"seandainya diam mampu berkata, maka pasti takkan pernah ada Yang namanya bisu di dunia. Namun terkadang pada keyataannya, diam tak Selalu sepenuhnya bisu. Mereka Yang dapat mengertilah, Yang baru dapat memahami. "
ADRIAN ABRIAL BIMANTARA
______________________________________
Corak Jingga itu mulai terlihat mencoret kelabunya awan,di iringi semilir angin dengan bau tanah yang begitu kental seakan menjadi pertanda langit Yang rindu tuk kembali membasahi bumi . Padahal sudah beberapa minggu terlewat sejak kedatangan sang hujan ,ia pikir musim telah berganti, nyatanya ia salah .terkekeh pelan ketika sadar ternyata memang benar adanya bahwa tak pernah ada hal Yang benar-benar menetap di dunia ini.semua ada masanya, semua akan datang silih berganti. Layaknya pagi dan malam,layaknya siang dan petang, layaknya gelap Dan terang, seperti itulah perumpaan klisenya.
sudah hampir 2 jam ia berdiri tepat di depan gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat tersebut, berkali-kali ia mengecek notifikasi hpnya dan hasilnya tetap sama. Jawaban itu sudah dibacanya sejak satu setengah jam yang lalu, jawaban dari pertanyaannya untuk seseorang yang katanya akan menjemputnya.
Dering telpon membuat arum seketika tersenyum, namun senyum itu sirna ketika ternyata bukan orang yang diharapkannya yang tertera di layar tersebut.
"masih belum pulang rum? "
"bentar lagi yah. "
"mau ayah jemput? "
"nggak perlu yah"
"kamu pulang sama adrian kan? "
"I.. Iya"jawabnya terdengar enggan.
Terdengar helaan nafas khawatir diseberang sana"ya udah, nanti kalau ada apa-apa langsung telpon ayah ya! Hati-hati dijalan"
"iya ayah .."
"ok,assalamualaikum putri kesayangan ayah"
Arum terkekeh kecil mendengar nada jenaka sang ayah yang selalu mampu menjadi mood boster baginya"walaikumsalam ayah kesayangannya arum"balas arum sebelum akhirnya tautan panggilan itu terputus.
Arum menghela nafasnya berat sebelum akhirnya memutuskan untuk mendial nomor orang yang bersangkutan.
"Hallo! "bukan suara ini yang arum harapkan"kak adriannya lagi mandi"sekali lagi arum merapatkan matanya, menahan sesak yang seketika menyeruak didada.
"ehmm, ya udah"
"ok"
TUTTTTTTTT...
Arum menggigit bibir bawahnya seolah itu bisa menahan air mata yang memaksa untuk keluar itu,tapi dirinya kalah"kenapa harus berjanji jika nyatanya tak bisa menepati ?"pikirnya.
"Hahhhh,, jadi gini rasanya cemburu "gumamnya pelan.
Air matanya keluar bersamaan dengan rintik hujan yang nyatanya mulai turun, dengan sisa tenaganya arum melangkah perlahan tanpa mencoba menghindari hujan yang semakin lama terasa semakin menusuk kulitnya.Ia biarkan hujan menyamarkan tangisnya, menenggelamkannya kembali dalam sebuah kiasan yakni sakit tak berdarah.
Hingga silau Di seberang membuatnya menyipit,sedikit merunduk guna memperjelas penglihatannya. Namun nihil, cahaya itu terasa semakin dekat dan pada akhirnya menghilang,menyisakan bunyi Di akhir. Tak Lama kemudian, ia merasakan sebuah kehangatan di saat tubuhnya mulai menggigil kedinginan, perlahan netranya kembali bercelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTBREAKING (On Going)
Romance~HEARTBREAKING~ _________________________________________ Perlahan ia melangkah,menepis jarak yang terbentang diantara keduanya.Hingga akhirnya ia mensejajarkan dirinya tepat didepan gadis yang wajahnya kini tampak basah,campuran keringat juga air...