-Enjoy!-
Pandangan Anka menyusuri seluruh jalan raya guna menemukan keberadaan Kara. Ia memberhentikan laju mobilnya, kala melihat seorang gadis tengah terduduk di pinggir trotoar seraya menenggelamkan kepala di kedua lipatan tangannya.
"Naik, Ra!" Merasa ada yang mengajaknya berbicara, Kara mengadahkan kepalanya. "Lo pulang duluan aja. Gue masih mau sendiri."
Anka berdecak, lalu mengangkat tubuh Kara pada bahunya, seperti tengah mengangkat karung beras. "Eh... eh... Anka...turunin gue..."
Anka diam. Ia mendudukan Kara tepat di kursi penumpang yang terletak di dalam mobilnya. "Berisik!" Laki-laki itu memutari mobil, mendaratkan bokongnya di kursi pengemudi, lalu melajukan mobilnya.
°°°
Anka memberhentikan laju mobilnya di suatu perusahaan milik keluarga laki-laki tersebut. "Turun!"
"Kita ngapain ke sini, sih?"
"Turun, Ra." Kara menghela napasnya. Gadis itu memilih untuk mengalah, lalu keluar dari dalam mobil Anka.
"Selamat malam Den Anka." Anka tersenyum, lalu menganggukkan kepalanya ke arah pegawai yang bekerja di perusahaan milik keluarganya.
Lift yang tengah ditaiki oleh Kara serta Anka berhenti pada lantai paling atas, tepat rooftop berada.
"Kita ngapain ke sini sih, Ka?" Tanya Kara sekali lagi.
"Nangis." Kara mengerutkan keningnya. "Nangis?"
"Nangis, Ra."
"Buat apa? Gue bukan cewek lemah."
Anka menghela napas, lalu menggerakkan tungkainya hingga tepi rooftop. "Nangis itu bukan lemah, nangis itu manusiawi. Terkadang, buat melepaskan beban dan masalah yang kita alami emang butuh pake tangisan."
Laki-laki itu menghadapkan tubuhnya ke arah tubuh Kara yang berdiri tepat di sampingnya. "Gue benci, Ra. Gue benci, saat lo terlihat lemah di hadapan orang lain, karena Kara yang gue kanal adalah gadis yang gak mau dikasihani oleh siapa pun, bukan?"
Anka mendaratkan kedua tangannya di atas kedua bahu milik Kara. "Tapi, gue juga benci, saat lo terlihat baik-baik aja di hadapan gue, padahal kenyataannya ngga."
"Terus lo mau gue kayak gimana, Ka? Nangis tersedu-sedu sambil teriak-teriak gak jelas buat ngasih tahu ke seluruh dunia bahwa gue lagi gak baik-baik aja?"--Kara menghapus air mata yang menerobos keluar dari manik matanya--"apa dengan melakukan itu, semua yang udah terjadi akan berubah? Ngga, Ka. Semuanya akan tetap sama. Gue tetap akan jadi gadis bodoh yang gak lebih dari sekedar bahan taruhan!"
"Cukup! Bagi gue, lo lebih berarti dari yang lo pikirkan, Ra."--Anka membawa tubuh Kara ke dalam dekapan hangatnya--"nangis sepuas lo, Ra. Gue gak bisa janji, tapi gue akan berusaha, supaya setelah ini air mata lo gak akan pernah tumpah, kecuali air mata kebahagiaan."
°°°
Di depan koridor kelasnya, Kara tak sengaja berpapasan dengan Kenzo, sang mantan kekasih. "Gue perlu bicara sama lo, Ra." Kara diam. Gadis itu tetap melanjutkan langkahnya, tanpa menghiraukan ucapan Kenzo.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANKARA (END)
Teen FictionSatu hal yang ingin Kara rubah di dalam hidupnya. Menjadi anak yang kehadirannya diinginkan oleh Ayah kandungnya sendiri. Menyandang nama Pradipta tak seindah yang orang lain bayangkan. Tampil perfectionist dan pintar adalah kewajiban yang harus Kar...