0.9

152 18 0
                                    

-Enjoy!-

"Begadang sampe jam berapa lo?" Tanya Anka tiba-tiba.

"Hah?"

"Kantung mata lo! Udah mirip kayak mata panda tau ngga?" Ucap Anka.

"Udah biasa," jawab Kara seraya tersenyum meyakinkan.

"Ngga usah terlalu diforsir Ra, kasian tubuh sama otak lo," peringat Anka. Kara pun hanya menganggukkan kepalanya.

"Sini gue pakein," tutur Anka seraya mengambil helm dari jok belakang motornya.

"Ngga perlu Ka, gue bisa sendiri," tolak Kara hendak mengambil helm tersebut dari tangan Anka.

"Eitss, ngga ada penolakan," jawab Anka langsung memakaikan helm tersebut pada kepala Kara.

Sialan, jantung gue kenapa jadi diskotik gini sih, batin Anka.

"Heh, kenapa lo liatin muka gue terus?" Tanya Kara yang melihat sedari tadi Anka terus menatap wajahnya.

"Ada beleknya noh!" Celetuk Anka asal.

"Tidur aja. Gue tau lo masih ngantuk, kalo udah sampe sekolah gue bangunin," jelas Anka.

Kara mulai menyenderkan kepalanya pada pundak Anka lalu menutup kelopak matanya. Namun selang beberapa detik, tiba-tiba saja kelopak matanya terperanjat dengan sempurna kala tangan miliknya ditarik oleh Anka agar melingkar di pinggang laki-laki tersebut.

"Gue ngga mau tanggung jawab ya, kalo sampe lo jatoh dari motor gue," tutur Anka seraya memakai helm full face-nya.

"Dih! bilang aja lo mau modus kan sama gue?" Tanya balik Kara tak percaya. Anka hanya mengedikkan bahunya acuh lalu mulai melajukan motornya membelah jalanan kota Bandung.

°°°

"Ke Cikini sama Miss Rena!"

"Cakep!"

"Selamat pagi sekolahku tercinta!"

"Alay lu berdua bego!" Timpal Frans yang melihat tingkah Junius dan Edwin barusan sementara Nando hanya menggelengkan kepalanya.

"By the way, kapan lo ke Cikini sama Miss Rena Win?" Pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut Junius.

"Just pantun bodoh!" Sarkas Edwin seraya menoyor kepala Junius. Supaya otaknya agak beneran dikit katanya.

"Wiss ada angin apa nih bosku pagi-pagi buta udah di kelas, sambil belajar lagi," cerocos Frans yang melihat Anka sudah duduk di bangkunya dengan mata yang masih fokus pada buku Bahasa Indonesia, yang tak lain adalah mata pelajaran yang akan diuji pada jam pertama nanti.

"Asikk babang Anka udah tobat gayss!!" Timpal Junius menggebu-gebu.

"Berisik!" Jawab Anka langsung menyumpal kedua telinganya menggunakan earphone hitam miliknya.

"Ra?"

"Hm?"

"Lo nyekokin apa ke si Anka sampe nih anak rajin belajar gini?" Tanya Junius penasaran.

"Ngga usah banyak ngomong, mulut lo bau tikus got!" Sarkas Kara langsung mengalihkan matanya kepada buku yang ada di hadapannya.

"Pedes banget anjir ngomongnya, kayak nyinyiran tetangga," balas Junius seraya mengelus dada.

"Yang tabah Jun, muka lo emang cocok banget buat dinistain," lanjut Frans.

Kringgg!

Semua siswa maupun siswi yang masih berada di luar satu demi satu mulai masuk ke dalam kelas, karena mengingat PTS hari pertama akan segera dimulai.

ANKARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang