-Enjoy!-
Wilson yang baru saja tiba dari kantornya berada langsung mendaratkan bokongnya di samping sofa yang tengah diduduki oleh putrinya.
"Kenapa lagi, hm?" Semenjak semuanya telah membaik, Wilson memang terlihat sangat perhatian kepada putri tunggalnya itu.
"Yah?"
"Hm?" Jawab Wilson seraya meneguk segelas kopi hangat yang baru saja disajikan oleh asisten rumah tangganya.
"Menurut Ayah, salah gak sih, kalau ada persahabatan di antara cowok dan cewek, tapi salah satu di antaranya justru ada yang punya rasa lebih dari sekedar sahabat ke sahabatnya sendiri.
Padahal, dari awal mereka berdua sudah janji, kalau akan terus jadi sepasang sahabat yang saling melengkapi."
"Kamu sama Anka?"
Skakmat!
Tebakan yang terlontar dari mulut Wilson sangatlah tepat. Namun, Kara tak mau mengakui hal tersebut kepada sang Ayah.
"Ng-nggak, kok, Yah. Kara tadi--"
"Kalau iya juga nggak apa-apa," sela Wilson.
"Terserah Ayah, deh, mau nganggep itu siapa. Menurut Ayah, gimana?"
"Perasaan manusia ngga ada yang bisa ngatur, Ra. Setiap manusia berhak mencintai seseorang, dan pastinya akan berharap untuk dicintai balik. Namun, nggak semua impian akan berakhir menjadi kenyataan dan nggak semua harapan akan terwujud.
Mencintai seseorang itu bukan sebuah kesalahan, Ra. Tapi, orang yang dicintai pun mempuanyai hak untuk menerima ataupun menolaknya. Karena menjalani sebuah hubungan ngga akan pernah cukup jika cuma dilandasi dengan kata-kata gue jatuh cinta sama lo."
Dan penjelasan dari sang Ayah sukses mengingatkan Kara dengan kejadian di lapangan basket tadi.
°°°
Di dalam kamarnya, Kara tengah mempersiapkan diri untuk pergi bersama Kenzo ke suatu taman kota. Gadis itu berencana mengajak sang kekasih untuk berburu kuliner di sekitar taman kota tersebut.
"Ehem, yang mau malam Minggu an sama pacar," ledek Wilson, sesekali melirik Kara yang tengah berjalan mendekat ke arahnya.
"Ayah kayak gak pernah muda aja."
"Mentang-mentang udah punya pacar, sekarang kamu quality time-nya sama pacar terus, ya?"
Sebelum membalas tuturan sang Ayah, Kara sempat melirik ponselnya yang bergetar beberapa kali.
"Ngga usah cemburu begitu, dong. Besok pagi kita berdua jogging bareng, oke?"
"Iya-iya. Ingat, jangan pulang sampai larut malam," pesan Wilson pada Kara.
"Siap bos!"
°°°
Kara berjalan ke arah seorang laki-laki yang tengah bertengger di atas motor sport-nya.
"Ayo!" Kenzo diam. Laki-laki itu tak menanggapi ajakan Kara barusan.
"Ken?" Ia tetap diam.
"Kenzo?!" Dan panggilan Kara barusan sukses membuat Kenzo tersadar dari lamunannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANKARA (END)
Teen FictionSatu hal yang ingin Kara rubah di dalam hidupnya. Menjadi anak yang kehadirannya diinginkan oleh Ayah kandungnya sendiri. Menyandang nama Pradipta tak seindah yang orang lain bayangkan. Tampil perfectionist dan pintar adalah kewajiban yang harus Kar...