"Menikah?"
Yoongi menatap lekat wanitanya itu, lalu mengangguk tanda ia setuju akan hal yang diinginkan Eun Joo kali ini, yaitu menikah.
Melihat itu, Jisoo menutup mulutnya rapat menahan isakan tangis. Air matanya jatuh. Ia pergi dari sana—langkahnya getir.
"Aku salah sudah mencintaimu."
Jisoo menyusuri jalanan tanpa sadar dirinya sudah melewati halte bus terdekat. Disetiap langkahnya ia terus meyakinkan dirinya bahwa ia akan baik-baik saja, "semua akan berlalu Soo-ya, perasaan ini hanya sesaat. Eoh? Jangan menangisi hal seperti ini." Katanya.
Namun kejadian tadi terus berputar dalam ingatannya. Membuatnya kembali terisak, "kenapa kau keluar terus-menerus!" Ujarnya saat menyeka air mata yang menolak untuk tak jatuh.
"Aaaiishh. Kenapa aku menyukaimu?" Gerutu Jisoo disela tangisnya.
"Ini juga," Jisoo melihat tangannya yang masih memegang termos teh untuk Yoongi.
"Mengapa aku harus repot-repot membawakan ini untuknya?!" Omelnya pada dirinya sendiri.
Dirinya terus berjalan tapi mulutnya tak berhenti mengeluarkan kata bodoh untuk diri sendiri. Sampai akhirnya, Jisoo menghentikan sebuah taksi untuk melanjutkan perjalanan menuju rumah.
Didalam taksi. "jeogiyo?" Panggil Jisoo pada si sopir.
"Ne?" Sopir taksi itu merespon.
Masih dengan isakannya, "Kau ingin teh?" Tawar Jisoo.
"Woah, apa tak merepotkan?" Tanya si sopir taksi.
"Tidak, ambilah." Jisoo memindahkan termos itu ke samping sang sopir.
"Ah ne, gomapseumnida!" Ucap si sopir itu senang, karena di hari yang bersalju ini teh cukup membantu untuk menghangatkan tubuh.
Si sopir sesekali melihat Jisoo melalui kaca spion tengah. "Maaf, tapi apa kau sedang bersedih? Atau uang mu dirampok? Aku dengar Seoul di malam hari semakin mengerikan. Penumpang ku juga pernah menangis seperti mu karena kehilangan uangnya. Apa kau juga begitu?" Tanya si sopir membuat Jisoo terkekeh.
"Anieyo." Jisoo segera menyeka sisa air matanya.
Si sopir mengangguk-angguk mengerti, "sebentar, kau wanita yang bekerja di cafe XX itu kan?" Tebaknya.
"Ah iya, dulu aku seorang pekerja paruh waktu disana." Jelas Jisoo. Karena topik obrolan ini Jisoo mencoba untuk mengontrol kesedihannya.
"aku pelangganmu. Kau tak mengingatnya?" Sopir itu kembali bertanya sembari sesekali menatap kearah Jisoo yang terlihat dari pantulan spion tengah mobilnya.
"Banyak pelanggan yang datang, mana mungkin aku mengingatnya satu persatu. Mengiyakan adalah cara cepat agar mengakhiri pembicaraan ini." Batin jisoo.
"Ah~ kau.. aku mengingatnya." Ucap Jisoo.
Sopir itu terlihat tersenyum, lalu menunjuk papan nama yang tertempel di dashboard mobilnya. "Aku Park Jimin. Apa kau sudah tak bekerja disana? Aku mencarimu, aku ingin menggantikan kebaikanmu saat membayar sisa uang yang tak cukup untuk membeli susu pisang untuk anakku. Dan akhirnya kita bertemu bahkan kau memberikan aku teh hangat. Aku benar-benar berterimakasih." Ucap sopir bernama Jimin itu panjang lebar.
Jisoo yang tak mengingat kejadian itu kini seperti diingatkan kembali, "aku sudah tak bekerja disana, lagipula aku membantumu karena melihat putramu itu sangat tampan dan lucu." Ucap Jisoo seraya tersenyum.
"Kau benar-benar wanita baik hati." Puji Jimin.
"Untuk membalas kebaikanmu itu, aku akan mengantarkan mu tanpa tarif sepeser pun." Lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY? [왜요?]
FanfictionSeorang pengusaha muda bernama Min Yoongi mengalami teror dalam hidupnya karena satu permasalahan yaitu hak waris dari sang ayah. Ia harus selalu siap dengan keadaan apapun itu, karena seseorang yang tak ia ketahui menginginkannya mati dan mengambil...