2.6

111 12 0
                                    

-Enjoy!-

Take me home, I'm fallin'
Love me long, I'm rollin'
Losing control, body and soul
Mind too for sure, I'm already yours

Walk you down, I'm all in
Hold you tight, you call and
I'll take control your body and soul
Mind too for sure, I'm already yours

Di dalam lab Kimia, sedari tadi Junius sedang menyanyikan lagu milik Pamungkas dengan penuh penjiwaan. Ia tidak perduli, bahkan suaranya bisa saja merusak gendang telinga siapapun yang mendengarnya.

Mona yang sedang menonton MV milik salah satu boyband yang berasal dari Negeri Ginseng itu mulai jengah mendengar suara Junius yang seketika membuatnya menjadi bad mood. "Kalau lo ngga berhenti nyanyi, mulut lo gue sumpel pakai labu ukur ya, Jun," ancam Mona dengan nada serius.

"Seharusnya, lo merasa beruntung, Mon. Lo bisa mendengar suara spektakuler gue tanpa pungutan biaya apapun. Biasanya, kalau gue lagi konser di luar sana, satu orangnya bisa dipungut biaya sampai seratus juta." Junius dengan bangganya berucap seperti itu.

Mona mulai tersulut emosi, karena mendengar tuturan yang Junius lontarkan barusan. "Seratus juta gigi lo ompong! Lagi pula, siapa juga yang mau menghambur-hamburkan uang seratus juta cuma untuk nonton konser lo, yang bahkan suara lo aja bisa merusak ekosistem yang ada di laut tau, ngga?!"

"Dari pada nonton konser lo, mending uangnya gue pakai untuk beli tiket konser BTS yang jelas-jelas suaranya sudah menjanjikan bagus daripada suara abal-abal lo itu!" Junius meletakkan sebuah sapu yang tadi ia gunakan sebagai pengganti gitar saat sedang bernyanyi. "Suara gue boleh aja kalah bagus sama orang-orang Korea itu. Tapi, kalau soal membahagikan lo, gue bisa diadu."

°°°

Bu Hanum selaku guru Kimia telah tiba di dalam lab Kimia setelah satu jam pelajaran tadi beliau tidak hadir, karena harus mengikuti rapat bulanan yang diikuti oleh seluruh Bapak ataupun Ibu guru.

Bu Hanum telah membagi anak-anak didiknya menjadi beberapa kelompok untuk melaksanakan suatu praktek yang dari satu Minggu lalu telah dipersiapkan. Kali ini, Anka merasa sangat beruntung, karena dirinya tidak satu kelompok dengan Kara. Jujur, berpura-pura tak perduli dengan gadis itu sangat sulit untuk Anka lakukan.

"Ka?" Panggil Viona. Gadis itu mengikuti arah pandang Anka yang ternyata tertuju pada sosok Kara. "Anka!" Anka yang merasa terkejut langsung menolehkan kepala ke arah gadis yang berdiri tepat di sampingnya. "Kamu kenapa lihatin si Kara terus sih?" Skakmat! Anka tertangkap basah lagi.

"Ng-ngga, kok. Aku lagi lihatin itu-"

"Lihatin apa?" Sela Viona sebelum Anka menyelesaikan tuturannya.

Kali ini, Anka bisa menemukan alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan dari Viona. "Lagi lihat takaran larutan yang kebetulan letak gelas ukurnya ada di belakang Kara." Viona melihat ke arah Kara. Anka benar. Tepat di belakang Kara berdiri, terdapat beberapa gelas ukur berisi larutan yang sudah dipersiapkan oleh Bu Hanum sebagai contoh.

Kara satu kelompok dengan Junius dan satu teman kelasnya yang terkenal nakal. Tingkat kenakalan laki-laki itu melebihi tingkat kenakalan Anka serta teman-temannya. Jika kenakalan Anka serta teman-temannya hanya sebatas bolos sekolah dan tawuran, namun teman kelasnya yang bernama Hisyam ini berbeda.

ANKARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang