-Enjoy!-
Ini pertama kalinya Kara serta Kenzo melakukan suatu hal yang biasa dilakukan layaknya muda-mudi yang tengah menjalin kasih. Selama ini, kedua remaja itu terlalu sibuk mengurusi urusan Ayah Kara agar beliau dapat sesegera mungkin menghirup udara segar.
"Mau nonton film apa?" Tanya Kenzo saat keduanya telah menginjakkan kaki di suatu mall ternama yang terletak di Kota Bandung.
"Anything. Asal jangan romance."
"Tumben." Karena yang Kenzo tahu, Kara sangat menyukai film yang dilengkapi dengan bumbu percintaan.
"Kemaren baru aja nonton bareng sama Ayah. Jadi cringe sendiri pas lagi nonton."
"Lo beruntung." Kara yang mendengar hal itu terlontar dari bibir Kenzo langsung mengadahkan kepalanya ke arah laki-laki yang lebih tinggi beberapa centimeter dari dirinya. "Maksudnya?"
"Anka!" Bukannya menjawab pertanyaan Kara, laki-laki itu justru memanggil seseorang yang beberapa detik lalu ia lihat.
"Kak Kara?"
"Ana!" Ana menghambur ke pelukan Kara. "Semenjak Kak Kara udah gak tinggal di rumah Ana lagi, kenapa udah gak pernah main ke rumah?"
"Akhir pekan ini Kakak akan main ke rumah Ana." --Gadis itu menjeda ucapannya--"Kalau dibolehin sama tuan rumahnya..."
"Boleh! Sangat boleh. Kan Ana yang jadi tuan rumahnya. Eh, bukan tuan, deh. Berhubung Ana perempuan, jadi harusnya putri. Berarti putri rumahnya." Opini yang keluar dari mulut Ana membuat Kara sedikit terkekeh.
Handphone milik Kenzo berdering. Menandakan ada seseorang yang hendak menghubungi laki-laki itu.
"Kenapa, Ma?"
[...]
"Lagi di mall."
[...]
"Mama jangan pergi ke manapun dari tempat itu. Mama shareloc, biar Ken susulin Mama ke sana sekarang."
Usai mematikan sambungan teleponnya dengan sang Mama, laki-laki itu mengarahkan pandangannya ke arah Kara yang kebetulan tengah menatap ke arahnya juga.
Kara mengangguk setuju, sebelum Kenzo mengutarkan isi hatinya. "Gue bisa antar lo pulang dulu, Ra."
Kara menggeleng. "Susulin Mama lo aja. Gue takut terjadi sesuatu sama beliau. Gue bisa pulang pake taxi online."
"Kakak gak usah khawatir. Kak Kara bisa pulang bareng sama Ana, kok. Kebetulan banget hari ini Bang Anka bawa mobil. Jadi, Kak Kara bisa ikut sama kita berdua. Iya, kan, Bang?" Anka sempat menoleh ke arah Adik perempuannya, lalu berdehem dengan malas sebagai respon.
"Gue titip Kara sama lo, Ka."
Setelah Kenzo benar-benar pergi, Kara kembali angkat suara. "Gak usah dilakuin, kalo emang gak ikhlas." Kara hendak melangkahkan kakinya. Namun, niatnya terurung, kala Anka menarik pergelangan tangannya untuk laki-laki itu genggam.
°°°
Di dalam mobil Anka hanya ada kesunyian yang menemani, sementara di kursi penumpang Ana telah terlelap menyusuri alam mimpinya, karena terlalu lelah bermain bersama Kara hingga larut malam seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANKARA (END)
Teen FictionSatu hal yang ingin Kara rubah di dalam hidupnya. Menjadi anak yang kehadirannya diinginkan oleh Ayah kandungnya sendiri. Menyandang nama Pradipta tak seindah yang orang lain bayangkan. Tampil perfectionist dan pintar adalah kewajiban yang harus Kar...