Pertanyaan Jisoo harus menunggu beberapa detik untuk Yoongi jawab, "Belum, lebih tepatnya ia belum sampai." Kata Yoongi biasa saja.
Jisoo mengangguk-angguk, "mungkin semalam hanya pandangan ku saja yang buruk."
Tangan Yoongi masih menguasai stir mobil miliknya. Wajahnya sama sekali tak berekspresi karena mengingat niat awal nya yaitu membuat Jisoo menjauh. Namun, dihari ulang tahun mendiang Jung Ho mereka dipertemukan lagi.
Jisoo terduduk kaku disana terbawa suasana, sesekali ia melirik Yoongi.
"Yoongi-ssi?"
"Hm?"
"Pernah kah kau berpikir bahwa kita sedang ada didalam sebuah jebakan?" Pertanyaan ini akhirnya terlontarkan dari mulut Jisoo setelah sekian lama ia berpikir seperti ini.
"Maksudmu?" Tanya Yoongi yang masih terlihat biasa-biasa saja.
"Coba pikirkan, seseorang yang melukai lengan ku adalah seorang perempuan dengan rambut cokelat. Begitupun dengan seseorang yang meneror Eun Joo, ia pun seorang perempuan. Tapi, mengapa Min Daechan lah yang kau yakini sebagai dalang dari semua teror yang kau terima?" Kalimat pertanyaan ini membuat Yoongi memberhentikan mobilnya ditepi jalan.
Yoongi menatap Jisoo lekat, "Apa masuk akal seorang pria kaya raya melakukan sebuah tindakan teror hanya dengan tangan nya sendiri? Tentu tidak, dia pasti membayar seseorang untuk meneror ku Jisoo-ssi. Dan aku yang melihat sendiri saat malam itu tanpa belas kasih dia memukuli ku."
Jisoo membalas tatapan itu, "Justru itu yang membuat tak masuk akal. Untuk apa? Untuk apa dia membayar seseorang selama ini jika pada akhirnya dia yang terjun langsung untuk mencoba membunuhmu?"
Yoongi mendengus, "Karena seseorang yang ia bayar untuk mencoba membunuhku, selalu gagal. Maka dari itu, dia turun tangan dan melepaskan semua dendamnya padaku." Pungkas nya, mata Yoongi cukup mendeskripsikan bagaimana hati nya hancur saat ini.
"Motif teror ini cukup kuat Jisoo-ssi, dia ingin menguasai harta yang aboeji berikan padaku ditambah dendam masa lalu yang sulit disembuhkan dan sekarang ada bukti yang memperkuat itu semua, sebuah pistol ditemukan di apartemennya. Ini yang dinamakan tak masuk akal menurutmu?" Tegasnya pada Jisoo.
Wanita yang memakai syal mengernyit tak senang dengan cara Yoongi berbicara padanya, "Aku hanya ingin-"
"Sudahlah. Aku tak butuh penjelasan darimu. Aku yang mengalami semua itu. Bukan kau, kau tak mengerti apapun tentangku." Emosi Yoongi memang tak bisa terkendali jika sudah membahas soal ini. Apalagi, Jisoo yang menentang bahwa ini bukan sepenuhnya kesalahan Daechan.
Andai mereka tahu, peneror itu adalah wanita busuk bernama Lee Eun Joo.
Hati Jisoo cukup terguncang mendengar Yoongi yang sedikit membentaknya, "Baiklah, terserah padamu.." ia membenarkan syal nya sebelum melanjutkan perkataannya, "aku tak menyangka kau seegois ini." Kritik Jisoo seraya tersenyum tipis, ia membuka pintu mobil itu lalu berjalan meninggalkan Yoongi dan kue yang ada didalam mobil itu.
Yoongi menunduk frustasi, meremas surai hitamnya. Hati kecil nya menyesal telah membuat Jisoo keluar dari mobil miliknya. Padahal dengan seperti ini ia bisa membuat Jisoo menjauh tapi Yoongi cukup tak mengerti dengan rasa ini; rasa yang tidak bisa ia jelaskan bahkan pada dirinya sendiri.
___
Jisoo berjalan menembus butiran salju yang mulai turun ke bumi. Pohon dikanan kirinya mulai dipenuhi butiran-butiran putih. Ia teringat kembali pesan tadi, pesan yang berisi bahwa Yoongi tak membutuhkannya. Sungguh, dari awal Jisoo bertekad tak akan pernah goyah karena hal-hal seperti ini. Namun, setelah mendengar apa yang Yoongi katakan padanya kini ia mengerti bahwa hatinya terlalu lemah untuk bisa menguatkan tekadnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY? [왜요?]
FanfictionSeorang pengusaha muda bernama Min Yoongi mengalami teror dalam hidupnya karena satu permasalahan yaitu hak waris dari sang ayah. Ia harus selalu siap dengan keadaan apapun itu, karena seseorang yang tak ia ketahui menginginkannya mati dan mengambil...