itu, Anka kembali melanjutkan aksinya di jalan raya. "See you soon, Bro!" Teriak Danial.
°°°
Kara dan Kenzo berjalan berdampingan di lorong-lorong sekolah. Kembali menjalin kasih dengan mantan kekasih adalah kembali mengulang cerita sakit yang sudah pernah dialami. Namun, sepertinya kata-kata seperti itu tidak berlaku untuk diri Kara. Gadis itu ingin membuktikan, kalau tak semua orang akan merasakan hal tersebut.
Kara masuk ke dalam kelasnya seperti biasa. Langkah kakinya mengarah pada dua buah kursi yang biasa ia dan Anka duduki. Namun, laki-laki itu belum menampakkan batang hidungnya, bahkan sampai jam istirahat telah berlangsung.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANKARA (END)
Teen FictionSatu hal yang ingin Kara rubah di dalam hidupnya. Menjadi anak yang kehadirannya diinginkan oleh Ayah kandungnya sendiri. Menyandang nama Pradipta tak seindah yang orang lain bayangkan. Tampil perfectionist dan pintar adalah kewajiban yang harus Kar...