vote dan komen jangan lupa! Selamat membaca cerita Alga dan Dinda🍎
Happy reading❤
.
.
.
.
.Jangan pernah bikin cewek kecewa karena sekali cewek kecewa susah buat dibujuk untuk kembali percaya sama kita
~Gilang Daksa Tirtagama
____________________________________
Sejak pulang sekolah tadi Dinda mengurung dirinya di kamar. Ia muak melihat interaksi antara kakak dan orang tuanya yang selalu membuatnya iri.
Dinda rela melupakan makan malamnya. Tapi, untung saja di dalam tasnya tadi ada satu bungkus roti yang bisa menganjal perutnya.
Dinda duduk di meja belajar. Di dekat meja belajarnya terdapat jendela yang sengaja Dinda buka.
Dinda memperhatikan pemandangan malam yang sangat sunyi menurutnya dari sana. Dinda menghela napas lelah.
"Dinda capek, " ucap Dinda.
Dinda memejamkan matanya sejenak. Memori-memori tentang masa kecilnya tiba-tiba terlintas di otaknya.
Tanpa Dinda sadari air matanya menetes keluar. Bayangan tentang dirinya yang selalu disalahkan, dibentak, disudutkan, dan tak jarang juga Dinda kecil mendapatkan pukulan atas apa yang kakaknya lakukan.
Begitulah jika kakaknya yang bertindak macam-macam maka selalu dirinya yang disalahkan saat itu juga. Jika kakak diluaran sana akan melindunggi adiknya maka tidak dengan Dinda. Ia lah yang selalu melindunggi kakaknya itu.
Jika Fia terluka maka Dinda akan terluka. Jika Dinda terluka karena Fia tidak ada seorang pun yang akan memperdulikan itu. Dulu, Dinda akan diangkat sebagai anak oleh Om nya tapi Dinda menolak hal itu.
Mungkin jika Dinda mau menerima itu dulu maka hidupnya tidak akan seperti ini. Dinda menghela napas kasar, entah kenap setiap ia mengingat memori masa kecilnya dulu hati kecilnya akan merasa sedih.
"Kenapa mereka gak berubah Tuhan? Apa Dinda bukan anak mereka? Makanya mereka gak peduli sama Dinda—"
"Dinda boleh nyerah gak sih? Tapi, nanti Tuhan marah lagi sama Dinda kalau Dinda nyerah, "monolog Dinda.
Dinda menghembus napasnya lelah. Ia mengambil ponselnya yang berdering. Tertera nama Dania di sana. Ada apa gadis itu menelponnya malam-malam serperti ini?
Ah, lebih baik Dinda mengangkatnya dari pada menasaran.
"Hallo, kenapa. "tanya Dinda, to the poin.
"Hai, enggak gue cuma mau tau keadaan lo gimana? Baik-baik aja kan? "tanya Dania.
Dinda memutar bola matanya malas. Ia malas jika meladeni telpon yang basa-basi seperti ini.
"Kalo gue bilang enggak kenapa? Dan kalo gue bilang bain kenapa? Penting banget gitu? "tanya Dinda sinis.
"Eh, enggak kok. Maaf, kalo lo ke ganggu gue matiin aja ya, see you, "ucap Dania sebelum mematikan sambungan.
![](https://img.wattpad.com/cover/253262399-288-k542930.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Dinda [END]
Novela JuvenilDinda Clarence Jovita, salah seorang cewek bar-bar yang masih ada di muka bumi ini. Dari kecil Dinda tidak pernah dapat kasih sayang dari mamah dan papah. Tapi, untung saja masih ada nenek dan kakek yang mau ngerawatnya. Hidup Dinda perlahan beruba...