2.4

111 14 0
                                    

-Enjoy!-

Anka berencana mengunjungi Ayah Kara di Rutan. Ia hanya ingin menanyakan beberapa hal mengenai Jeny serta Porman's Corp.

"Saya ingat. Dulu, Jeny pernah meminta tanda tangan saya, karena perusahaan saya dan perusahaan Jeny akan menjalin sebuah kerja sama. Tetapi, karena hari itu saya sangat lelah dan mengantuk, saya tidak membaca isi yang tertera pada lembaran kertas itu. Saya langsung menanda tanganinya," jelas Wilson, saat Anka menanyakan kepada dirinya, apakah pernah ada hal mencurigakan yang dilakukan Jeny.

"Mungkin, tanda tangan itu yang menyebabkan semua aset milik Pradipta's corp berpindah tangan menjadi milik Porman's corp," opini Anka setelah mendengarkan penjelasan yang diutarkan oleh Ayah Kara.

"Seingat saya, perusahaan milik Jeny bernama Axelyn's corp, bukannya Porman's corp," ungkap Ayah Kara. "Apa Om tahu nama panjang Tante Jeny, atau salah satu keluarganya Tante Jeny?" Tanya Anka.

"Jeny Axelyn." Tepat sasaran, omongan Nando memang benar, karena Viona pun menyandang nama Axelyn. Wilson teringat akan satu hal. "Robi Porman Axelyn, itu nama Ayah Jeny." Tidak salah lagi, pelaku di balik semua ini adalah Jeny.

°°°

Hari ini, semua rencana yang telah disusun oleh Anka CS akan segera direalisasikan. Termasuk Kara yang kini tak lagi tinggal di rumah Anka, melainkan tinggal di basecamp Vector.

Suasana riuh kantin, membuat Viona tak menyadari, kalau ada seseorang laki-laki yang baru saja duduk tepat di samping kursinya. Kedua teman Viona memberi kode berupa senggolan pada kaki gadis itu, namun sang empunya tak kunjung mengerti dengan kode tersebut.

Sampai akhirnya, Viona yang sedang menyantap baksonya mulai jengah dengan tingkah kedua temannya. "Apaan sih?!" Geram Viona, namun sebuah deheman dari seseorang justru terdengar di indra pendengarannya. Deheman itu bukan berasal dari kedua gadis yang duduk berhadap-hadapan dengannya.

Viona mengarahkan pandangannya ke samping kiri. Matanya langsung membulat dengan sempurna, kala sosok Jevan Gerald Ankara sedang duduk tepat di sampingnya. Yang membuat Viona semakin tak percaya, bahkan lengkungan senyum terbit di bibir laki-laki tersebut.

"An-Anka? Lo nga-ngapain ke sini?" Gugup Viona, karena Anka menatap dirinya dengan sangat lekat. Anka merogoh saku almamaternya untuk mengambil sebuah sapu tangan yang berada di dalam sana. "Makan sampai belepotan gini. Kayak anak kecil aja, sih." Anka menyeka kuah bakso yang berada di sudut bibir Viona menggunakan sapu tangannya. Membuat pipi Viona bersemu, karena tingkah yang dilakukan Anka barusan.

Viona tersenyum dengan amat manis ke arah kedua temannya. Kedua gadis itu seakan langsung mengerti dengan kode yang diberikan Viona, kalau mereka berdua harus beranjak dari meja ini, karena Viona tak ingin diganggu. "Iya-iya. Have fun, baby," ucap teman Viona sebelum mereka benar-benar melangkahkan kakinya.

°°°

Di sepanjang lorong kelas, sedari tadi Viona terus saja bergelayut dengan sangat manja di lengan kekar Anka. Jujur, rasanya Anka ingin sekali menghempaskan tubuh Viona agar gadis itu tak dekat-dekat dengan dirinya. Namun, Anka tidak bisa. Demi keberhasilan misinya untuk menolong keluarga Kara, Anka harus membiarkan perlakuan Viona saat ini.

Entah ini kebetulan atau sebuah takdir. Di depan lab IPA, Anka serta Viona berpapasan dengan Kara. "Ehh, ada anak koruptor!" Anak mana yang tak emosi jika orang tuanya dikata-katai. Padahal, Ayah Kara belum tentu bersalah, karena penyelidikan masih terus berlanjut sampai hari persidangan nanti.

ANKARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang