위협 | Threat

1K 144 255
                                    

Ruangan ini begitu sunyi hingga suara jam terdengar nyaring.

Pria berjas abu tua itu terus memperlihatkan kekosongan di matanya.

"Meeting sudah akan dimulai Tuan."

"Min Yoongi-ssi." Sekretaris Kim memberanikan diri memanggil nama Tuan nya itu untuk menyadarkan Yoongi.

Pria itu tersadar. "Ada apa? Apa kau berbicara kepadaku?"

"Maaf Tuan, sedari tadi kau terus melamun. 15 menit lagi meeting akan dimulai."

"Tunda jadwalnya." Singkat pria bermarga Min itu.

"T-tapi Tuan-"

Min Yoongi menatap sekretarisnya itu. Ia memberikan tanda bahwa dirinya sedang tidak ingin diganggu.

"Baik Tuan. Saya akan mengatur kembali jadwalnya." Sekretaris itu menunduk lalu pergi meninggalkan Yoongi disana.

Yoongi membuka jas yang dipakainya dan melonggarkan dasi nya. Ia beranjak dari kursi kerjanya untuk pergi ke sofa diruangan itu. Ia menidurkan tubuhnya disana. Matanya terpejam.

Suara tembakan terdengar jelas. Ia melihat seseorang sudah ada dihadapannya berlumur darah karena peluru yang seharusnya menancap ditubuhnya.

"A-ahjushi, ahjushi!!!" Teriaknya.

Ia terbangun, keringat di dahi nya bercucuran menandakan ia kembali memimpikan kejadian itu. Mimpi yang belum lama menjadi mimpi buruknya.

Min Yoongi mengatur nafasnya dan mencoba untuk menenangkan diri.

Kriing kriing.

Suara telepon dikantornya berdering. Ia beranjak dari sofa dan mengangkat telepon itu. "Halo?"

"Seharusnya peluru ku mengenai mu bukan?"

Suara itu, suara yang membuat Yoongi mengepalkan jari-jemarinya.

"Sayang sekali. Pengawal mu itu sangat baik hati. Dia rela mengorbankan hidupnya hanya demi kau. Oh atau mungkin karena uang? Kau membayarnya berapa untuk menjaga seseorang yang seharusnya mati sedari dulu!"

Darah Yoongi memanas, matanya berair dan kepalan tangannya semakin kuat.

"Bajingan! Perlihatkan dirimu. Jangan sembunyi dibalik suara ini. Kau yang seharusnya mati malam itu!" Yoongi.

"Benarkah? Lalu kenapa kau tak membunuh ku?"

"Karena kau tak memperlihatkan dirimu! Aku tahu, bajingan kotor seperti mu tak akan pernah berani memperlihatkan siapa dirimu sebenarnya dihadapan ku!"

"Kau benar-benar sudah dewasa Yoongi-yaa."

Telepon itu terputus.

"Kau harus tenang Yoongi. Kau harus tenang." Katanya dalam hati.

Ia mengambil handphone nya untuk menelepon sekretarisnya.

"Periksa dan lacak nomer yang baru saja menelepon ditelepon ruangan ku."

Drrtt drrt drrt.

Tiga pesan masuk terlihat di layar handphone nya.

________________________________

WHY? [왜요?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang