-Enjoy!-
"AARRGGHH! ANKA... KENAPA LO PERGI DENGAN CARA SEPERTI INI, KA?! KENAPA?!"
Jeritan Kara barusan mampu terdengar oleh Wilson yang baru saja tiba di rumah selepas melakukan perjalanan bisnis ke luar kota.
Laki-laki paruh baya itu mempercepat langkah kakinya menuju kamar sang putri.
"Ra... kamu kenapa?" Tanya Wilson dengan raut wajah khawatir yang tercetak sangat jelas di wajahnya.
Wilson berjalan menghampiri putrinya.
Melihat sosok sang Ayah yang berjalan menghampirinya, Kara langsung mendekap tubuh laki-laki paruh baya itu.
"Anka, Yah... Anka meninggal..." lirih Kara dengan tangisan yang semakin terisak.
Wilson tak mampu menimpali ucapan putrinya, karena beliau sendiri tak tahu harus merespon dengan ucapan seperti apa. Semua yang telah terjadi begitu cepat dan sangat tertutup.
"Kara yang udah bunuh Anka, Yah... Kara yang udah buat Anka meninggal..."
Wilson melepas pelukan tersebut, lalu menempatkan kedua telapak tangannya di atas kedua bahu Kara.
"Ngga, Ra. Ini semua bukan kesalahan kamu."
Kara menggeleng tak setuju atas jawaban sang Ayah.
"Tapi, Yah, kalau Anka ngga mendonorkan matanya untuk Kara, dia gak akan mungkin meninggal!" Kara sedikit meninggikan nada bicaranya.
Wilson terdiam.
"Kara pembunuh, Yah... Kara yang udah bunuh Anka..."
Hingga kesadaran Kara akhirnya menghilang dengan sepenuhnya. Untung saja, Wilson mampu menangkap tubuh putrinya dengan tepat waktu, sebelum terjatuh membentur lantai.
°°°
Kepergian Anka yang terkesan sangat mendadak itu membuat Kara harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit selama beberapa hari.
"Ikut gue!" Tegas seorang gadis seraya menarik pergelangan tangan Kara menuju suatu tempat.
Kara yang tengah bersantai di taman sekitar rumah sakit sedikit merasa terkejut, lalu mengikuti ke manakah ia akan dibawa. Tak lupa dengan tiang infus yang ikut gadis itu dorong menggunakan tangan sebelah kirinya.
"Lepas! Lo ada masalah apa sama gue, Viona?!"
Ya, gadis itu adalah Viona.
Viona tertawa hambar. Lebih tepatnya, menertawai nasib dirinya sendiri. Nasib menyedihkan untuknya yang telah ditentukan oleh semesta.
"Lo masih tanya apa masalahnya?"
Gadis itu bersedekap dada.
"Dasar, cewek gak tau diri!"
"Jaga ucapan lo!"
"Kenapa? Mau marah? Tersinggung?"
Kara terus menahan emosinya agar tidak memuncak. Ia lebih memilih meninggalkan rooftop rumah sakit ini tanpa harus meladeni ucapan Viona barusan.
"Pem-bu-nuh!"
Ejaan kata itu mampu membuat langkah kaki Kara terhenti saat itu juga.
Viona berjalan menghampiri Kara.
"Kenapa diam?!" --Viona tersenyum meremehkan-- "Omongan gue bener, kan?"
"Kenapa lo selalu rebut kebahagiaan gue, Ra?! Kenapa?!"
Kara terdiam. Lidahnya seakan kelu untuk menjawab pertanyaan Viona barusan.
"Setelah Bokap dan Tante gue masuk ke penjara, karena ulah Ayah lo, apa itu semua belum cukup buat hidup lo puas, hah?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANKARA (END)
Teen FictionSatu hal yang ingin Kara rubah di dalam hidupnya. Menjadi anak yang kehadirannya diinginkan oleh Ayah kandungnya sendiri. Menyandang nama Pradipta tak seindah yang orang lain bayangkan. Tampil perfectionist dan pintar adalah kewajiban yang harus Kar...