2.8

109 11 0
                                    

-Enjoy!-

"Ikut gue, Ra." Junius menarik pergelangan tangan Kara untuk bersembunyi di suatu tempat yang menurutnya paling aman.

"Sebentar dulu ya, Vi. Tante mau ke toilet." Jeny mengarahkan kakinya menuju toilet yang berada di dalam ruang kerjanya, sementara Kara serta Junius masih berharap-harap cemas, karena tempat persembunyian yang Junius maksud paling aman adalah toilet.

"Jangan!" Teriakan Anka membuat Jeny serta Viona terkejut, sementara Kara dan Junius yang berada di dalam toilet menghela napasnya. Pesan yang beberapa detik lalu Junius kirimkan kepada Anka, ternyata telah dibaca oleh laki-laki tersebut.

"Jangan kenapa, Ka?" Tanya Viona kebingungan.

"I-iya, jangan--"

"Iya, jangan kenapa maksud kamu?" Kini, giliran Jeny yang bertanya.

"Jangan, karena air yang ada di dalem toilet itu lagi mati. Iya, lagi mati. Tadi, saya habis dari toilet soalnya, Tan." Pernyataan yang Anka lontarkan membuat Jeny memicingkan kedua matanya, karena ragu dan sedikit tak mempercayainya. Namun, setelahnya wanita itu mengangguk paham, lalu melangkahkan kakinya untuk mencari toilet terdekat.

Ponsel milik Viona berdering. Gadis itu membaca beberapa pesan dari teman-temannya yang tertera pada layar ponselnya.

"Ka?"--Viona menyambar tas selempang yang sedari tadi tergeletak di atas meja--"kita pulang aja, yuk! Temen-temen aku pada ngajakin hangout, nih."

Waktu yang sangat tepat untuk Anka. Laki-laki itu buru-buru mengabari Junius bahwa ruang kerja milik Jeny akan segera kosong. Peluang tersebut bisa digunakan oleh Kara serta Junius agar dapat keluar dari tempat ini.

Setelah membaca pesan yang baru saja dikirimkan oleh Anka, Junius membuka knop pintu toilet secara perlahan, agar tak menimbulkan suara barang sekecil apapun. Laki-laki itu terlebih dahulu mengeluarkan kepalanya. Hanya untuk memastikan, bahwa situasi telah benar-benar aman, jika dirinya serta Kara keluar dari tempat ini.

Selepas pergi dari toilet, dari kejauhan Jeny melihat satu orang Office Boy serta Office Girl keluar dari dalam ruang kerjanya. Namun, Jeny tak menaruh rasa curiga sama sekali kepada dua orang tersebut. Pikirnya, kedua orang tersebut hanya melalukan tugas layaknya Office Boy serta Office Girl seperti umumnya.

°°°

Hampir satu hari penuh, Kara mengurusi semua berkas-berkas milik Pradipta's Corp yang ia ambil dari Axelyn's Corp yang menurut Lucky akan sangat berpengaruh bagi keberlangsungan acara sidang sang Ayah. Selain akan membantu Wilson agar dinyatakan tak bersalah, berkas-berkas itu akan berguna juga agar semua aset yang sudah diambil oleh Porman's Corp aka kembali menjadi milik Pradipta's Corp.

Porman's Corp adalah perusahaan milik Ayah Jeny. Nama perusahaan tersebut memang tak sebesar dan sesukses Axelyn's Corp yang dikelola oleh Jeny serta Ayahnya Viona. Alasan itu yang mengakibatkan Jeny lebih memilih menggunakan perusahaan Ayahnya dibandingkan perusahaan dirinya untuk mengelabuhi Wilson.

Pukul satu malam, Kara terbangun dari tidurnya. Dahinya terasa sangat hangat saat terkena permukaan punggung tangannya. Gadis itu beranjak dari tidurnya untuk mengambil segelas air di dapur. Baru beberapa detik berdiri, kepala Kara terasa sangat pusing. Hingga pada akhirnya, tubuh gadis itu tumbang dan tak sadarkan diri di atas lantai.

Saat tubuh Kara hendak tumbang ke atas lantai, lengannya sempat menyenggol sebuah vas bunga yang terletak di atas nakas. Suara pecahan vas bunga itu membuat Anka yang kebetulan tengah menginap di basecamp Vector terbangun dari tidurnya yang belum terlelap dengan sepenuhnya.

ANKARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang