-Enjoy!-
Warna kebiruan akibat memar kini mendominasi pipi sebelah kanan Kara. Gadis itu meringis kala mengingat kejadian semalam yang ia alami. Semua yang berhubungan dengan uang dan Jeny, nyatanya mampu membuat Wilson bermain tangan secara kasar.
"Semoga bisa ketutup," gumam Kara seraya memandangi foundation yang sudah lumayan berdebu karena jarang sekali gadis itu pakai.
Dirasa semuanya telah siap, Kara melenggang keluar dari kamarnya. Kara menghela napasnya karena sang Ayah sepertinya tak pulang dari semalam setelah mereka berdua bertengkar lumayan hebat, terbukti dengan meja makan yang kini tak berpenghuni sama sekali.
°°°
Kening Anka bekerut. "Pipi lo?"
Kara yang mendengar tuturan tersebut refleks langsung menutupi pipinya menggunakan tangan. "Gu-gue ngga apa-apa kok."
Anka maju satu langkah ke arah Kara. Laki-laki itu menyamakan tingginya dengan gadis yang ada di hadapannya. "Gue akan selalu siap kapanpun kalo lo butuh temen buat cerita." Anka tersenyum amat manis seraya menatap manik mata Kara dengan lekat. Setelahnya Anka menarik pergelangan tangan Kara untuk menuju motornya berada.
°°°
Semua siswa maupun siswi IPA1 kini mulai berpencar, mencari tempat yang menurut mereka bagus untuk membuat sebuah vidio.
Junius berdecak. "Gue bingung sama Bu Ambar, sebenernya kita ini pelajar apa youtuber sih? Perasaan tiap ngasih tugas disuruh bikin vidio terus," keluh Junius seraya membenarkan letak kameranya.
"Makanya, apa-apa jangan pake perasaan," jawab Frans.
"Najis, bucin akut lo!" Balas Junius.
"Diem lo jomblo!" Tutur Anka.
"Dih, jomblo bilang jomblo," jawab Junius.
"Bentar lagi juga ngga," celetuk Anka langsung melirik ke arah Kara yang sedang menyiapkan beberapa materi yang nantinya akan digunakan untuk membuat vidio.
"Ehem! Ehem! Keselek tronton nih gue," tutur Edwin seraya memegangi tenggorokannya.
Kara hanya memutar bola matanya kala ia mendengar percakapan ke empat remaja tersebut yang menurutnya tak bermanfaat sama sekali. Mungkin bagi gadis lain ini adalah sebuah anugrah namun sepertinya tidak bagi Kara. Nyatanya, satu kelompok dengan anak-anak Vector justru membuat dirinya naik darah karena sedari tadi mereka hanya asik mengeluh tanpa berniat membantu Kara untuk menyiapkan materi.
"Jun, lo serius dikit napah, kita udah gagal take berapa kali nih," gerutu Kara yang melihat sedari tadi Junius selalu salah padahal laki-laki itu hanya kebagian oppening vidio.
"Ya maap kali Ra, gue kan bukan youtuber," jawab Junius tak mau disalahkan.
"Coba lo baca ulang lagi noh pas bagian oppening-nya," titah Kara.
"Siap Adindaku!" Patuh Junius. Laki-laki itu langsung mendapat lirikan tajam dari Anka. "Ampun Bang jago."
°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
ANKARA (END)
Teen FictionSatu hal yang ingin Kara rubah di dalam hidupnya. Menjadi anak yang kehadirannya diinginkan oleh Ayah kandungnya sendiri. Menyandang nama Pradipta tak seindah yang orang lain bayangkan. Tampil perfectionist dan pintar adalah kewajiban yang harus Kar...