-Enjoy!-
Minggu pagi ini Anka berencana pergi ke basecamp bersama Kara. Kemarin, gadis itu yang memintanya secara langsung. Kara ingin mengucapkan terimakasih kepada seluruh anak-anak Vector atas kejadian beberapa hari yang lalu.
"Heh, sawan lo?" Kara langsung bergidik ngeri kala melihat sedari tadi Anka terus senyum-senyum tak jelas ke arahnya.
"Iya, lo kan setannya," jawab Anka tak mau kalah.
°°°
"Ini basecamp apa istana? Mewah bener perasaan," takjub Kara saat kedua remaja tersebut telah sampai di basecamp geng Vector.
"Ngga usah merendah, kalo sama rumah lo aja masih kalah jauh."
"Bukan rumah gue, rumah Ayah gue," koreksi Kara.
"Frans, balikin novel aku ish," tutur Olin seraya mengejar Frans yang keluar dari dalam basecamp.
Frans memberhentikan langkahnya tepat di samping Anka berdiri. "Sebenernya pacar kamu itu aku apa novel sih Lin?"
Olin berjalan kian mendekat lalu sedikit berjinjit guna menyamakan tinggi tubuhnya dengan sang pacar. "You know my answer," bisik Olin seraya mengambil novelnya dari tangan Frans lalu beranjak masuk ke dalam basecamp kembali.
"Ngga elit amat sih lo, cemburu sama buku," sindir Anka lantas berjalan masuk ke dalam basecamp dibuntuti Kara yang berjalan mengekor sementara Frans hanya mendengus kasar.
°°°
Beginilah keadaan basecamp jika hanya ditempati oleh anak laki-laki. Kulit kacang serta kaleng bekas minuman yang berserakan, bungkus-bungkus bekas makanan junk food yang bertebaran di atas meja dan lantai.
Kedatangan Kara saat ini, langsung disambut dengan sangat baik oleh seluruh anak-anak Vector. "Wiss, tuan putrinya Bos Vector udah dateng nih," tutur Jodi yang membuat Kara langsung mengerutkan keningnya.
"Ngga usah didengerin, si Jodi mulutnya emang suka ngga di-filter," jawab Anka yang dihadiahi kekehan kecil oleh Jodi.
"Delivery makanan kek Ka, laper nih gue," keluh Edwin seraya mengelus-elus perutnya.
Baru saja Anka ingin mengeluarkan ponselnya dari dalam saku namun niatnya langsung terurung, kala tangan Kara menahan lengannya. "Di dapur ada bahan makanan apa aja?"
Otak Anka berpikir sejenak. "Semuanya ada, kenapa emang?"
"Gue aja yang masak, ngga sehat kalo makan junk food terus."
"Kira-kira anak-anak Vector ada berapa orang?"
"Lima puluh orang." Kara menganggukkan kepalanya, gadis itu langsung berjalan ke arah dapur yang terletak di basecamp tersebut.
°°°
Kara memutuskan untuk memasak nasi goreng karena makanan itu sepertinya sangat mudah dan cepat meskipun harus dimasak dalam porsi besar.
"Lo potong-potong bakso sama sosis aja tuh, bisa kan?" Tanya Kara memastikan. Anka hanya berdehem, laki-laki itu mengambil sebuah pisau lalu melakukan apa yang Kara perintah tadi.
"Ka?"
"Hm."
"Lo udah kenal lama sama anak-anak Vector?"
"Kenal sama Nando udah dari SD, Junius, Edwin sama Frans pas kelas satu SMP kalo sama anak-anak Vector yang lain dari kelas tiga SMP, tepatnya saat Bang Zidan meninggal."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANKARA (END)
Подростковая литератураSatu hal yang ingin Kara rubah di dalam hidupnya. Menjadi anak yang kehadirannya diinginkan oleh Ayah kandungnya sendiri. Menyandang nama Pradipta tak seindah yang orang lain bayangkan. Tampil perfectionist dan pintar adalah kewajiban yang harus Kar...