1.8

129 14 1
                                    

-Enjoy!-

Mobil yang menculik Ana sudah tiba di suatu gudang tua yang tampak sangat kumuh dari luar.

"Lepasin Ana!" Teriak Ana kepada laki-laki yang sedang memegangi kedua tangannya.

Menculik anak kelas empat SD ini membuat kedua anggota Boris itu ikut naik darah. Lihat saja, disaat anak-anak seusianya langsung mau jika diiming-imingi permen ataupun mainan, namun Ana berbeda, anak itu justru menolaknya dengan mentah-mentah. Alhasil, salah satu anggota Boris langsung menggendong tubuh Ana tanpa membiusnya terlebih dahulu.

"Diam!"

"Ngga, Ana ngga mau diem, Ana kan punya mulut."

"Lepasin Ana Om jelek!" Geram Ana, berusaha melepaskan cekalan laki-laki itu dari pergelangan tangannya.

"Muka gue masih muda gini, lo panggil gue, Om?!" Geram laki-laki itu.

"Masa? Sama guru Ana di sekolah aja, lebih tuaan muka Om deh kayaknya." Anggota Boris yang satunya lagi langsung terkekeh kala mendengar tuturan bocah SD tersebut.

"Berisik! Ayo, masuk!" Sebelum ia kehabisan kesabaran laki-laki itu lebih memilih memaksa Ana untuk masuk ke dalam gudang.

Tubuh Ana langsung dihempas dengan kasar oleh kedua anggota Boris. "Kak Kara?" Kaget Ana, melihat kondisi Kara yang sudah tak sadarkan diri.

"Kak? Kak Kara, ayo, bangun!" Tutur Ana, berusaha membangunkan Kara dengan cara menggoyang-goyangkan kedua lengan atas gadis itu.

"Kak Kara harus bangun, Kak!"

"Ayo Kak, Ana takut sendirian." Ana mencoba untuk menepuk-nepuk kedua pipi Kara.

"Berisik! Ikat dia!" Laki-laki tersebut langsung beranjak pergi, lalu masuk ke dalam suatu ruangan.

Kedua anggota Boris yang tadi langsung memaksa Ana untuk duduk disebuah kursi, lalu mengikat tangan serta kaki anak tersebut.

"Ngga! Ana ngga mau! Lepasin Ana!" Teriakan Ana barusan sukses membuat Kara tersadar dari pingsannya.

Gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu mengedarkan pandangannya ke segala arah. Gue di mana? Batin Kara kebingungan.

Sampai pada akhirnya, netra Kara menemukan anak kecil yang sangat ia kenali. "Ana?"

Ana yang merasa namanya dipanggil langsung menolehkan pandangannya ke arah sumber suara. "Kak Kara? Kak, tolongin Ana, Kak, Ana takut."

Kara yang mendengar tuturan Ana barusan tentu saja tak tinggal diam. Gadis itu hendak berdiri untuk menolong Ana, namun sialnya, ia baru menyadari kalau dirinya pun sama dengan Ana, kedua kaki serta tangannya terikat oleh sebuah kursi. Jangankan berdiri, bahkan untuk bergerak pun sangat sulit untuk Kara lakukan.

Prok! Prok! Prok! Danial bersama dua puluh anggota Boris yang lainnya mulai berdatangan, disertai dengan seringai di bibir mereka masing-masing. "Ana dan Kara, dua orang yang sangat berpengaruh bagi hidup seorang Jevan Gerald Ankara, ketua Vector!" Danial tersenyum meremehkan.

"Mereka siapa, Kak? Ana takut, Ana ngga mau di sini, Ana pengen pulang," lirih Ana dengan air mata yang sudah mengalir bebas di kedua pipi anak itu.

"Kamu tenang dulu ya, Na. Kakak yakin, sebentar lagi Bang Anka akan datang untuk menyelamatkan kita berdua." Kara berucap seperti itu hanya untuk menenangkan Ana, karena ia sendiri pun tak yakin akankah Anka mengetahui bahwa dirinya dan Adiknya telah diculik oleh anggota Boris.

ANKARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang