가지마 | Don't Go

352 38 25
                                    

Jisoo membanting pintu rumahnya kencang. Ia sedikit berlari ke dalam kamarnya, sesak sungguh. Dirinya bersandar pada nakas samping ranjang. Rematan jari pada rambut hitamnya tergambar jelas ia sudah tak bisa lagi menahan rasa sakitnya setiap kali mengingat fakta bahwa di hati Yoongi tak hanya ada dirinya seorang.

Sejak awal Jisoo berjanji pada dirinya untuk tak membahas soal ini, soal hati Yoongi yang masih terbagi. Jisoo percaya seiring berjalannya waktu Yoongi akan sepenuhnya melupakan sisa rasa nya pada Eun Joo.

Tapi nyatanya, kejadian malam ini membuat seisi keyakinan Jisoo hancur. Kekuatannya runtuh, melihat Yoongi yang berlari begitu cepat menuju wanita itu tanpa melihat ke arahnya.

Ponsel Jisoo terus berdering, dilihat itu adalah panggilan dari Yoongi. Namun kali ini amarah Jisoo berhasil menguasai dirinya penuh, tanpa berpikir panjang ia mematikan ponsel di genggamannya.

"Soo-ya, jebal." Yoongi mengetuk pintu rumah Jisoo dengan rintihan suaranya.

"Buka pintunya, kumohon." Pinta seorang Pria yang mengejarnya.

Cukup lama Yoongi didepan pintu—meminta Jisoo untuk bertemu dengannya dan mendengarkan penjelasannya.

Jisoo mengusap sisa air mata di pipi, ia menghembuskan nafas berat sebelum dirinya memutuskan untuk membuka pintu itu untuk pria yang sangat ia cintai. Ini harus di selesaikan, bagaimana pun akhir ceritanya.

Klek.

Jisoo membuka pintu itu, ia menatap Yoongi kosong—tanpa ekspresi.

Di sana Yoongi dengan raut wajah cemas segera mendekap Jisoo erat, "mianhae.. jeongmal."

Jisoo perlahan melepas eratnya dekap Yoongi membuat Yoongi diam tak berkutik.

"Bicaralah." Jisoo berbicara tanpa menatap ke arahnya, ini sangat tak nyaman. Yoongi tak terbiasa dengan Jisoo yang seperti ini.

"Aku hanya membantunya, itu saja. Dia melukai dirinya, seseorang bahkan terluka karenanya, aku tak ingin ada yang lain terluka kembali apalagi mereka tak ada sangkut pautnya. Eun Joo hanya butuh sedikit saja perhatian agar dia tak melakukan kesalahan itu lagi." Kata Yoongi.

"Apa aku benar kekasihmu, Min Yoongi?" Tanya Jisoo datar.

Yoongi mengangguk, "kau kekasihku, selamanya begitu."

"Mungkin jika kau mengatakan sesuatu sebelum membantunya, aku akan mengerti. Tak akan ada larangan apapun atau tuntutan kau harus begini begitu dan sebagainya karena aku mengerti kau masih mencintainya. Tapi, kau menujunya dengan cara meninggalkanku begitu saja, melepaskan tanganku yang bahkan masih melingkar di lenganmu." Jelas Jisoo berusaha untuk tenang tapi air matanya mengalir.

Yoongi meneteskan air matanya, "aku salah."

Jisoo mengangguk-angguk, "dan aku lelah, lelah karena terlalu mencintaimu sehingga hal yang bahkan menyakitiku selalu ku wajarkan."

"Tapi sungguh, itu tak seperti yang kau bayangkan. Aku tak mungkin kembali padanya, Soo-ya." Jelas Yoongi.

"Tolong mengerti.." Yoongi meraih kedua tangan Jisoo.

"Maaf aku tak lagi bisa bertahan, aku membenci diriku sendiri karena tak lagi sanggup menerima mu dan rasamu padanya yang tak jua selesai. Maaf aku harus mengingkari janjiku untuk tetap menemanimu." Jisoo melepas genggaman Yoongi dengan tumpahan air matanya, juga Yoongi yang tak menerima ini, ia menangis.

Jisoo segera kembali masuk kerumahnya, ia menutup pintu rapat. Melihat Yoongi menangis dihadapannya salah satu kelemahan Jisoo. Detik ini bahkan saat dirinya tersakiti, ia sangat ingin memeluk pria itu. Bodoh? Iya. Jisoo sangat mengakuinya.

WHY? [왜요?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang