뭔가 잘못됐어 | Something's Wrong

346 63 145
                                    

hai pakabareu?🖐️

ketemu 'WHY' lagi nih! minggu kemarin ga up ya wkwkwkwk kenapa hayooo?

sebelum membaca, silahkan tekan bintang dibawah ya. makasyii karena selalu menghargai aku dan cerita yang kubuat(✿^‿^)

______________________

Cat dinding biru ditambah beberapa origami berbentuk angsa di setiap sudut jendela. Terdapat satu bingkai foto yang tersandar dinakas samping ranjang memperlihatkan seorang wanita berambut sebahu—cantik putih dengan senyum indah merangkul hangat seorang anak laki-laki.

Yoongi sama sekali tak merubah kamarnya dirumah ini sampai sekarang. Ia tak ingin menghapus jejak jari jemari ibunya. Bahkan saat ia menginjak usia remaja, kamar ini sama sekali tak diubah. Sempat Kang Yoona menawarkan untuk mendesain ulang kamar ini. Namun, Yoongi tidak mau, apalagi harus membuang angsa warna-warni miliknya. Kamar Yoongi adalah kamar tersederhana dibandingkan kamar kakak-kakaknya.

"Yoongi-ya. Boleh eomma bertanya?" Tanya Kang Yoona pada putra kecil yang duduk sembari memandangi halaman belakang dari jendela kamar.

"Eung." Yoongi menatap Ibunya lekat seraya tersenyum.

"Aku pernah membacakan dongeng tentang pangeran dari negri salju bukan?" Yoona mengusap pipi gembul putranya.

Yoongi mengangguk semangat.

"Menurutmu dia seperti apa?" Tanya Yoona lagi.

"Kuat, pemberani dan tampan." Yoongi tersenyum lebar, "sepertiku." Lanjutnya.

Yoona tertawa mendengar putranya. "Tentu saja, kau sangat tampan."

"Pangeran itu hidup sendiri tanpa ibu, tapi kenapa ya dia tak pernah mengeluh?" Yoona menatap Yoongi.

"Hmmm, tak tahu." Yoongi mengangkat kedua bahunya.

"Karena pangeran tahu saat dirinya mengeluh bersedih ibunya akan resah disurga. Ibunya ikut menangis saat pangeran hidup menderita. Jadi, pangeran selalu tersenyum menyambut malam berharap ibunya datang kedalam mimpi agar rindunya berkurang walau sedikit." Jelas Yoona seraya menggenggam tangan mungil Yoongi.

"Hebat ya dia. Tapi sepertinya aku tak sehebat itu, eomma." Yoongi.

"Aihh kau lebih dari pangeran itu."

"Tidak, ketampanan kita memang sama. Tapi aku tak sehebat pangeran. Jadi kau jangan sekali-kali berencana untuk pergi meninggalkanku. Jika kau pergi aku akan terus menangis, biar saja kau resah dan bersedih disurga agar Tuhan melihatmu dan mengembalikkanmu padaku." Yoongi memeluk Yoona erat.

"Sudah selesai." Jisoo menempelkan plester terakhir pada perban yang melilit di telapak tangan Yoongi.

Mereka duduk disisi kanan ranjang, Jisoo merapihkan kotak obat itu sedangkan pria disampingnya masih dengan tatapan kosong.

"Aku ingin menemui ayahku." Ucap Yoongi tiba-tiba.

"Mau apa? Jangan sekarang." Cegah Jisoo yang khawatir terjadi hal yang lebih dari tadi.

"Harus ada kejelasan tentang ini, kenapa dan mengapa." Yoongi beranjak dari duduknya.

"Jangan melarangku, kau boleh pulang." Lanjut Yoongi.

Jisoo kini berdiri sembari mengaitkan tas kecil miliknya dibahu."Biarkan aku ikut."

"Tolong—"

WHY? [왜요?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang