"Kau menyukainya?"
Satu pertanyaan yang membuat Jisoo memukul pelan lengan Tae."Yak! Yang benar saja, dia sudah memiliki kekasih."
Tae tertawa ringan. "Aku tahu tentang itu. Memangnya mengapa jika kau menyukainya? Itu bukan suatu kesalahan Jisoo-yaa. Itu hak mu." Ujar Tae.
"Dengarkan aku, hati mu milikmu. Begitupun hatiku. Hati Yoongi Hyung miliknya dan Eun Joo pun begitu." Tae menjelaskan sesuatu pada Jisoo.
"Dunia ini mempersulit kita untuk menyatakan cinta. Jika kau menyukai nya yasudah katakanlah 'aku mencintaimu' selesai. Anehnya semua hal yang ada di dunia seperti sudah diatur untuk selalu ada balasan nya, aku tak suka itu." Jelas Tae membuat Jisoo terkekeh melihat teman nya itu menjelaskan dengan sangat serius.
"Aish, jangan menyepelekan perkataanku. Jadi kau tak perlu ragu untuk mencintai seseorang. Cinta yang tulus takkan mengharapkan balasan apapun. Dan hidup mu akan baik-baik saja sekalipun kau menjalani cinta sepihak. Jika kau menderita artinya kau bodoh karena pada saat itu kau tak bisa menakar perasaanmu, cinta yang kau berikan untuk orang lain lebih besar daripada cinta untuk dirimu sendiri. Kau mencintainya kan?" Tae menyenggol lengan Jisoo bermaksud untuk menggoda teman wanita nya itu.
"Baiklah baiklah dokter Kim yang tampan aku tahu kau gigih dalam hal bertanya-tanya, ini rahasia kita karena kau temanku. Tidak. Kau sahabatku. Eung, aku... menyukainya." Jawab Jisoo terus terang. "Tapi, aku tak berharap dia bisa kumiliki. Karena Eun Joo sudah menjadi wanita sempurna untuk Yoongi." Lanjut nya.
Tae tersenyum, "Kau juga sempurna bagi ku, Soo-ya." Batin Tae.
Nenek Ryu keluar dari toilet ruang VIP itu.
"Aigoo~ aku baru kali ini membuang kotoran ditempat mewah seperti ini." Ucap Nenek Ryu seraya mengusap-usap perutnya lega. Melihat nya membuat Tae dan Jisoo tertawa ringan.
"Ada dua pria tampan disamping mu sekarang." Nenek Ryu duduk disamping Jisoo seraya mengelus punggung jisoo lembut.
"Hanya aku yang ada disampingnya halmeoni, Yoongi Hyung sedang terbaring diranjang, tidak disamping Jisoo." Jelas Tae bergurau.
"Omo. Kau benar." Nenek Ryu tersenyum pada Tae lalu kembali mengalihkan pandangannya kearah Yoongi yang belum sadarkan diri. "Si tampan ku yang malang. Siapa yang melakukan ini kepadanya?" Lanjut nenek Ryu.
Jisoo menghela nafas. Jika boleh jujur, ia saat ini sangat lelah dengan semua keadaan yang ia hadapi.
Tae melihat raut wajah Jisoo, "Sebaiknya, kasus ini harus cepat dilaporkan kepada pihak yang berwajib. Benar bukan?" Tae berusaha untuk membantu.
"Tidak Tae, sebaiknya kita tunggu keputusan Yoongi." Jisoo.
"Lebih cepat akan lebih baik jika kita melaporkan nya sekarang." Tae meyakinkan Jisoo.
"Tapi, kau tidak tahu masalah seperti apa yang dihadapi Yoongi." Jelas Jisoo.
Tae menghela nafas menyadari bahwa memang ia tak tahu menahu perihal masalah Yoongi dan Jisoo. Ia pun melihat kearah jam tangan yang ia kenakan, "Baiklah, Sebentar lagi ada jadwal operasi untuk pasienku yang lain. Aku harus pergi, eoh?" Tae menatap Jisoo dibalas anggukan serta senyuman oleh Jisoo.
"Halmeoni, aku pamit." Tae berdiri dari duduknya dan membungkuk memberi salam kepada Nenek Ryu.
"Terimakasih sudah membantu cucu ku, Tae." Ucap Nenek Ryu tersenyum.
Tae pergi dari ruangan itu. Pria tinggi dengan sepatu hitam bertali itu berjalan dilorong rumah sakit milik keluarganya. Ia pergi menuju ruang kerjanya. Saat hendak mengambil jubah putih yang menggantung di stand hanger, tiba-tiba dirinya teringat sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY? [왜요?]
FanfictionSeorang pengusaha muda bernama Min Yoongi mengalami teror dalam hidupnya karena satu permasalahan yaitu hak waris dari sang ayah. Ia harus selalu siap dengan keadaan apapun itu, karena seseorang yang tak ia ketahui menginginkannya mati dan mengambil...